Situs Warisan Budaya UNESCO kembali disasar oleh Indonesia dengan mencalonkan Situs Megalitikum Pagaralam. Kabar ini tersiar beberapa waktu lalu. Indonesia kembali mencantumkan namanya di UNESCO. Kali ini yang didaftarkan adalah kota Pagar Alam atau Pagaralam, sebuah kota yang sejuk di Sumatera Selatan sebagai calon Situs Warisan Budaya di UNESCO. Ini baru tindakan pendaftaran saja, proses selanjutnya hingga mendapat gelar yang diimpikan tersebut kabarnya masih sangat panjang. Yuk, kita kenali terlebih dulu.
Tim peneliti Balai Arkeologi Palembang, Kristantina Indriastuti, di Pagar Alam, Rabu (23/5/2012), mengatakan bahwa saat ini memang ada dua peninggalan sejarah di daerah Sumatera yang sudah resmi terdaftar di UNESCO.
Menurut Kristantina, penemuan itu juga cukup variatif dengan bermacam jenis, seperti lesung batu, lumpang batu, arca, arca menhir, kubur batu, gerbah, titralit, gua batu, dolmen, dan ratusan peninggalan sejarah lainnya. “Ada juga penemuan kampung megalit yang cukup luas, mencapai dua hingga tiga hektar, dan isinya cukup banyak, seperti arca, lumpang batu, dolmen, dan lesung batu,” ungkapnya. Sumber : kompas.com
Membaca berita menarik itu, membuatku teringat bertahun lalu pernah melakukan kunjungan ke wilayah Pagar Alam ini. Jalan-jalan bersama keluarga ke Pagar Alam , yaitu di tahun 1981. Saat itu keluargaku masih bermukim di Palembang. Almarhum papaku yang memang suka jalan-jalan mengajak kami semua mengelilingi beberapa kota di Sumatera Selatan termasuk ke Pagar Alam dan dan ke propinsi tetangga, Bengkulu. Sebelumnya beliau telah mengunjungi kota Pagar Alam saat perjalanan dinas dan terkesan melihat banyaknya artefak megalitikum dan ingin agar anak-anak melihat juga.
Memang sangat mengejutkan, di berbagai lokasi dan tempat di Pagar Alam misalnya di tengah sawah, di pinggir jalan, di halaman sekolah, di sekitar penginapan bisa menemukan berbagai macam bentuk patung atau kuburan batu. Secara sambil lalu pun sudah jelas bentuknya bukanlah batuan alam, tetapi sengaja dibentuk oleh manusia.
Bentuk batu-batuan itu semula tak kumengerti apa arti , tetapi setelah browsing, membandingkan dengan foto-foto yang diunggah di blog verses of universe di sini, akhirnya aku bisa mendapat kejelasan. Maklumlah, waktu kunjugan di tahun 1981 itu belum banyak disediakan papan keterangan, tetapi ada juga sebagian tempat yang sudah dipagari. Alhamdulillah, walau pun setelah sekian belas tahun berlalu, artefak-artefak yang dulu kulihat itu masih ada di tempatnya semula dan sudah pula dibuatkan naungan khusus, diberi atap agar terselamatkan dari air hujan yang bisa merusak permukaan batu. Sampai saat ini di wilayah Pagar Alam masih terus dilakukan ekskavasi (penggalian) di banyak tempat oleh para arkeolog. Tugas yang cukup besar untuk mengungkap dan meneliti batu-batu besar tersebut karena wilayah kerjanya sangat luas dan terkadang terkendala oleh kepemilikan lahan yang masih di tangan perorangan.
Di desa Tanjungaro, Pagaralam, di kaki gunung Dempo ada Arca Manusia Dililit Ular yang berada di tengah-tengah sawah. Arca itu menggambarkan sosok dua orang manusia yang sedang bergelut dan dililit ular. Anehnya yang disangka ular-ular yang melilit adalah kepanjangan dari lengan-lengan mereka sendiri.
