Candi Bima di atas bukit, tak jauh dari Kawah Sikidang
Berkunjung ke Dieng sebetulnya sudah agak lama, sayangnya baru sekarang sempat menulis tips dan info seputar obyek pariwisata dataran tinggi Dieng. Dataran tinggi Dieng, 2.000m dpl, tak hanya terkenal karena pemandangan alamnya, agrowisata Dieng, tetapi juga wisata minat khusu, wisata sejarah .
Di sini juga ada sebuah museum bernama Museum Kailasa. Di museum ini selain menyimpan artefak juga ada sebuah teater kecil yang memutar film tentang sejarah Dieng. Tak ada biaya tambahan untuk menontonnya, cukup dengan membayar tiket masuk dan berapapun penontonnya, film tetap diputarkan. Saat itu penontonnya hanya ada dua turis asing dan diriku, (anggota pasukan raun lainnya memilih berteduh di lapangan parkir saja he..he..). Sepanjang film yang sarat informasi ini diiringi oleh theme song yang masih terngiang-ngiang di telinga, terasa merdu dan magis rasa-rasa pernah dengar entah di mana, ada yang tau?
Menonton film pendek ini terasa dibawa ke masa lalu, menyelami kearifan, kreativitas dan kepatuhan masyarakat masa lalu pada ajaran agamanya. Dataran tinggi Dieng ini dikatakan berada tepat di tengah pulau Jawa, jarak dari ujung barat dan ujung timur pulau Jawa ke Dieng sama persis, 500 km. Mungkin karena posisinya di tengah dan di dataran tinggi, tempat yang dianggap suci, Dieng dulu jadi pusat agama Hindu di pulau Jawa, tak heran banyak candi yang dibangun di sini. Saranku bila ingin tau dan datang tak hanya sekedar selfie berlatar candi, sebaiknya kunjungi dulu Museum Kailasa dan tonton filmnya, barulah mengelilingi candi, anda akan dapat pemahaman lebih dan bisa lebih menghayati kunjungan ke obyek sejarah.
Di Dieng ada 3 kelompok candi yaitu kelompok candi Gatotkaca, candi Arjuna, candi Dwarawati ditambah candi Bima yang berdiri sendiri. Candi-candi berasal dari abad 8-9 ini adalah candi Hindu aliran Syiwa, dan tidak dibangun bersamaan, sehingga bentuknya pun punya ciri-ciri masing-masing. Jangan dibayangkan ukuran candi-candi ini sebesar candi Borobudur atau Prambanan ya, ukuran candi-candi Dieng ini jauh lebih kecil.
Kelompok Candi Gatotkaca terletak persis di depan Museum Kailasa, di pinggir jalan berdampingan lapangan parkir. Candi-candi di kelompok ini hanya candi Gatotkaca yang bisa terlihat bentuknya, 4 candi lainnya berupa reruntuhan yang tergeletak di sekitar Candi Gatotkaca.
Candi Arjuna dan Candi Semar di latar belakang
Dari candi Gatotkaca bisa langsung berjalan kaki beberapa ratus meter atau alternatif lainnya bisa berkendara tetapi dengan jalan memutar ke kompleks candi terbesar yaitu kelompok candi Arjuna. Kelompok candi ini letaknya di tengah kawasan candi Dieng membentang utara selatan membentuk garis lurus. Candi Arjuna letaknya di ujung selatan diikuti deretan candi Srikandi, candi Sembadra dan candi Puntadewa, dan candi Semar yang menghadap langsung ke candi Arjuna. Candi Arjuna yang terbesar dan paling ramai dikunjungi, saat itu ada rombongan besar yang “menguasai” candi, keluar masuk candi dan terus berfoto hingga tak ada kesempatan untukku memotonya tanpa ada mahluknya. Selain itu keramaian disemarakkan juga oleh beberapa orang berkostum kartun dan wayang yang bisa diajak berfoto dan tetabuhan musik, seronoknya…. Keadaan ini jauh berbeda dengan 3 candi lainnya yang berukuran lebih kecil tetapi harus ditopang balok pengaman karena rawan runtuh.
Candi Bima denga arca kudu di bagian atap
Kelompok berikutnya Candi Dwarawati tak kami datangi, tetapi langsung ke candi Bima yang terpisah agak jauh yaitu ke arah Kawah Sikidang menyendiri di atas bukit. Candi Bima imerupakan bangunan terbesar di antara kumpulan Candi Dieng dan bentuknya berbeda dari candi-candi di Jawa tengah pada umumnya. Alas candi terlihat seolah-olah segi delapan. Karakteristik Candi Bima yaitu Arca Kudu yaitu lengkung tapal kuda yang diisi wajah dewa sebagai lambang face of glory, karena itu kudu ditempatkan di atap candi atau gapura percandian.
Candi Arjuna dan candi Bima candi yang tua, arsitekturnya masil kental gaya India sebagai asal agama Hindu, bahkan kedua candi ini masing-masing menyerupai bentuk candi yang ada di India. Bentuk candi mulai ada perubahan sedikit demi sedikit ke arah lokal mulai dari candi Srikandi dan candi yang menunjukkan ciri lokal Dieng yaitu candi Gatotkaca di mana menara atap disatukan dengan struktur bangunannya.
Candi-candi cantik ini sudah tentu membutuhkan banyak waktu, biaya dan kerja keras sejak penggalian sampai rekonstruksi, sayangnya sebagian orang tak mampu menghargai dan menambahkan dekorasi identitas diri yang sangat mengganggu keelokan. Jaga dong tangannya, kalau mau exist jangan di sini atuh..
