Agrowisata adalah aktivitas wisata yang melibatkan penggunaan lahan pertanian atau fasilitas terkait (misal silo dan kandang) yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. (sumber : Wikipedia).
Agrowisata termasuk salah satu wisata minat khusus. Dieng baguslah kalau dikembangkan agrowisatanya. Banyak tanaman unik di sana yang agak jarang dilihat di tempat lain. Contohnya carica yang sudah jadi penanda buah tangan dari Dieng, ada lagi kacang Dieng, kentang, cabe Dieng, purwaceng dan lain-lain. Apalagi katanya pohon carica itu bagus untuk menahan lahan yang gundul akibat perkebunan kentang.
Malam hari sampai penginapan di Dieng itu kami sudah disergap oleh wangi manis yang membelai hidung. Aroma wangi itu asalnya dari 2 bongsang (keranjang bambu gede) carica di teras tuan rumah. Buah carica matang memang berbau wangi menggiurkan. Ternyata usaha utamanya tuan rumah itu buat manisan carica. Buah carica itu seperti pepaya, ukurannya kecil hanya sebesar mangga, dengan kulit luar yang kecoklatan seperti berkerak.
Oh iya penduduk sini menyewakan kamar-kamarnya yang berharga 300 ribuan per malam (setara dengan hotel bintang 3 di Semarang dan Pekalongan, dengan fasilitas yang jauh beda). Rumah ini punya 6 kamar yang terisi penuh. Fasilitas yang disediakan yaitu kasur dihamparkan di lantai, televisi, dapur yang bisa dipakai untuk masak, kamar mandi di dalam dengan water heater. Sayangnya gas water heaternya abis, niat bersih-bersih badan yang lecek seharian di jalan terpaksalah menunggu bapak rumah itu yang lagi hajatan di Wonosobo, he..he… Nyoba dipaksain cuci tangan aja dingin bukan main. Tidur pun aku nggak bisa nyenyak, padahal udah pakai selimut, pakai sweater dan kaus kaki tebal, ujung kaki tetap terasa menggigil. Katanya sih suhu pagi hari saat itu di Dieng sekitar 7 derajat. Gangguan tidur ditambah pula karena suara ramai tamu yang datang tengah malam, lalu terbangun dini hari karena tetangga sebelah kamar yang mau lihat sunrise di Sikunir ketuk pintu minta pindahin mobil. Padahal itu mobil tamu tengah malam itu, bukan bukan mobil kami yang menghalangi.
Pagi hari sambil menunggu pemandu wisata datang, berdua dengan si papa, kami jalan di sekeliling homestay. Ada pohon kemiri di muka rumah. Seumur-umur baru kali ini deh lihat pohon kemiri. Tetapi katanya ini bukan kemiri untuk bumbu masak, namanya saja yang sama. Entahlah.

Di rumah sebelah ada seorang ibu yang sedang jemur pakaian, ngobrol sebentar dengannya tentang kemiri yang rasanya katanya asam manis, ngobrol soal rumahnya yang juga disewakan untuk homestay, (bahkan kalau mau sewa satu rumah, penghuninya pindah dulu nginap di rumah saudaranya), lalu tanya-tanya kebun carica.
Nggak usah pergi jauh, kebun carica (Vasconcellea cundinamarcensis, sinonim Carica pubescens, Carica quercifolia, Carica goudotiana, dan Cariaca candamarcensis ) juga ada di belakang rumah. Ya udah langsung aja ke sana lewat jalan kecil mepet-mepet antar rumah. Kampung sini keliatannya padat, jarak antar rumah itu dekat banget, mungkin karena rame-rame pada nambahin bangunan buat homestay, jadi keliatan acakadut.
Kebunnya tak terlalu luas, tapi saat itu tanamannya terlihat hijau segar. cukup mewakili jenis tanaman yang ada di Dieng, walau rasanya tanah kering dan agak berpasir. Penampilan carica yang ditanam di bagian pinggir kebun itu langsung menyita perhatian. Unik sih. Pohon carica atau dikenal dengan nama lain pepaya gunung itu wujud pohonnya sekilas pandang sama seperti pepaya, tetapi bisa bercabang banyak, daunnya juga menjari lebih lebar, buahnya kecil tapi bergerombol banyak. Uniknya daging buah carica itu tak selembut pepaya, makanya jarang dimakan langsung, harus diolah. Setelah dibuat manisan, keripik dan dodol carica lebih banyak orang yang suka.
Ibu yang mengantar ke kebun menunjukkan tanaman kacang Dieng (di Dieng menyebutnya dengan nama kacang babi karena bentuknya mirip anatomi tubuh babi). Kacang Dieng ini kacang polong mirip buncis, setiap buahnya berisi 3 polong. Kacang ini juga sudah diolah, dipanggang dan dikemas untuk oleh-oleh. Rasanya garing seperti kacang Bogor.