Kumpulan aneka artefak ini dikenal dengan nama megalitik Pasemah. Megalit artinya adalah batu besar, benda yang dihasilkan oleh manusia pada jaman itu berukuran besar bahkan sangat besar. Kebudayaan Megalitikum adalah hasil budaya yang timbul pada jaman Neolitikum sampai jaman logam. Benda yang dihasilkan bersifat fungsional seperti kapak batu, lumpang batu dan lain-lain. Hasil kebudayaan megalitikum ini di Indonesia bisa ditemukan pada berbagai tempat di Sulawesi, Sumatera, di Jawa dan juga di Nusa Tenggara Timur (di Sumba) dan di Papua.
Wilayah Pasemah di Sumatera Selatan melingkupi daerah yang sangat luas, kurang lebih mencapai 80 km persegi. Wilayah Pasemah ini mudah dicapai karena tersedia jalan raya besar yang menghubungkannya dengan kota-kota besar di pulau Sumatera seperti Jambi, Lubuk Linggau dan Palembang. Dari Palembang menuju Pagar Alam jaraknya sekitar 260 km, kira-kirakurang lebih bisa ditempuh selama 7 jam perjalanan.
Menurut para arkeolog peninggalan batu-batu besar di berbagai tempat di wilayah Pasemah ini menghadap ke arah puncak gunung Dempo. Gunung Dempo ini merupakan satu-satunya gunung berapi aktif di Sumatera Selatan. Apakah arah hadap ini mungkin terkait dengan pemujaan terhadap gunung ?
Wali Kota Pagar Alam, mengatakan, masih cukup banyak peninggalan sejarah yang belum tercatat baik oleh Balai Arkeologi dan BP3 Jambi. Ini dikarenakan penyebaran temuan ini mencakup wilayah yang cukup luas dan lokasinya sulit dijangkau. Dia mencontohkan berbagai temuan di tempatt berbeda misalnya reruntuhan candi di hutan Rimbacandi Kecamatan Dempo Tengah, batu balai di Bukit Kayumanis Kecamatan Dempo Utara, ranjang batu di Talangkubangan Kecamatan Dempo Selatan. ( sumber : Kompas.com).
Hebat Mbak Mon ini, foto2 arkeologis jaman baheula saa masih kecil tetap tersimpan rapi. Eh dirimu dulu kok nyasar ke Fakultas Kedokteran Gigi sih, bukan ke arkeologi hehehe..
Dan semoga Pagar Alam ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Unesco ya..Banyak sekali kekayaan sejarah umat manusia yg bisa dipelajari dari sana..
Nah.. pertanyaan yang sama juga mau saya tanyakan ke Kak Monda, mengapa kok nyasar ke FKG? Dulunya tertarik mau meneliti gigi manusia purba ya Kak? hahaha.. (becanda) 😀
Nenek moyang kita ternyata sudah memiliki peradaban yang cukup maju dari jaman dahulu ya Kak.. Tak ada alasan untuk tidak bangga dengan Indonesia.. 🙂
uni, uda, foto2 ini mamaku yang simpan kok he..he..
jadi bongkar2 album lama deh…. demi tulisan ini…
ya ..pilihan cukup sulit dulu itu mau KG atau arkeologi.. karena dua2nya keterima, dua2nya suka
sudah takdirnya aja mungkin ya ..
semoga dengan semakin mengenalkan budaya Indonesia ke luar negeri, pihak pemerintah juga semakin gemar melakukan pelestarian terhadap situs situs tersebut ^^
tampaknya Pemda Sumsel serius menangani… apalagi aset seluas dan sebanyak ini..
foto-fotonya sendiri bersejarah …
fotonya aja udah tua ya..
Betul2 ni Bunda peminat sejarah ya …
Salut Bun 🙂
kebetulan alm papa dulu juga suka, jadi menular ke diriku deh..
Sama dengan yang lain Mba Monda, hebat arsip-arsip potonya masih ada.