Artikel ini turut mendukung gerakan PKK Warung Blogger
Gemes deh sama yang punya tangan jahil begitu!
eh, kok ada gambar teletubbies nyempil mbak?
si teletubbies mau ikut nampang mbak he..he..
Aduuhhh …
sayang banget ya … batu candinya dicoret-coret bahkan dipahat …
Semoga kita semua bisa selalu menjaga etika berkunjung ke tempat-tempat bersejarah dan budaya seperti ini …
salam saya
niat banget itu ya oom bikin coretan, udah nyiapin aja cat putih dan pahat
Terima kasih sudah turut meramaikan gerakan PKK Warung Blogger Tante Monda
Artikel sudah tercatat sebagai peserta
Salam PKK
terima kasih uncle
saya rasanya juga harus ikutan nih, meski saya sama sekali tidak mengerti keyword dan seo 🙂
ayuuk ikutan ..
paling benci sama orang yang kalo ke tempat wisata tangannya gatal mau ninggalin jejak, atau buang sampah sembarangan… Duuh.. mudah-mudahan orang Indonesia bisa lebih dewasa lagi menjaga semua fasilitas umum
entah kapan ya kita bisa jadi bangsa tertib, semoga nggak lama2
Ish ish ish kok ada yang gratil nulis-nulis dan sampai mahat segala sih. Dulu ayah saya pernah ikut mugar Candi Prambanan. Untuk melestarikan peninggalan bersejarah itu butuh biaya juga kaaan. Sayang kalau peninggalan bersejarah dirusak begitu aja.
nakal banget ya, sebel liatnya
makasih kunjungannya mbak
itu ada nyempil si tinky winky dan sodaranya 😀 apa mereka dulu itu syuting di situ ya mbak? Hehehehe
ha..ha.. iya mirip banget kayak di tv ya
Wah… telletubies mendarat di Dieng rupanya… haha… lucu juga.
Aksi tangan-tangan jail yang merusak cagar budaya memang jamak kita temui di mana-mana ya Kak. Gemes rasanya, tapi apa daya, kita tak punya kuasa untuk mengatasinya. Paling tidak, kita dan keluarga, bukan bagian dari orang-orang yang kurang kerjaan itu
betul da setidaknya janganlah keluarga kiya ikut2an merusak
Komplit kunjungan kompleks candinya mbak, sy ketinggalan yg Dwarawati. Sedikit disamping kompleks Arjuna ada candi Setyaki di tengah ladang. Sukses dg gerakan PKK ya mbak. Salam
sy nggak ke candi Setyaki mbak.. sayang ya..
Gemes liat kelakuan orang merusak candi itu.
Orang jahil yang merusak warisan budaya itu saya anak alay & labil yang mencari identitas. Seharusnya sebelum masuk kawasan candi pengunjung disterilkan dulu dari benda-benda bawaan yang bisa merusak. Eh, ada penjaganya gak itu candi?
penjaga candi nggak keliatan uda, entah ada apa nggak…., nggak keliatam ada orang berseragam sih
lucu ada teletabisnya.
duh sebel banget sama orang-orang yg merusak keindahan tempat wisata cuma buat eksis ga jelas 🙁
itulah .. terlalu banyak orang iseng di mana2
terima kasih kunjungannya Inna
Meski sebentar, sepertinya puas jalan2 ke Dieng kemarin ini ya Bund. 😉
alhamdulillah, ada yg nggak puas .. nggak ke Tambi dan nggak ketemu Idah
Sewaktu ke Dieng gak sempat ke Candi Bima. Jadi baru tahu malah dari sini.
Ulasannya lengkap .. sampai tulisan dipojok juga sempet jepret he he.
Btw posisinya bagus ni Bun .. calon pemenang keknya.
Kalo punya saya mah asal nampak aja dah bersyukur, maklum baru sembuh habis dibanned google ha ha.
Makasih Bun.
waah.. aku langsung lihat posisi deh.., trims infonya kang, nggak nyangka kemarin2 di halaman 2 aja nggak ada
yah namanyapun sekedar ikut meramaikan, belum paham betul soal seo
[…] ( tingkat kepedasan cabe Dieng kami cicip saat diajak sarapan di warung di kompleks candi Arjuna menu pilihannya nasi campur plus tumis jamur cabe Dieng sebagai salah satu lauknya). […]
bajunya basah kalik he..he..
Lha, kok masih ada Teletubbies? *gagal fokus*
BTW, saya belum kesampean nih berkunjung ke Dieng. Semoga next time jadi kenyataan.
Selamat ya mbak \^^/ Posisi teratas nih kayaknya pas gerakan PKK kemarin.
*berdasarkan pantauan terakhir saya*
[…] Candi Bima tampil gagah pideksa dalam kartu pos yang saya beli di Agrowisata Tambi sekian warsa lalu. Lokasi tepatnya di luar kompleks candi Arjuna di persimpangan jalan menuju cantigi di kawah Sikidang, Telaga Warna dan theater Dieng. Layaknya Raden Bima yang sedang menjalankan tugas mengamankan kawasan, candi ini berdiri kokoh di ketinggian. Arsitekturanya sungguh khas, warna Hindu India yang kuat. Untuk penjelasan lebih rinci mari simak postingan mBak Monda pasukan raun. […]