Hari pertama di Ranah Minang itu harus dimaksimalkan, tujuan utama memang mau baralek, tapi jalan-jalan jangan dilupakan dong he..,he… Makanya sengaja sarapan di rumah makan dekat air terjun Lembah Anai, atau orang sana menyebutnya desa Aia Mancua. Sarapan yang terlambat, jam 11an, langsung hajar gulai otak dan teman-temannya, wk..wk… Dan untungnya sopir mobil travel dari bandara mau menunggu kita foto-foto narsis dulu di air terjun yang terletak di tepi jalan raya Padang-Bukittinggi itu.
Perjalanan antar kota itu tak terasa membosankan karena kita nanggap Inon yang ekspresif itu untuk cerita sambil nyusun strategi kapan Bunda Lily akan muncul untuk buat surprise capeng (calon pengantin). .Sampai di Bukittinggi antar papanya Inon ke kampungnya dulu untuk merawat nenek Inon yang sedang sakit. Lagi-lagi setelahnya sang supir mau saja diajak jalan lewat Koto Gadang, dan mampir foto-foto lagi di sebuah bangunan bagonjong, barulah setelahnya menaruh barang kami di wisma PLN yang dipesankan emak (dan dibayarin pula lho.., capeng ini emang nyervis kita banget deh.., terpaksa diomelin dulu baru mau diganti biaya yang sudah dikeluarkan, apalagi Inon kan baru dapat bonus tahunan wk..wk..).
Atur-atur rencana kita langsung menuju Aia Angek, Padangpanjang. Mobil travel bandara akhirnya disewa saja seharian supaya bisa capcus ke mana saja. Rumah Puisi Taufik Ismail akhirnya bisa dimasuki setelah pada kunjungan sebelumnya (TDRM I – 2012 – Bukittinggi si sexy nan menawan) hanya bisa menikmati bagian luarnya saja. Lokasinya lebih tinggi dari jalan utama dengan tanjakan terjal, udara sejuk dan punya lansekap yang asriΒ dengan semarak bunga dataran tinggi berwarna-warni. Di luar ruang ada tiang-tiang tempat menggantungkan poster nukilan puisi dari sastrawan terkenal.

Di dalam Rumah Puisi ada perpustakaan dan juga tempat untuk diskusi dan belajar sastra dan kebudayaan. Kenyataannya kini di sekolah lanjutan semakin jarang pelajaran mengarang, maka hal itu yang coba diseimbangkan. Pelajar yang berminat di bidang tulis menulis bisa dibimbing di sini. Di dalam ruangan banyak digantungkan poster potongan puisi karya pak Taufiq Ismail sendiri dan sastrawan lain, juga ujaran-ujaran inspiratif dari orang-orang terkenal.




Di kompleks ini ada Taman Budaya Fadli Zon yang juga sebagai hotel. Lobby hotelnya cozy dihiasi aneka benda seni.
Sempat juga tercetus ide buat menginap di sini, lihat saja terasnya begitu menarik berlatar belakang panorama Sumatera Barat yang elok. Kami sempat berlama-lama di sini menikmati suasana. Senangnya bisa bersantai di sini lalu membenamkan diri diperpustakaannya. Sayangnya lokasinya cukup jauh dari rumah pengantin, dan barang kami sudah ditinggal pula.

.
Sepulang dari sini mampir sebentar ke Pande Sikek belanja sedikit oleh-oleh dan disambung makan lamang jo duren.
Wuiiih… Kagum sekali Mba Monda sama Bunda Lily yang punya lebih dari 1000 draft tulisan. Seru ngelihat foto di dalem mobilnya itu Mba..
Tt cuma dengerin Inon ngoceh sambil ketawa2 itu Dan.. Hihi…rameee bener ini anak… π
tiga teman ini seru semuanya lho Dan…., bisa kompak dua mamih dan dua gadis…, minatnya juga sama jadi jalan2 makin seru aja
itu inon lagi agak kalem kok Tt…. π π
salam
Hari pertama, jalur bandara -Bukik langsung disambangi semua. Sama Mbak Monda, sy terpikat menginap di cottage Aie Angek, menikmati kaki Singgalang…..
sayang buang2 waktu kl jalan singkat begini ya mbak, harus maksimal deh….
Kalau gak salah disana juga ketemu ama Anggota Lingkar Blogger Pusako sekaligus Junior aku ya Bun? keren dah tempatnya buat ngeliat rinai dari singgalang. hehe
pick yang trakhir mantab kali viewnya bu π
suatu waktu kita nginap di sana kak.. suatu saat nanti.. kan udah ada planning Inon kita kelak reunian TdrM III.
gak sabar nunggu reuni nya ….. π
( ikuuuuut….. )
Salam
Whuahahahaaa…..itu tulisan dari ide si rumah puisi
lagi lagi…beneran deh , masuk draft aja Bun….. hahaha π π
belum cocok dengan moment nya utk di publish kayaknya….
( alasan si pemalas lagi ini kayaknya…. ) :
salam
[…] Ismail berjudul “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” ini dibeli sewaktu kunjungan ke Rumah Puisi Taufik Ismail di Aia Angek, Padangpanjang, Sumatera Barat bulan Januari […]