Makasih sudah nambah ilmu Mba Monda. Entah kenapa kok sekarang jadi lebih mudah mencerna informasinya dibanding dulu waktu belajar sejarah..
dulu kurang suka sejarah mungkin karena bosan menghafal sekian ratus nama dan tahun2 ya…
kalau yang seperti itu juga aku tak suka
Waahh.. mudah2an bisa diterima UNESCO ya bun..
kalau soal sejarah aku paling gak ngeh deh ~_~ hihihi
mudah2an deh ya bisa tercatat juga..biar makin dikenal
tak kalah dari bangsa lain kan?
ih jangan2 itu dulunya manusia dan ular beneran ya
dikutuk jadi batu ? he..he..
Saya baru dengar adanya situs ini 😀
Semoga situs pagar alam bisa tetap terjaga dan diakui dunia 🙂
semoga aja ya…Kin..
makin banyak ilmu nih bagi bunda monda
sama2 saling berbagi ya mam..
semoga saja segera diresmikan Unesco ya tante, dan semoga semakin membuat kita semakin cinta pada negeri yang begitu kaya ini.
jalan ke sana masih panjang ya uncle…semoga saja
suka banget kalau dah baca tulisan BunMon tg sejarah kayak gini ,
pasti lengkap kap kap banget 🙂
( ini ciri khas BunMon yg luar biasa) 🙂
salam
he..he… terima kasih banyak ya mam…
wah poto-potonya jadul semua bun hehe..
semoga Indonesia selalu jadi icon budaya internasional 🙂
jadul ? …vintage aja kalik he..he….
Saya sudah beberapa kali ke Pagar Alam waktu dinas di Palembang, tetapi belum pernah melihat situs ini.
Kita layak bangga jika masuk Unesco ya jeng
Terima kasih informasi yang lengkap tentang situs ini
Salam hangat dari Surabaya
agak di luar kota lokasinya, saya juga sudah tidak ingat dari kota Pagar Alam ke situs ini berapa jauhnya …
penasaran sama Palembang yang ternyata menyimpan peninggalan dari jaman Kebudayaan Megalitikum….kapan bsa sampai sana ya?
dicoba aja Ri…, sekalian kopdar di Palembang, he..he..
Saleum,
itulah kelemahan dari bangsa kita, kurang menghargai situs bersejarah. Buktinya mereka lamban untuk mendata dan memugarnya
lamban ?
kurasa tidak … karena luas wilayah sangat besar …dan sampai saat ini masih terus ditemukan artefak baru..
belum lama (bulan Mei) ditemukan lagi ribuan lumpang batu di sepanjang sungai Lematang, diperkirakan milik penambang emas jaman dulu kala
[…] ini masih butuh waktu panjang. Yuk,kita kenali apa yang bisa dilihat di kota Pagaralam , ada di Situs Pasemah Pagar Alam menuju UNESCO Share this:TwitterFacebookDiggStumbleUponLinkedInLike this:SukaBe the first to like […]
Semoga berhasil ya mbak perjuangan bangsa kita, berharap benda-benda arkeologisnya aman dari tangan agak usil.
semoga saja terus terpelihara ya mbak …,
tapi tampaknya masyarakat sana sudah concern juga ..
batu yg kulihat dulu itu masih ada..
terima kasih ya…
semoga terwujud mnjd sala satu ikon UNESCO ya mba,,Amin
Semoga cepat dimasukkan dalam daftar heritage UNESCO.
