Semalam di Dieng dan Agrowisata Dieng

55
3736
buah lokal Dieng

Agrowisata adalah aktivitas wisata yang melibatkan penggunaan lahan pertanian atau fasilitas terkait (misal silo dan kandang) yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.  (sumber : Wikipedia).

buah lokal Dieng

 

 

Agrowisata  termasuk salah satu wisata minat khusus. Dieng baguslah kalau dikembangkan agrowisatanya. Banyak tanaman unik di sana yang agak jarang dilihat di tempat lain. Contohnya carica yang sudah jadi penanda buah tangan dari Dieng, ada lagi kacang Dieng, kentang, cabe Dieng, purwaceng dan lain-lain. Apalagi katanya pohon carica itu bagus untuk menahan lahan yang gundul akibat perkebunan kentang.

Malam hari sampai penginapan di Dieng itu kami sudah disergap oleh wangi manis yang membelai hidung. Aroma wangi itu asalnya dari  2 bongsang  (keranjang bambu gede) carica di teras tuan rumah. Buah  carica matang memang  berbau wangi menggiurkan. Ternyata usaha utamanya tuan rumah itu buat manisan carica. Buah carica itu seperti pepaya, ukurannya kecil hanya sebesar mangga, dengan kulit luar yang kecoklatan  seperti berkerak.

buah carica Dieng

Oh iya penduduk sini menyewakan kamar-kamarnya yang berharga 300 ribuan per malam (setara dengan hotel bintang 3 di Semarang dan Pekalongan, dengan fasilitas yang jauh  beda). Rumah ini punya 6 kamar yang terisi penuh. Fasilitas yang disediakan yaitu kasur dihamparkan di lantai, televisi, dapur yang bisa dipakai untuk masak, kamar mandi di dalam dengan water heater. Sayangnya  gas water heaternya abis, niat bersih-bersih badan yang lecek seharian di jalan terpaksalah menunggu bapak rumah itu yang lagi hajatan di Wonosobo, he..he… Nyoba dipaksain cuci tangan aja dingin bukan main. Tidur pun aku nggak bisa nyenyak, padahal udah pakai selimut, pakai sweater dan kaus kaki tebal, ujung kaki tetap terasa menggigil. Katanya sih suhu pagi hari saat itu di Dieng sekitar 7 derajat. Gangguan  tidur ditambah pula karena suara ramai tamu yang datang tengah malam,  lalu terbangun dini hari karena tetangga sebelah kamar yang mau lihat sunrise di Sikunir  ketuk pintu  minta pindahin mobil. Padahal itu mobil tamu tengah malam itu, bukan  bukan mobil kami yang menghalangi.

Pagi hari sambil menunggu pemandu wisata datang, berdua dengan si papa, kami jalan di sekeliling homestay. Ada pohon kemiri di muka rumah. Seumur-umur baru kali ini deh lihat pohon kemiri. Tetapi katanya ini bukan kemiri untuk bumbu masak, namanya saja yang sama. Entahlah.

Pohon Kemiri
Pohon Kemiri

Di rumah sebelah ada seorang ibu yang sedang jemur pakaian, ngobrol sebentar dengannya tentang kemiri yang rasanya katanya asam manis, ngobrol soal  rumahnya yang  juga disewakan untuk homestay, (bahkan kalau mau sewa satu rumah, penghuninya pindah dulu nginap di rumah saudaranya),  lalu  tanya-tanya kebun carica.

Nggak usah pergi jauh, kebun carica  (Vasconcellea cundinamarcensis, sinonim Carica pubescens, Carica quercifolia, Carica goudotiana, dan Cariaca candamarcensis ) juga ada di belakang rumah. Ya udah langsung aja ke sana lewat jalan kecil mepet-mepet antar rumah. Kampung sini keliatannya padat, jarak antar rumah itu dekat banget, mungkin karena rame-rame pada nambahin bangunan buat homestay, jadi keliatan acakadut.

Kebunnya tak terlalu luas, tapi saat itu tanamannya terlihat hijau segar. cukup mewakili jenis tanaman yang ada di Dieng, walau rasanya tanah  kering dan agak berpasir. Penampilan carica yang ditanam di bagian pinggir kebun itu langsung  menyita perhatian. Unik sih. Pohon carica atau dikenal dengan nama lain pepaya gunung itu wujud pohonnya sekilas pandang sama seperti pepaya, tetapi bisa bercabang banyak, daunnya juga menjari lebih lebar, buahnya kecil tapi bergerombol banyak. Uniknya daging buah carica itu tak selembut pepaya, makanya jarang dimakan langsung, harus diolah. Setelah dibuat manisan, keripik dan dodol carica lebih banyak orang yang suka.

pohon pepaya carica

Ibu yang mengantar ke kebun menunjukkan tanaman kacang Dieng (di Dieng menyebutnya dengan nama kacang babi karena bentuknya mirip anatomi tubuh babi). Kacang Dieng ini kacang polong mirip buncis, setiap buahnya berisi 3 polong. Kacang ini juga sudah diolah, dipanggang dan dikemas untuk oleh-oleh. Rasanya garing seperti kacang Bogor.

kacang Dieng segar

Di kebun ini juga ditanam wortel, kentang (olahan keripik kentangnya garing lebih enak daripada keripik kentang impor yang terkenal itu, dan  kentang rebusnya manis), cabe Dieng yang terkenal pedas ( tingkat kepedasan cabe Dieng kami cicip  saat diajak sarapan di warung di kompleks  candi Arjuna  menu pilihannya nasi campur plus tumis jamur cabe Dieng sebagai salah satu lauknya). Berbatasan selokan kecil di kebun sebelah  ada pohon terong Belanda.