Di kebun ini juga ditanam wortel, kentang (olahan keripik kentangnya garing lebih enak daripada keripik kentang impor yang terkenal itu, dan kentang rebusnya manis), cabe Dieng yang terkenal pedas ( tingkat kepedasan cabe Dieng kami cicip saat diajak sarapan di warung di kompleks candi Arjuna menu pilihannya nasi campur plus tumis jamur cabe Dieng sebagai salah satu lauknya). Berbatasan selokan kecil di kebun sebelah ada pohon terong Belanda.
Ada seorang bapak yang sedang menunggui selang penyiram kebun kentangnya. Bapak yang sudah naik haji tahun 94 ini mau diajak bercerita tapi tak mau difoto. Beliau bekisah belum lama ada salju turun yang merusak tanaman, banyak pohon yang mati kekeringan. Pada musim kemarau suhu di dataran tinggi Dieng (sekitar 2000 m dpl) di pagi hari bisa turun sampai 0°C dan menimbulkan embun beku yang oleh masyarakat disebut bun upas atau embun racun yang mengakibatkan kerusakan tanaman pertanian.
Tanaman khas Dieng yang tak kami lihat di kebun ini purwaceng, yang katanya bagian akarnya manjur sebagai afrodisiak, penambah stamina seksual. Kabarnya tanaman ini bentuknya seperti pegagan yang tumbuh mendatar di atas permukaan tanah namun tidak merambat. Purwaceng sudah mulai langka karena sulit menghasilkan biji sehingga menghambat budidaya.
Jalan pagi di sekitar ini cukuplah sekedar menambah khasanah pengertian kehidupan warga Dieng sehingga kami bisa lebih fokus ke jenis wisata lainnya, wisata alam dan wisata sejarah. Nah lengkap ya jenis wisata di sini, cerita pasti akan berlanjut.
Trims mba…serasa merasakan sendiri jln2 di kebun2 disana… Eh post ini bs diikutkan lomba blognya Visit Jawa Tengah nih mba..kbtlan temanya kan wisata minat khusus… 🙂
udah abis waktunya bukan mbak?
ah..iya…maaf saya salah ingat rupanya.. 🙂
jadi kebayang padetnya Mbak Monda kalo tiap orang berlomba-lomba menambah bangunan untuk homestay, wajar kalau rame, asri gitu daerahnya. Caricanya mirip banget sama pepaya ya Mbak. dan baru tahu kalo pohon kemiri itu tegak ke atas. Saya kira merambat 😛
kebetulan pula ini kami dapatnya homestay yang masuk gang kecil,parkir pas2an,
Mantapp … memang lembah Dieng kini makin menarik mata para pelancong parawisata.
kalau libur emang penuh banget di sini @brus, bahkan pas festival minggu sebelumnya semua homestay besar kecil penuh,sp pengunjung mau di rumah biasa yg penting bisa istirahat
ingat dieng ingat dengan oleh2 khasnya: purwaceng heheheh
Jalan2 di daerah pegunungan memang asyik
Selain hawanya segar juga bisa melihat indahnya pemandangan, bisa beli buah dan sayuran yang masih segar tur murah.
Terima kasih reportasenya semoga lain kali bisa ke sana.
Ini habis dari Cimahi ya Jeng?
Salam hangat dari Jombang
ini lagi cerita di dieng pak de.., udah pernah ke sana kah?
Wah cerita sisi lain dari Dieng bs saya dapatkan di sini 🙂
karena suka liat tanaman makanya nyari2 kebun udah he..he..
Waduh, pasti sebal banget rasanya ya dibangunin subuh-subuh untuk memindahkan mobil, eh salah orang karena mobilnya bukan mobil kita, hahaha…
Aduh, baca posting ini jadi pengen carica!! 😀
solusinya mungkin di pintu kamar musti pasang nopol mobil ya he..he..
Jalan pagi sejenak yang mengungkap sisi kehidupan masyarakat Dieng ya Mbak. Untuk Purwaceng lumayan banyak di halaman parkir utama Dieng Mbak. Salam hangat
waah .. aku nggak ngeliat sampai ke sana ya mbak..
Keren bun…carica kayaknya masih satu kelas sama pepaya berarti ya bun….pohonnya emg mirip-mirip gitu kelihatannya…
Serasa menikmati sendiri perjalananya bun, ditunggu kelanjutan ceritanya..
terima kasih Izza..
senang banget kalau Izza mau nunggu lanjutan ceritanya
Oh di homestay ya?
Murah jg ya mak segitu.
