Saat turun dari kapal roro yang membawa kami dari Merak sampai di ujung pulau Sumatera, yaitu di pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, langsung terlihat Symbols dari propinsi Lampung. Simbol itu tampak nyata di ketinggian bukit karena berwarna mencolok , kuning cerah. Itulah penampakan Menara Siger, yang juga jadi salah satu obyek wisata. Fotoku tak tampak jelas, tapi masih bisa kelihatan kan? Btw, aku belum pernah mampir ke sini, ini gedung biasa tetapi bagian atasnya dibentuk seperti siger.
Dari Bakauheni ke Bandar Lampung kurang lebih 2 jam. Jalannya naik turun bukit, pemandangan sekeliling bisa lihat kebun pisang, kebun cokelat dan sawah. Ada spot menarik yang sangat aku suka, di sekitar tanjakan Tarahan. Bukit ini cukup terjal, tapi kalau dari arah Bakauheni kita tepat sampai bagian tertinggi, dan pemandangan dari sini luar biasa cantiknya, bisa langsung melihat ke laut lepas, tampak kapal-kapal dan pulau-pulau kecil. Sayangnya tak ada tempat untuk berhenti di sini mungkin karena turunan sangat curam, dan hanya disediakan gundukan-gundukan kecil di bagian tepi, disiapkan untuk penanganan darurat kendaraan yang blong remnya.
Yuk sekarang kuajak cuci mata sekeliling kota di propinsi paling selatan di pulau Sumatera. Kota Bandar Lampung sebagai ibukota propinsi Lampung merupakan gabungan dua buah kota bertetangga yaitu Tanjung Karang dan Teluk Betung. Kedua kota ini sudah tak tampak batasnya lagi. Topografi kotanya itu berbukit-bukit dan berpantai. Saat ini kota sudah semakin dipercantik dengan aneka ragam hias yang diambil dari budaya Lampung. Pertama kali datang ke kota ini aku terpesona melihat ragam hias dari kain tapis menghiasi persimpangan utama di tengah kota. Ornamen ini dari keramik warna warni. Mirip deh dengan penampilan kain tapis asli.
Bentuk siger itu bisa ditemui di sepanjang jalan di Lampung, sejak masih di kabupaten hingga di ibukota propinsinya Bandar Lampung. Simbol siger bisa terlihat di pagar rumah biasa, pertokoan sampai gedung kantor.
Apa sih siger itu sebenarnya? Siger itu sebutan untuk tutup kepala pengantin wanita Lampung. Oh iya, orang Lampung atau ulun Lampung terbagi jadi dua suku, suku Saibatin dan suku Pepadun. Pakaian pengantinnya kedua suku ini agak berbeda, siger pada suku Saibatin agak melengkung. Tutup kepala pengantin pria disebut kopiah mas, juga dijadikan ragam hias. Tak dilupakan penambahan ornamen dari Kain Kapal Lampung, juga ada ornamen gajah (mungkin mau mengingatkan tempat pelatihan gajah di Way Kambas).
Nah di pusat kota Bandar Lampung ada tugu pengantin Saibatin yang berbaju merah dan suku Pepadun berbaju putih. Aku pernah memakai pakaian pengantin Pepadun, pakemnya adalah kebaya putih tak berlengan dengan hiasan uang emas kuno di bagian bawah baju kurung, bagian dada ditutupi lagi dengan sepotong kain sulam usus. Hanya aku minta khusus pakai baju kurung lengan panjang saja, alhamdulillah dibolehkan.
Nah, saat hari Lebaran kedua kami silaturahmi ke keluarga ipar di luar kota Bandar Lampung, di wilayah kabupaten Pesawaran. Di sinipun bisa terlihat ornamentasi siger dan kopiah mas pada gerbang tapal batas kota, disertai aksara lokal, had Lampung.
Ada sebuah jembatan baru di wilayah ini, cukup megah. Jembatan ini memandai daerah kota Gedong Tataan. Jembatan bukan berjenis jembatan bailey, tetapi jembatan yang ditahan oleh kawat-kawat baja kokoh. Pemanis jembatan ini lagi-lagi siger dan kopiah emas dan ornamen kain kapal di sisi kiri kanan jembatan.
