Dadih, is a traditional yoghurt made from the milk of buffalo (Bubalus bubalis). The milk placed in a bamboo and covered with banana leaf. After 2 to 3 days it is ready to use. Dadiah yoghurt originated from West Sumatera, Indonesia.
Dadih, atau Dadiah menurut dialek orang Minangkabau adalah yoghurt yang dibuat dari susu kerbau. Proses pembuatannya dalam bambu yang ditutupi daun pisang. Perubahan dari susu kerbau sampai menjadi dadiah yang menggumpal itu makan waktu 2-3 hari,.
Dahulu orang Minang memakan Dadiah yang diberi irisan bawang merah sebagai lauk untuk teman makan nasi. Alternatif lainnya bisa juga dimakan dengan ampiang (kerupuk nasi) dan gula merah dan diberi serutan es.
Ini tampilan Dadiah yang belum diolah, difoto di Pasar Bawah, Bukittinggi, seharga Rp 10.000, per bambu.
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ” dadih mengandung bakteri baik yaitu asam laktat (Lactobacillus casei) yang potensial sebagai probiotik.Asam laktat di dalam dadih berperan dalam pembentukan tekstur dan cita rasa. Bakteri asam laktat dan produk turunannya mampu mencegah timbulnya berbagai penyakit seperti mencegah enterik bakteri patogen, menurunkan kadar kolesterol di dalam darah, mencegah kanker usus, anti mutagen, anti karsinogenik, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, dadih diduga efektif sebagai antivaginitis.
yang ini.. udh pernah coba di Bukittinggi, jadi ga penasaran lagi hehe… rasanya asem-asem gimana gitu..
hmmm… petualang kuliner ya mbak
iya kl datang ke suatu daerah harus nyoba makanan setempat ya..
Makasih Mba Monda. Dapet ilmu pengetahuan baru.. 🙂
terima kasih kembali Dan
Wah, ternyata ada olahan susu lokal ya. Jadi pengen ngerasain 😀
kudu datang ke Ranah Minang dulu Kin..
Nanda dan Nadia suka banget makan si dadiah ini, Bun
jadi lauk utk makan, makannya pake irisan bawang merah dan cabe merah…. 🙂
kalau mamih gak suka….hehehe….
sukanya tahu ajah…. 😛
salam
kalau dijadiin lauk mungkin teksturnya kayak tahu sutra gitu ya mam?
aku belum pernah coba bun
Aku sih sering makan yoghurt mba…
tapi sepertinya sih yang dari susu sapi yah…
Belum pernah dari yang susu kerbau 🙂
Baiklaaaah…nanti dicoba 🙂
beda2 tipis aja kok rasanya, Erry
Selaku penggemar yoghurt sewaktu ke Bukik berburu dadiah sayang belum ketemu mBak. Salam
ini ketemunya kebetulan aja mbak
di dalam pasar rame gitu deh..
Saya gak begitu suka rasa dadiah, MM. Baunya itu..kayaknya gimana gitu. Yoghurt Minang ini dimakan dengan irisan bawang dan cabe mentah..Seru rasanya 🙂
belum bisa membayangkan rasanya kalau dipadu sama nasi… uni,
Baru tahu susu kerbau buat teman makan. . . 🙂
Manis. . ..
bunda kaget waktu dibilangin makannya pake nasi, kirain untuk minuman aja
Belom pernah coba makan ini, kak….masih agak gimana gitu karena tau dari susu kerbau. Tapi kata orang2 sih enak 😀
punya banyak teman yg suka dadiah ya Lis..
yah .. seperti juga yg lainnya pasti ada yg suka dan tidak suka sama dadiah ini ya
di sini jarang mbak yoghur terbuat dr susu kerbau, jd kl ada harganya jg lumayan 🙂
di sana mungkin lebih banyak sapi ya.., makanya lebih umum yoghurt dari susu sapi
Aku pernah makan iniiii.. 😀
Rasanya asem-asem gitu ya Kak, persis kek yoghurt. Tapi karena manisnya ku rasa sikit, jadi ku tambahi gula lagi. Hahah
Ini salah satu makanan kegemaranku, Kak..
Mau dijadikan lauk atau buat minuman, sama enaknya..
Sukaa banget deh pokoknya.. 😀
*kangen pulkam nih*
wah unik… yoghurt buat makan nasi, bun?
aku blm pernah coba… di jkt ada ndak ya? 😀
pernah liat di tivi di acara ragam indonesia…
yogurtnya bukittinggi ya 🙂
nanti dicoba kalo jalan jalan ke sumatera barat yang memang banyak obyek wisata dan banyak makanan enak he he
Suka sekali dengan dadiah ini Mb.
Kenangan waktu kecil makan dadiah dengan emping (kalau di padang empingny adalah beras ketan yang ditumbuk) di taburi parutan kelapa plus gula jawa.
Tetapi di daerah lain lebih banyak dimakan dengan irisan bawang dan cabe sebagai teman/lauk untuk makan nasi.
aku nyicip emping waktu minum cindua langkok da….
Lagi-lagi belum pernah nyobain dadih ini, mbak…kalo yoghurt disini mah pernah…hehehe 😀
dadih ini jarang ada mungkin ya mbak?