Akhir tahun, musim hujan pula, saatnya buah-buahan lokal berlomba-lomba muncul di pasaran. Kaya benar ya negara kita, sepanjang tahun bisa menikmati aneka buah. Anugrah bagiku juga yang sudah mulai sarapan buah sejak beberapa bulan belakangan ini. Supaya tak menguras kantong dalam-dalam sarapan buahnya pilih buah-buahan lokal. Buah lokal musiman yang bisa dijumpai di akhir tahun misalnya rambutan, mangga, buah naga, dan si raja buah, durian (tapi duriannya nggak dipake buat sarapan tentunya), dan masih banyak lagi.
Durian memang sudah memenuhi kios-kios tukang buah di mana-mana. Durian dari berbagai daerah datang menyerbu kota-kota besar. Namun, tahukah anda bagian pohon durian yang biasa dikonsumsi tak hanya buahnya saja? Sudah pernah tahu ada jenis makanan yang memakai bunga durian sebagai salah satu bahan bakunya? Saat musim durian saatnya pula di pasar tradisional ada penjual kembang durian atau karuk.
Setelah sekian lama tak melihatnya, beberapa hari lalu di sebuah jalan kampung di daerah Bekasi tampak lagi pemandangan unik seorang ibu yang memunguti guguran bunga durian. Pohon durian itu terlihat berbunga lebat. Tetapi rupanya sebagian besar bunga itu tak bernasib menjadi buah. Tiupan angin kencang saat musim penghujan meluruhkan bunga-bunga rapuh itu. Mungkin itulah yang disebut seleksi alam ya. Bunga-bunga durian yang berwarna putih kecoklatan itu dipunguti dan dikumpulkan sedikit demi sedikit.
Kali pertama mencicipi tumis kembang durian yang dikirimkan seorang teman, masih terasa aneh. Kembang durian itu terasa agak keras dan kelat, mirip konsistensi jamur kuping. Tapi, setelah makan untuk yang kedua kalinya di rumah seorang teman lainnya barulah bisa menikmati sensasi kelezatan hidangan tradisional ini. Kembang durian itu aromanya tak semerbak seperti buahnya, kalau yang tak suka buah durian bisa cicip tumis kembang durian saja.
Ada cerita lucu saat diundang makan siang ke rumah teman itu, sebutlah namanya bu Mawar. Di atas meja makannya yang tertata rapi di atas piring keramik cantik terlihat hidangan berwarna kecoklatan. Aku langsung berseru “wah, alhamdulillah ada tumis kembang durian”. Tapi bu Mawar menyangkal, katanya itu tumis nangka. Saat memakan hidangan tersebut masih nggak yakin itu nangka, rasanya berbeda sih. Makanya kutanya bagaimana cara memasaknya, katanya nangka yang sudah direbus disuwiri lalu ditumis, dan dia melakukan pekerjaan itu dimulai dari semenjak subuh .
Rasa syak masih meliputi pikiranku, nggak percaya itu tumis nangka muda. Setelah sebagian besar tamu-tamu pulang sekali lagi kutanyakan resep masakannya yang lezat itu. Barulah saat itu bu Mawar cerita sambil tertawa-tawa memang yang dimasaknya itu tumis kembang durian, bukan nangka. Ia berkata lain karena ada seorang teman, baiklah kita kasih nama ibu Melati, yang pernah mengatakan tak suka kembang durian. Tapi kenyataannya berbeda, bu Melati makan dengan lahap, bahkan nambah dan minta tumis kembang durian itu dibungkus bawa pulang he..,he..
Resep tumis kembang durian dari bu Mawar sederhana sekali . Caranya kembang durian atau karuk yang sudah dibersihkan direbus dalam panci serbaguna. Lalu masukkan asam Jawa 1/2 sendok makan. Setelah kembang durian empuk lalu ditiriskan sampai kering. Tumis bawang merah dan cabai sampai harum, lalu masukkan ebi bila suka, dan terakhir masukkan kembang durian. Masak sampai lembut. Rasanya enak dan eksotik menurutku, mirip rasa jamur.
Di sini juga sudah musim durian,mbak. Orangorang di rumah pada rame mau makan durian. Sayanya nyempil di kamar aja. Huhuhuhuhu, gak suka euy 🙁
waah ..mbak…kok sayang nggak suka he..he..
kabarnya duren sana paling enak lho
Hihihi iyaa..hayuk kesini mbak 😀
baru tahu kalau kembangnya juga bisa dimakan, disini kayaknya ga pernah liat Mbak 🙂
unik ya…, akupun baru tau di sini
entahlah apakah ini resep kuliner Betawi atau ada di daerah lainnya
Hai Mbak Monda, aku dari beberapa waktu follow tapi baru komen sekarang hehe.
Aku kelenger kalo mencium bau Durian. Jadinya sampai sekarang ga tahu durian itu rasanya gimana 😀
Jadi kalau kembangnya ini ga beraroma sama sekali ya. Jadi membayangkan tumis kembang turi 🙂
-deny-
hai Deny, aku sering ke blogmu, tapi susah banget komennya..
swkali pernah berhasil komen, tp abis itu nggak bisa lagi
Sabar ya Mbak, memang blog kami itu entahlah kenapa agak rewel hehe. Tapi terima kasih sudah baca. Seneng banget 🙂
iya den.., makasih
aku terharu lho baca artikel perkenalkan bumbu2 Indonesia di depan kelas, banyak cara ya buat kita perkenalkan negara kita
Hahahaha..Bu Melati kena apusi..Sebenarnya soal selera tergantung juga pada persepsi ya MM. Gak semata lidah. Kalau persepsi sudah mengatakan duluan tak enak benaran makanannya tak enak..Ini Bu Melati memang contoh hidup sejati hehehehe
abis buka rahasia kami semua langsung ketawa ngakak he..he..
iya jangan bilang nggak mau dulu kalau belum coba ya
Kak monda lama nga dengar kabarmu kak. Aku blm pernah tau kalau bunga durian bisa dijadikan sayur. Tp kalay ke pasar aku coba cari dech.
Kakak aku sekarang ganti alamat yach.
selamat ya Lin dgn alamat barunya
Saya jadi belajar, suka atau bencinya seseorang pada makanan itu sebetulnya tergantung persepsi pikiran saja ya. Kalau kita berpikir tidak suka, maka kita memang pasti tidak suka, tapi kalau kita tidak tahu, maka pikiran akan objektif, ketika terasa enak maka sukalah kita, seperti kasus Bu Melati itu :haha.
Lain kali kalau saya makan sayur, saya akan anggap itu suwiran daging, deh. Siapa tahu rasanya berubah. Eh, kejauhan ya? :haha.
ah bener itu Gara
jangan suka terpengaruh oleh persepsi, jangan takut mencoba ya
aku baru dengeeer lho mba..padahal di rumah mertua ada pohon durian hehehe..kayaknya enaaak yaaa…saya suka dengan segala sayuran khas kita 🙂
aku juga taunya setelah sering liat orang mungut kembang duren ini, terus nanya2 sama orang Betawi, baru deh ngerti ada tumis kembang duren
[…] es cendol durian dan dodol durian atau nama lainnya lempok. Lalu bunga durian yang diolah menjadi Tumis Kembang Durian. Dan yang masih tetap populer hingga saat ini pancake durian yang paling enak dimakan saat masih […]