wortel terong Belanda

 Ada seorang bapak yang sedang menunggui selang penyiram kebun kentangnya. Bapak yang sudah naik haji tahun 94  ini mau diajak bercerita tapi tak mau difoto. Beliau bekisah  belum lama ada salju turun yang merusak tanaman, banyak pohon yang mati kekeringan. Pada musim kemarau suhu di dataran tinggi Dieng (sekitar 2000 m dpl)  di pagi hari bisa turun sampai   0°C dan menimbulkan embun beku yang oleh masyarakat disebut bun upas atau embun racun yang mengakibatkan kerusakan tanaman pertanian.

menyiram kebun Dieng

Tanaman khas Dieng yang tak kami lihat di kebun ini purwaceng, yang katanya bagian akarnya manjur sebagai afrodisiak, penambah stamina seksual. Kabarnya tanaman ini bentuknya seperti pegagan yang tumbuh mendatar di atas permukaan tanah namun tidak merambat. Purwaceng  sudah mulai langka  karena sulit menghasilkan biji sehingga menghambat budidaya.

Jalan pagi di sekitar ini cukuplah sekedar menambah khasanah pengertian kehidupan warga Dieng sehingga kami bisa lebih fokus ke jenis wisata lainnya, wisata alam dan wisata sejarah. Nah lengkap ya jenis wisata di sini, cerita pasti akan berlanjut.

55 COMMENTS

  1. Trims mba…serasa merasakan sendiri jln2 di kebun2 disana… Eh post ini bs diikutkan lomba blognya Visit Jawa Tengah nih mba..kbtlan temanya kan wisata minat khusus… 🙂

  2. jadi kebayang padetnya Mbak Monda kalo tiap orang berlomba-lomba menambah bangunan untuk homestay, wajar kalau rame, asri gitu daerahnya. Caricanya mirip banget sama pepaya ya Mbak. dan baru tahu kalo pohon kemiri itu tegak ke atas. Saya kira merambat 😛

    • kalau libur emang penuh banget di sini @brus, bahkan pas festival minggu sebelumnya semua homestay besar kecil penuh,sp pengunjung mau di rumah biasa yg penting bisa istirahat

  3. Jalan2 di daerah pegunungan memang asyik
    Selain hawanya segar juga bisa melihat indahnya pemandangan, bisa beli buah dan sayuran yang masih segar tur murah.
    Terima kasih reportasenya semoga lain kali bisa ke sana.
    Ini habis dari Cimahi ya Jeng?
    Salam hangat dari Jombang

  4. Waduh, pasti sebal banget rasanya ya dibangunin subuh-subuh untuk memindahkan mobil, eh salah orang karena mobilnya bukan mobil kita, hahaha…

    Aduh, baca posting ini jadi pengen carica!! 😀

  5. Jalan pagi sejenak yang mengungkap sisi kehidupan masyarakat Dieng ya Mbak. Untuk Purwaceng lumayan banyak di halaman parkir utama Dieng Mbak. Salam hangat

  6. Keren bun…carica kayaknya masih satu kelas sama pepaya berarti ya bun….pohonnya emg mirip-mirip gitu kelihatannya…
    Serasa menikmati sendiri perjalananya bun, ditunggu kelanjutan ceritanya..

  7. aku seneng banget ke dieng mak. Tiap kesana pasti ngemil kentang.
    Pulangnya borong carica! Abis aku suka banget sih 😀

    • kentang dan caricanya memang enak banget ya…
      kacangnya juga…
      pokoknya bagus semua oleh2 dari sana

    • di Parakan Temanggung ya…?
      aah aku nggak tahan lah mandi air dingin di tempat dingin..
      he..he.. #lemah anaknya

  8. Saya suka buah carica mbak. Saya liburan ke dien bulan Desember 2013. waktu itu ikut trip sama teman-teman kantor. Pengen kesana lagi mbak, mau tinggal disana, soanlnya suasananya adem, 🙂

  9. Dieng pesona mu selalu bikin siapa aja pengen balik lagi kesana, salam untuk gunung prau mbak, katanya Carica cocoknya ditanam di dataran tinggi ya mbak, jadi memang khas Dieng

  10. Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Monda…

    Bestnya ya dapat keliling di kebuh buahan dan sayuran dengan makan tanaman yang segar dari ladang. Suasana kampung yang indah dan pastinya udara yang sehat buat tubuh kita.

    Memang sesuai untuk acara pelancungan pertanian ya mbak.
    Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂

  11. Aku kangeeeen pengen ke dieng lagi.. 2013 trakhir kesana, kita sewa 1 rumah, dan bener mba, pemilikny pindah k rumah sebelah kalo memang ada yg mau sewa 1 rumahnya. Itu murah bangettttt, 1 rumah gitu, lumayan gede cm 400 rb. Trs pemiliknya ramah banget, malam2 kita dijamu ama kentang goreng. Bener deh, kentang dieng itu enak!

    Aku suka di dieng krn dingin. Suhu pas kita dtg malamnya 3 derajat. Aku ga kuat panas, makanya kalo nemu tempat dgn suhu rendah gitu pasti lgs suka. Makin dingin, makin cinta ama tempatnya :p.

    Cm purwaceng yg aku ga doyan. Ga suka rasanya :p

  12. Wah… seneng membaca cerita ttg Dieng. Saya belum pernah ke Dieng Mbak. Pengen banget main ke sana. Mudah2an suatu hari bisa.
    Saya juga belum pernah lihat pohon kemiri. Itu yg pink bunganya ya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.