Di Jawa Barat ada candi bun? Demikian pertanyaan seorang teman. Memang, kalau ingin wisata candi awalnya hanya tahu ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di kedua propinsi ini gampang banget mencari obyek wisata candi. Mau lihat candi yang megah? Ada candi seperti Borobudur dan Prambanan. Atau mau lihat candi-candi kecil tetapi dengan bentuk khas? Datangi saja candi Sukuh, candi Singosari atau candi Pari.
Ternyata di propinsi Jawa Barat masih ada candi selain Candi Cangkuang di Garut. Nah, Candi Jiwa dan Candi Blandongan letaknya tak jauh dari ibukota, ada di kabupaten Karawang.
Baca juga : Candi Cangkuang dan Kampung Pulo
Gaung keberadaan candi-candi di Batujaya, Karawang propinsi Jawa Barat ini mungkin belum terdengar luas. Ya ditemukannya saja belum lama kok, tahun 1984.
Sekian lama mendengar keberadaannya, belum sempat juga lihat langsung ke lokasi. Pikirku palingan masih dalam tahap penelitian dan ekskavasi. Pasti masih banyak arkeolog yang kerja keras di situ. Kedatanganku nanti yang cuma bisa nonton pasti akan mengganggu kerja serius mereka. Jangan-jangan pun lokasi masih tertutup. Padahal dalam hati sih kepengen juga ikut belajar ditel ilmu penggalian peninggalan sejarah.
Rute Perjalanan ke Candi Jiwa Karawang
Akhirnya jadi juga ke Karawang Barat. Berdua suami berangkat dari rumah jam 10 pagi di bulan Agustus. Berangkat jam segitu terlalu siang tampaknya. Sampai di lokasi sudah waktu zuhur, hanya keliling dua candi saja sudah nggak sanggup lanjut. Perut sudah berteriak minta diisi ha.. ha..
Kompleks Percandian Batujaya gampang diakses.
Yang termudah dari Jakarta bisa melalui jalan tol ke arah Cikampek dan keluar di pintu tol Karawang Barat. Tanya kepada petugas loket tol katanya ikuti saja papan petunjuk. Plang arah jalan menyatakan jaraknya 49 km. Dari pintu keluar tol ini lurus saja lalu setelah melewati jalan layang berbelok ke kiri.
Oh ya, di papan petunjuk itu kelihatannya banyak obyek wisata menarik di wilayah ini. Ada arah ke beberapa curug dan pantai. Layak banget nih sepertinya didatangi. Catat, mungkin lain waktu bisa ke sini lagi.
Ikuti jalan ini sampai tiba di persimpangan lampu merah. Ambil jalan ke kanan menuju Rengasdengklok. Susuri jalan ini sampai jumpa Pasar dan Terminal Rengasdengklok. Setelahnya belok ke kanan, kira-kira beberapa ratus meter sampai pertigaan langsung belok kiri ke utara. Dari titik ini tampak lagi markah arah, dan dapat informasi jaraknya ke lokasi percandian masih 20 km lagi.
Jarak 20 km ini menyusuri tepi Saluran Induk Tarum Barat, milik PDAM. Hanya ada beberapa ratus meter jalan yang masih diaspal, selebihnya beton mulus. Kendaraan pun bisa melaju dengan halus. Hambatan hanyalah adanya para remaja pencari dana untuk pesta hari kemerdekaan RI yang berdiri di tengah jalan di beberapa tempat. Jalan yang hanya dua lajur itu jadi sempit deh.
Petunjuk arah terus ada di sepanjang jalan, jadi nggak usah takut kesasar. Walau begitu demi menenangkan hati tetap saja kami beberapa kali bertanya pada warga.
Yang menarik juga pemandangan di perjalanan. Kabupaten Karawang itu kan sudah lama dikenal sebagai daerah lumbung padi. Sudah pasti hamparan sawah menguning sangat memuaskan penglihatan. Di sepanjang Saluran Induk Tarum Barat pun puas mengamati kesibukan pertanian sambil lalu. Lucu deh lihat kawanan domba yang punggungnya dilabur cat warna-warni, mungkin identitas pemilik ya.
