Surprise surprise when I first try to sip the traditional drinks, named Aia Kawa in West Sumatera. It was made from the coffee leaves, not from the coffe beans. It was thinner than the usual coffee but still had the flavour. Why they use the leaves? This unusual habit started since the colonialism era. Farmers and local people were not allowed to use the beans, they were all to be sold to the authorities in low prices.
Adding to its unusual origin, people drinks the Aia Kawa from a coconut shell.
Indonesian
Surprise sekali ketika pertama mengecap minuman yang baru kudengar namanya di Sumatera Barat. Minuman bernama Aia Kawa ini rasanya seperti kopi yang sangat encer, seperti teh manis rasa kopi. Minuman dari tanaman kopi ini tak seperti lazimnya kopi yang terbuat dari biji kopi, tetapi dari daun kopi yang dilayukan. Aia Kawa ini diminum dengan menggunakan batok kelapa sebagai cangkir.
Kusangka minuman ini hanya ada di Sumatera Barat. Ternyata tidak.
Suatu kali ketika berbincang dengan mama, beliau cerita di kampung kami di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara ada minuman terbuat dari daun kopi dan diminum dengan batok kelapa pula. Aku kaget, karena tak tahu hal ini, (maklum kalau pulang kampung hanya beberapa hari saja) dan beliau pun kaget ketika kutunjukkan foto ini. Sama-sama kaget dong ….he..he… Dua daerah yang bertetangga ini ternyata punya kebiasaan yang sama. Mungkin yang membedakan hanya di kampung kami penduduk minum di rumah saja, sedang di Minangkabau sudah dijual di tempat umum.
Teh rasa kopi…lucu istilahnya Bun hihihihi… ternyata punya budaya yg sama, jadi kepengen nyicip aia kawa 🙂
hi..hi.., iya ..susah deskripsinya.., memang seencer teh gitu deh tapi masih ada rasa2 kopinya
saya sih biasa lost focus 😀 itu yg di sebelah ada cemilan apa aja itu kak? 😀
pisang goreng, tape goreng, tempe dan tahu isi, Nique..
MS ngabisin dua tahu isi ukuran jumbo..
#eMak ngabisin…. dua juga! wkwkk
he..he…bukannya banyakan daku mak..?
Surprise budaya SumBar dan SumUt sama dalam hal teh daun kopi, istilah aia kawa di Tapanuli Selatan apa ya mbak?
cuma dibilang daun kopi aja mbak..
Waktu pertama kali minim kawa ini, saya juga merasa suprise.. Parahnya udah berpuluh-puluh tahun tinggal di ranah minang, tapi baru belakangan ini tahu kawa daun ini.. Heheh
waah…kejutan juga si ajo baru nyicip setelah puluhan tahun he..he…
klo dipikir-pikir, aku gak bakal mau klo di rumah atau di restoran biasa ditawarin untuk minum Aia Kawa ini.. karena yang penting itu adalah suasananya.
maka para pemilik dangau kawa biasanya selalu mencari tempat yang strategis untuk lokasi dangaunya, di daerah yang dingin dengan pemandangan sawah dan gunung. ditambah jenis penganan pendamping yang cihuy.. masing2 dangau punya cirikhas masing2.. bisa berupa gorengan atau bika.
suasananya beda dengan warung kopi biasa.. karena yang singgah di warung biasanya adalah orang-orang yang dalam perjalanan jauh.
kejutan juga itu kan maak …hujan2 bisa mampir di warung kawa ..dapat banget suasananya …
jauh2 minumnya di Tabek Patah, padahal depan hotel ada ya , tapi nggak pengen mampir
[…] Weekly Photo Challenge : Surprise | Berbagi Kisahku […]
Daerah yang bertetangga pasti punya banyak kemiripan budaya ya Mbak Mon..Kemiripan tradisi kita pasti bukan hanya di kopi daun, tapi juga melebar ke makanan lain, upacara adat, maupun tradisi sehari-hari..
ya betul uni…daerah kita banyak samanya…
trims udah kasih trigger uni, ntar kapan2 dipost..
Heeee saya pernah bikin sendiri mbak saya seduh kopi dengan air teh yang sudah panas juga iseng-iseng dan coba-coba…bahakan saya pernah coba dengan kopi campur telur dan madu heeeee
suka eksperimen ya bli…sejauh ini mana yang paling disuka ?
kopi telur belum pernah tahu,,,. tapi kalau teh telur ada di minang dan enaak..
[…] Weekly Photo Challenge : Surprise | Berbagi Kisahku […]
Aih jadi penasarn dengan aia kawa ini mbak …
Ternyata banyak juga budaya kita yang terbentuk gara-gara penjajahan ya, Mbak. Terutama makanan dan minuman yang dulu sangat dibatasi.
Mungkin kandungan aia kawa ini lebih ringan dibanding kopi ya. Jadi pengen nyicipin 🙂
makanan yang berasal dari jaman penjajahan dan sudah terasa seperti masakan asli kita salah satunya semur Kin…
Ingin mencicipi Aia Kawa… 🙂
Aku sih belum pernah mencicipi Aia Kawa, tapi lihat kebul2nya kayaknya nikmat sekalil. .. 🙂
Disajikan dalam keadaan hangat, sruput2. . 🙂
enaknya pas ngebul2 itu Idah…,minumnya di dangau pas hari hujan pulak…mantaplah
Istilah “minum kawa” juga dipakai di kampung untuk makan-makan dan minum-minum di sela-sela petani tengah menggarap sawah maupun panen. Aku suka sekali dengan suasana seperti itu. Makan di sawah itu sungguh luar biasa enaknya, dan harus dengan lauk sederhana, seperti telur balado maupun goreng maco.. Ondeh maaaakkk… jadi laperrr… haha.. 😀
goreng maco itu apa ya uda…, sejenis ikan ?, mantap betul itu uda
belum pernah makan abis panen sawah, panen ladang dan empang pernah…
ikan emas dari kolam dibakar dan makan dengan sayur labu siam rebus, makannya rame2 …itu lauknya semua ditaruh aja, masing2 seporsi di atas selembar daun pisang yang masih berpelepah …makannya ngariung uda..nikmat…tak terlupakan..
Bu Monda ini pengalamannya keren2 .. sehingga bisa cerita yang bener2 unik … Salut Bun .. teruslah kasih inspirasi he he 🙂
Trims ya Bunda 🙂
Waahhh.. ternyata daun kopi itu tetep rasanya kopi ya bun¿ *kemudian merasa aneh dengan pertanyaan ini* Maksudnya rasa biji dan rasa daunnya sama gitu. 😀
Kreatif ya, minuman dari daun kopi, diseduh kayak teh, jadinya teh rasa kopi. Penasaran pengen nyoba, euy. Kalau nyobain kopi campur teh memang pernah, hehehe.
Mbak Monda, saya jadi tertarik buat nyobain minuman ini…duh, ada nggak ya selain di Tapsel dan Sumbar yang jual minuman Ala Kawa ini?
Mungkin karena dua daerah tersebut bertetangga, jadi minuman khas mereka juga sama ya, mbak…
ooh, namanya Ala Kawa ya mbak, baru tau hehe.. kmrn pas ke Tanah Datar nyobain, ujan2 plus gorengan, enak banget :9
salam kenal ya mbak ^^
hai Monika terima kasih ya, rupanya abis jalan2 ke Sumbar juga..
salam kenal juga
[…] Terinspirasi dari kalimat uni Evi yang meninggalkan komentar di Weekly Photo Challenge : Surprise […]