Itu foto Bu Monda yang mana?
nggak ada Una, itu anak SD yg sekolahnya di sebelah situs batu itu
wah, Pagaralam itu kampungnya temenku. udah berkali-kali diajak ke sana tapi ga bisa mulu. ngeliat dari foto-fotonya seru yaa 😀
layak dilihat kok Put, wisata alamnya juga bagus2
foto2nya juga bersejara dan semoga bs masuk UNESCO ya.. tp masuk atau tdk, tetep harus di lindungi 🙂
aku baru tau yg ini mb..ternyata nenek moyang kita hasil karyanya bagus2 dan mash tersimpan rapi sampe skrg..
smg bisa diterima didftr unesco ya mb..
kita sepertinya kaya dengan situs2 purbakala ya. baik yang dalam skala besar ata sekala kecil. sayangnya saya belum kesampean kalau ingin jalan2 ke situs2 begini, karena biasanya istri lebih suka ke tempat lain kalau jalan2.
di jember banyak sekali gumuk (semacam bukit berukuran kecil), dan ada beberapa gumuk2 tadi yang di dalamnya ada batu2 dan bata2. bahkan di daerah puger ada semacam situs (ga tau purbakala, atau jaman seputar kerajaan majapahit).
dan kita, tentu saja negara wajib menjaganya. wong Unesco saja menghargainya masa kita sendiri yang mempunyai malah cuek… 🙂
mungkin saja ada kejutan di balik gumuk…
semoga ada penelitian ke sana ya
tuh kan Indonesia emang keren banget jaman dulu nya 🙁
andai aja manusia gulet dengan tangan memanjang yang melilit mereka itu benar adanya.. lalu apa yang menyebabkan mereka mengeras dan menjadi artefak ya?!??!
waaa itu fto jaman dulu nya masih ada aja mbak .. 😀
dari nama kotanya “pagar Alam” udah memberikan gambaran bahwa di situ ada ‘sesuatu” dan bisa jadi mencakup area yang luas. Dan saya kira jika terjadi komunikasi yang baik antara Pemerintah dengan pemilik Lahan, maka bisa jadi situs itu terselamatkan semuanya.
Saya dari tadi mikir, mungkin ular melilit tubuh tapi dari tangan sendiri itu memiliki makna perilaku manusia
makna perilaku manusia…
wah bisa jadi pak … baru kepikiran juga, trims ya
mungkin artinya kalau manusia nggak arif, bisa saja dia terbelenggu oleh tingkah laku dan perbuatannya,dan bisa menerima akibat tak menyenangkan
begitu mungkin pak?
oalahhhhh ternyata mbak Monda memang keterima di Arkeologi juga, selain di FKG ya…. pantas saja pengetahuannya lain dari pada yang lain deh 😉
Yang benar penulisannya Pagar Alam rupanya ya?
Penulisan nama Pagar Alam itu masih membingungkan, krn ada yg nulis seperti itu, ada yg Pagaralam…
hi..hi…, aku belum ketemu yang benar
Akan menambah makin banyaknya situs yg mendapat pengakuan dari internasional…
Aku ke Pagar Alam baru di permukaannya saja Bun, belum sampai ke situs-situs ini 🙂
Tapi memang kawanku yang orang pagar alam pernah cerita bahwa di PA khas nya banyak batu2 unik yang sudah dibuat objek wisata, agak masuk ke desanya kalau nggak salah 😀
Kapan2 kalau ke PA ingin cari yang seperti di foto ini achhh….
Itu arca manusia dililit ular…saya langsung mikirnya ky crita2 legenda kutukan loh bu hihihiii
Semoga deh bs masuk unesco yah, ini warisan sejarah yg luar biasa dr nenek moyang kita…patut berbangga krn kitapun gk kalah hebat dibandingkan negara2 lain ya bu 🙂
Ini postingan … khas … kak Monda banget
Terima kasih telah menginfokan kita semua
Salam saya
Peninggalan yang luar biasa ya, Mbak…
Saya melihat patung manusia yang dililit ular lengannya sendiri merasa sangat takjub. pasti ada filosofi dibaliknya.
Bangsa kita jaman dulu sebenarnya mungkin sudah cukup maju dibandingkan dengan negara-negara lain ya..
[…] foto, jalan pulang masih jauh dan sudah lapar pula. Mengunjungi situs megalitik ini jika ditambah Situs Pasemah di Pagaralam berarti sudah kudatangi dua situs megalitik di pulau Sumatera. Semoga bisa mendatangi situs […]