Air di saluran ini bersih, bening dan tenang, ada warga yang memanfaatkan ambil airnya dan berkegiatan di situ, ada yang mandi juga he.. he.. Jadilah di permukaan yang hampir menyerupai kaca itu terpantul bayangan. Salah satunya foto masjid kuning yang kuikutkan pada Weekly Photo Challenge beberapa bulan lalu.
Setelah dua jam perjalanan tiba di lokasi. Di sini ada loket dan lahan parkir yang tarifnya seikhlasnya. Dari titik ini tampak dua buah candi terlihat gagah walau tak sempurna bentuknya. Candi Jiwa terlihat di depan dan Candi Blandongan di latar belakang.
Lokasi kedua candinya ada di tengah sawah yang sedang dibajak. Jalan setapak menuju candi sudah dibeton dan ada tiang lampu untuk penerangan malam hari. Siang itu sinar matahari terik sekali. Panas banget. Sebaiknya bawa payung dan topi kalau ke sini ya.
Tapi sebelum sampai ke kedua candi, pandangan tertumbuk pada tanah berpagar di sebelah loket. Ada gundukan tanah rendah dengan batu bata menyembul di beberapa tempat. Itulah situs Damar yang belum diekskavasi atau digali.
Candi Jiwa Karawang
Candi Jiwa sudah hampir selesai direstorasi, dan sudah dipagari. Sudah terlihat rapi. Di sekelilingnya ditanami rumput dan pohon besar di sudut, lumayan banget untuk berteduh. Candi dibangun memakai batu bata merah, dan tanpa ukiran atau relief.
Cerita penemuan Candi Jiwa dan Blandongan ini seru lho. Awalnya para peneliti arkeologi menemukan arca di Cibuaya tahun 1950an, yang lokasinya masih di Kabupaten Karawang. Bertahun berlalu, para peneliti yang masih meneliti Cibuaya dapat informasi lain. Masyarakat cerita ada benda-benda seperti yang ditemukan di Cibuaya dalam jarak sekian kilometer.
Pada 1984 di lokasi desa Segaran kecamatan Batujaya ahli-ahli arkeologi menemukan benda-benda purbakala di sekitar gundukan tanah di tengah sawah. Unur, sebutan dari masyarakat, itu telah ditumbuhi rumput dan ilalang, bahkan pohon pisang.
Dari penelitian itu ada beberapa dugaan, jika candi-candi tersebut dibangun antara abad 4 sampai 5 Masehi. Bahkan, ada juga ahli sejarah yang menyebutkan candi tersebut se-zaman dengan Kerajaan Tarumanegara. Teori lain yang menyebutkan candi tersebut merupakan peninggalan zaman megalitikum. Itu karena ditemukan bangunannya merupakan batu berbentuk tegak (menhir) dan terdapat batu besar (dolmen).
Candi Blandongan Karawang
Melangkah ke candi Blandongan yang masih berpagar seng ketemu dengan penjaja cangcimen (kacang kuaci permen). Si bapak ini sempat cerita dalam wilayah 5 kilometer ada kurang lebih 50 situs yang belum dibuka. Dia juga kasih informasi di kejauhan itu ada candi yang masih tahap penggalian.
Kok si bapak bisa tahu sih? Dia bilang sering mampir ke museum. Lho baru tahu deh ada museumnya. Keren deh pak, secara tidak sengaja malah jadi pemandu wisata dadakan. Museum ada di bagian depan di tepi jalan desa.
Takjub dan jadi bersemangat lho dengar petujuk ini. Sekian banyak situs yang menanti giliran untuk tampil satu persatu ke atas panggung khasanah cagar budaya. Membayangkan luasnya, mungkin menyamai situs Trowulan. Makanya lebih tepat dinamakan Percandian Batujaya karena terletak di kecamatan Batujaya dan Pakisjaya.