BTW aku jg nyobain tuh manisan carica, enak 🙂
aku juga jadi suka manisan carica, pengen lagi tapi jauuh ya belinya
Carica belom diolah rasanya kayak gmn mak? Asem2 kayak mangga gitu bukan?
tekstur dagingnya agak keras, rasanya sih katanya agak tawar
di share harga homestaynya dong, pengen ke Dieng dari kapa gak jadi2 huhuhu.
homestay sekitar 300 ribu.., udah disebut di atas
waktu aku nginep di sana, mandinya pakai air dingin. badan langsung keluar asep saking airnya dingin. hahahaahahah
ya ampuuun.. tahan banget Ari pakai air dingin..apa nggak beku badannya he..he…
ternyata itu kemiri bukan kemiri yg biasa digunain unt masak yah bund.. pantesan tadi mo nanya, kok kemirinya gede gitu.
iya nih rada membingungkan Pit..kemiri ini apa iya beda dengan kemiri bumbu masak..,
aku seneng banget ke dieng mak. Tiap kesana pasti ngemil kentang.
Pulangnya borong carica! Abis aku suka banget sih 😀
kentang dan caricanya memang enak banget ya…
kacangnya juga…
pokoknya bagus semua oleh2 dari sana
saa pernah dikasih manisan carica. Rasanya memang enak 🙂
rasa caricanya garing2 krenyes ya
Wah dingin pasti mbak, aku pernah nginap di Parakan aja kedinginan. Tapi begitu dipakai mandi, jadi hangat. Padahal mandinya pakai air dingin, hihiii
di Parakan Temanggung ya…?
aah aku nggak tahan lah mandi air dingin di tempat dingin..
he..he.. #lemah anaknya
pengin banget berkunjung ke tempat wisata di dieng jawa tengah ini, kapan-kapan rencana mau main ah kesanan
salah satu tempat wajib kunjung nih
Saya suka buah carica mbak. Saya liburan ke dien bulan Desember 2013. waktu itu ikut trip sama teman-teman kantor. Pengen kesana lagi mbak, mau tinggal disana, soanlnya suasananya adem, 🙂
ajo.. langsung tepikat dengan Dieng ya…
Buah Carica katanya sudah ada yang diawetkan buat dijual. Penasaran nih pengen nyobain.
iya uda, carica diawetkan jadi manisan
Buuuun, jadi kangen pengen ke Dieng lg baca postingan ini…
datang lagi Orin…, posting Orin salah satunya yang bikin aku mupeng ke Dieng lho
jadi pingin caricanya bun, sayang bgt disini jarangkalaupun ada agak mahal
udah ada yang jualan di online mbak
Sneng ya, Bund, diajak keliling gitu. Masih oenasaran sama pohon purwaceng, ngga?
Datang lagi ke Dieng, Bund. 😀
Dieng pesona mu selalu bikin siapa aja pengen balik lagi kesana, salam untuk gunung prau mbak, katanya Carica cocoknya ditanam di dataran tinggi ya mbak, jadi memang khas Dieng
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Monda…
Bestnya ya dapat keliling di kebuh buahan dan sayuran dengan makan tanaman yang segar dari ladang. Suasana kampung yang indah dan pastinya udara yang sehat buat tubuh kita.
Memang sesuai untuk acara pelancungan pertanian ya mbak.
Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂
Waah jadi pengin ke Dieng lagi. Terakhir kesana kesorean, nggak lihat apa2 🙁
Gw inget nya kalo dieng itu PURWACENG hahaha
Mbak, aku penggemar carica banget nget nget
Manisan carica itu ya ampuuun enaknya kebangetan slrrrppp
[…] Dieng. Dataran tinggi Dieng, 2.000m dpl, tak hanya terkenal karena pemandangan alamnya, agrowisata Dieng, tetapi juga wisata minat khusu, wisata sejarah […]
Aku kangeeeen pengen ke dieng lagi.. 2013 trakhir kesana, kita sewa 1 rumah, dan bener mba, pemilikny pindah k rumah sebelah kalo memang ada yg mau sewa 1 rumahnya. Itu murah bangettttt, 1 rumah gitu, lumayan gede cm 400 rb. Trs pemiliknya ramah banget, malam2 kita dijamu ama kentang goreng. Bener deh, kentang dieng itu enak!
Aku suka di dieng krn dingin. Suhu pas kita dtg malamnya 3 derajat. Aku ga kuat panas, makanya kalo nemu tempat dgn suhu rendah gitu pasti lgs suka. Makin dingin, makin cinta ama tempatnya :p.
Cm purwaceng yg aku ga doyan. Ga suka rasanya :p
mbak Fanny berhasil menikmati dinginnya Dieng ya…,
aku nggak kuat he.. he..
Wah… seneng membaca cerita ttg Dieng. Saya belum pernah ke Dieng Mbak. Pengen banget main ke sana. Mudah2an suatu hari bisa.
Saya juga belum pernah lihat pohon kemiri. Itu yg pink bunganya ya?
iya mbak yang berbunga pink itu katanya pohon kemiri