Kota Bandar Lampung dan kabupaten lainnya memang sedang sibuk berhias. Dibanding beberapa tahun lalu yang hanya ada hotel melati, kini hotel besar bernama internasional sudah masuk ke sini. Juga sudah banyak gerai fast food asal luar negeri. Tampaknya geliat perekonomian semakin membaik. Masyarakat setempat tak lagi berorientasi Jakarta tetapi mulai menunjukkan rasa bangga dengan muatan lokal. Mungkin ini dikarenakan pengaruh wisata lokal yang mulai diminati wisatawan nusantara, wisnu, dan wisman, wisatawan mancanegara. Hanya penampilan megah belum banyak diikuti perbaikan infrastruktur, contohnya jalan yang menuju kompleks pemda kabupaten Pesawaran kemarin itu masih berlubang di banyak tempat.
Kalau soal kuliner Lampung di sini banyak macamnya, seperti pindang kepala ikan simba,
OO jadi ‘Menara Siger, adalah ‘Ikon Prop. Lampung … yang juga jadi salah satu obyek wisata … sayang belum begitu populer ya ..? Kalau ‘Pelabuhan Bakau cukup terkenal tuh … 😛
iya pastinya Bakauheni lebih ngetop ya.., lebih sering masuk tipi he..he..
Holland Bakery ada juga disana 😀 .
adaa, dan cuma di sini ada ornamen tambahan buat HB he..he..
Sewaktu ke Metro lebaran kemaren memang banyak saya lihat siger ini dijadikan ornamen.Kita apresiasi sebagai salah satu upaya melestarikan budaya.
Wah, waktu ke Metro kemaren aku gak lihat siger ini, terlalu terpukau lihat sawah.
xi..xi.., sawahnya lebih memukau ya mbak
setuju da.., supaya budaya setempat tetap diingat anak muda ya
Ah jadi kangen Lampung. Kangen melihat siger di mana-mana 🙂
uni lebih sering lagi ke Lampung dan eksplor ke berbagai sudut ya
disana di produksi keramik dengan motif kain tapis ya bun
bukan mbak, kayaknya cuma nyusun aneka warna keramik ngikutin motif kain tapis
bener-bener bertebaran banget siger dimana2 sepertinya yah bund..
miriplah kalau lihat atap bagonjong di Ranah Minang ya
baru ngeh mba.. kalo perhiasan kepala yg dipakaian adat itu simbol lampung *_*
saking banyaknya liat siger di mana2 aku ambil kesimpulan itu sebagai penanda Lampung
Lampung adalah provinsi Sumatera pertama yang masuk di blog saya :hihi, cuma dulu Metro, bukan Bandar Lampung. Dan Lampung memang menarik sekali untuk dijelajahi! Di sini saya baru paham apa beda Bandar Lampung, Tanjung Karang, dan Teluk Betung :hoho. Hiasan kepala suku Pepadun lebih tinggi dari hiasan kepala suku Saibatin ya Mbak :)). Ah, ingin kembali ke sana dan eksplorasi lagi kota Bandar Lampungnya.
ooh malah udah pernah ke Metro ya? aku cuma lewat aja di kota itu
Keren ya bun bisa kompak dengan ornamen seperti itu diseluruh propinsi
“janjian” kalik Niee
seandainya tiap daerah bisa kompak menggunakan simbol daerahnya kayak gini, pasti bagus sekali ya. Melestarikan sekaligus menjadi pembelajaran bagi pengunjung daerah tersebut
yg aku tau di SumBar udah dengan rumah bagonjongnya, di DKi pernah dikabarkan mau kasih ornamen gii balang di gedung2 ( gigi balang itu ornamen rymah Betawi) tapi nggak tau kelanjutannya
Waktu masih tinggal di Palembang dan ke Jakarta naik mobil bareng keluarga, kami sering mampir dulu di menara Siger sebelum ke pelabuhan Bakauheni buat nyebrang. Enak banget tempatnya
ah.. ngiri udah ke menara Siger aja
entah kenapa ya aku nggak pernah mampir, mau buru2 aka kayaknya
mbak monda….itu rumahnya di daerah mana ya? kayaknya familiar…. *biasaaaa preman lampung ini mah, hahahaha
ha..ha.. tukang jalan juga ya Fien..
itu rumahnya sebelum jembatan Gedong Tataan, pas lagi macet2nya sempat2in foto2
Apresiasi atas ketelatenan Mbak mendokumentasikan ‘sigerisasi’. Baru sempat dua kali ke Lampung dengan amatan yang sangat terbatas.Terima kasih ya Mbak, semakin bangga dan kagum dengan keelokan budaya Lampung bagian Nusantara.
[…] bentuk tutup kepala pengantin pria dan tutup kepala pengantin wanita yang dinamakan Siger. Siger sebagai simbol propinsi Lampung karena gampang ditemui di mana-mana, bisa disamakan dengan atap bagonjong yang merupakan penanda […]