Penelitian dan ekskavasi masih terus berlanjut, mungkin menunggu giliran anggaran pemerintah. Di dekat Candi Blandongan juga ada situs yang masih dikelilingi seng yang belum selesai ekskavasi. Juga masih ada unur yang saat itu jadi tempat angon kambing. Salut juga dengan masyarakat sekitar situ, setelah berpuluh bahkan beratus tahun unur-unur itu tetap dibiarkan dan tak dibuka untuk sawah. Keramat katanya, nggak berani ganggu. Mungkin itulah kearifan lokal a la Batujaya.
Di balik pagar seng ada Candi Blandongan dan gubug dengan tempelan informasi seputar restorasi. Tampaknya Candi Blandongan belum selesai dipugar. Di gubug mash ada batuan, juga di pojok selatan candi masih ada tumpukan batu berantakan. Candi ini relatif lebih lengkap dibanding candi lainnya, dan lebih besar (25 x 25 meter). Ini gambaran candi Blandongan dari arah atas, kufoto dari spanduk informasi.
Menurut keterangan di gubug, teknologi dan arsitektur candi ini paling raya dibanding candi lainnya. Di ke empat sisi candi ada tangga masuk beranak tangga 8. Pintu utamanya di sisi barat laut. Di kiri kanan pintu utama ini terdapat relung yang biasanya digunakan untuk menempatkan arca.
Di sisi utara candi malah ketemu dengan 4 remaja cantik yang tiduran di rumput. Jadi ikutan istirahat bareng di bawah pohon. Mereka ini siswa kelas 1 sebuah SMK di wilayah Bekasi. Katanya naik motor ke sini cukup dekat. Jadilah ngobrol ke sana kemari dan mereka kasih info tambahan tentang percandian ini.
Bersama mereka kemudian menuju ke museum. Mereka awalnya ragu mau masuk museum karena keder harus bayar lagi he.. he.. Karena melihat mereka antusias dengan candi ini akhirnya mau juga kuajak menemani.Di Museum kecil ini disimpan berbagai temuan dan foto-foto proses ekskavasi dan restorasi. Tampak ada berbagai jenis bentuk batu bata penyusun candi, keramik, fosil daun dan tulang manusia prasejarah.
Menarik menanti perkembangan selanjutnya dan tersibaknya sejarah lengkap kompleks percandian Batujaya ini. Kompleks percandian ini tampaknya sudah menarik minat banyak pengujung selain kami. Yuk main-main ke Candi Jiwa dan Cand Blandongan di Karawang.
Wah, ternyata ada candi juga ya di Jawa Barat. Aku jadi penasaran dengan sejarahnya, mengingat Jawa Barat dulunya kan lebih dikuasai Kerajaan Sunda daripada Majapahit. Uniknya, kalau memakai batu bata merah berarti lebih mirip dengan candi di Jawa Timur daripada di Jawa Tengah ya. Hmmm…
material candi dari batu bata merah mungkin karena bahannya mudah didapat..
sama seperti di Jawa Timur dan Jambi
kalau di Jawa Tengah banyak batu dari muntahan gunung berapi, proses buatnya lebih rumit karena harus memahat batu
Kalau lewat Rengasdengklok sepertinya ambil jalan memutar ya Mbak. Dulu waktu kami ke sana ada jalan tembus dari samping stasiun, antara Cikarang atau Lemahabang saya lupa tapi nanti langsung ke utara tembusnya pas di pertigaan yang ada SPBU-nya. Ya tapi itu nggak lewat tol sih, hehe.
Mungkin kalau ini sudah tergali semua, bisa jadi World Heritage Site yah Mbak… habisnya banyak banget unur sejauh mata memandang di sana, dan datarannya hampir-hampir tak bergunung, ideal banget buat membangun kompleks pemujaan yang masif. Tapi meski ada yang bilang candi ini dibangun di masa Hindu tua, teknologinya sepertinya sudah sangat maju. Itu sambungan-kuncian batu yang tampak di foto sangat teratur. Ah, candi ini memang masih banyak misterinya. Termasuk dengan bata-bata merahnya.
aku awam dengan daerah sini Gara,
paling mudah ya lewat tol aja,
makanya itu kaget aja cewek2 SMK itu dari Bekasi naik motor lho
iya ih di mana2 ada unur ya, hebat membayangkan gedenya seperti apa nanti
Hamparan candi berbahan dasar batu merah di tengah sawah ya mbak. Semakin menyibak kejayaan sejarah leluhur. Trim mbak, berbagi wisata candi di Karawang
eh … sawahnya kok nggak ikut kefoto ya
Woooooo baru tau ada candi di karawang. Lebih deket dibanding harus ke jawa tengah. Kebetulan blm pernah sama sekali ngajak anak2 ke candi. Makasih ya mba infonya.
mudah2an anak2 suka ya dengan wisata sejarah ..
Wah keren juga buat tujuan wisata alternatif di Karawang, padahal dekat, tapi karena belum banyak diinfokan jadi ngga tau 😀
coba deh didatangi, tersu ke museumnya
bakal takjub masih banyak kekayaan yang tersembunyi
Saya dan keluarga pernah ke sini! Dan memang dekat banget dari rumah kami (Bekasi), cuma 1 jam perjalanan kalau gak salah.
Oh iya bun, di tengah sawah yang berada di area candi Jiwa ini terdapat sumur, di mana airnya dianggap sebagai air suci bagi umat Hindu (tirta). Biasanya orang tua saya mengambil air suci ini setiap beberapa bulan sekali, dan sekali ambil sampai 1 galon air mineral.
Ahh, dulu mau nulis tentang candi Jiwa ini di blog malah lupa terus… ????
ayo ceritain lagi Candi Jiwa versimu, pasti lebih menarik
nah itu bunda nggak tau ada sumur untuk ambil tirta
perjalanannya seru… kiri kanan perjalannan kayaknya masih bisa lihat hijau-hijauan ya mba… moga bis berkunjung ke Candi ini suatu hari karena kayakna lumayan tertempuh dari rumah…
dekat ini Ira…
tapi kalau bawa anak2 kesian panas he.. he..
datangnya pagi2 aja ya
oalah jadi seperti ini bentuknya, saya pernah denger dari teman yg kebetulan orang karawang, bahwa di karawang juga ada candi 😀
candi2 di sini ukurannya kecl dibanding candi Jawa Tengah
masih belum banyak cerita yang terkuak
jadi makin penasaran
catat dan datangi ya
ada dua candi ladi dekat situ yang sama menariknya
aku pun kepengen datang lagi
Model bata yang digunakan mirip yanga da di Menara Kudus. Kalau di Candi-candi DIY dan sekitarnya rata-rata warnanya lebih gelap.
Baru tahu kalau di Karawang ada candi juga. Makasih infonya Mbak 🙂
sama2 pak, ditunggu karya fotonya di tempat ini
mba.. keren banget liputannya..
saya perlu ditulari bikin liputan lengkap seperti ini nih
masih lebih lengkap liputan mam Hilsya tentang benteng di Cilacap lho
sebagai cicit dari kakek buyut yg berdarah rengas dengklok… saya baru tahu ada tempat ini, mbak. kapan2 pengen liat candinya ke sana 🙂
sama mbak aku pengen ke Rengasdengklok, pengen lihat rumah tempat Bung Karno pernah diumpetin
Klo mau ke candi dari jakarta bisa kok lewat marunda ke buni terus sampai ke cabangbungin tinggak nyeberang sungai citarum nyampe deh…
terima kasih ya informasinya, baru tau alternatif ini
[…] petunjuk berbelok ke kanan ke Walahar dan danau Cipule, kalau belok ke kiri adalah jalan ke arah Candi Jiwa dan Blandongan. Lalu beberapa ratus meter sesudahnya belok ke kanan lagi sampai menyusuri pinggir sungai. […]