Minggu pagi yang lalu sengaja kami arahkan tujuan jalan-jalan ke Depok, karena ada acara di sebuah mal dalam rangkaian Tahun Baru Imlek, pameran sejarah kota Depok. Tak banyak pernik sejarah Depok yang kuketahui. Tetapi aku ingin lihat tampilan masa kini dari sebuah bangunan antik, Rumah Tua Pondok Cina. Selain itu memang ada keperluan khusus untuk membeli kosmetik perawatan wajah BS untuk si gadis. Mal tujuan itu Margo City di jalan Margonda, jalan yang menghubungkan Depok – Jakarta , tak jauh dari kampus Universitas Indonesia.
Lokasi Rumah Tua Pondok Cina
Lokasi bangunan ini ada di kompleks mal MargoCity, jalan Margonda Raya, Depok.
Memang ada sebuah bangunan tua yang sangat ingin kulihat lagi. Bangunan itu kabarnya masih ada di dalam kompleks mal Margo City . Bagi yang sering melewati jalan Margonda Raya Depok di tahun 80an atau sebelumnya mungkin ingat pernah melihat sebuah rumah kuno megah berwarna putih di sebuah tanah kosong yang luas. Rumah itu begitu menarik perhatian karena terlihat menonjol muncul sendirian di seluas mata memandang, apalagi masa itu di sekitarnya belum banyak bangunan besar. Hanya satu-satunya bangunan di hamparan ilalang.
Dahulu rumah itu selalu menarik perhatian saat hendak silaturahmi ke rumah tanteku di jalan Karet. Dari kalan Karet ini yang terlihat adalah sisi sebelah kanan rumah. Setiap melewatinya tak puas-puas kulihat bangunan itu sampai hilang dari pandangan, samalah dengan teman blogger Chie yang terpesona dengan rumah cantik Menteng. Ingin sekali masuk ke dalamya, tetapi lahan itu sudah dipagar dan bangunan dibiarkan kosong tak berpenghuni.
Sejarah Rumah Tua Pondok Cina
Wilayah sekitar jalan Margonda ini dinamakan Pondok Cina karena dahulu di tempat ini diidirikan pondok-pondok yang ditempati para pedagang Tionghoa. Mereka tidak boleh masuk ke tengah kota, oleh tuan tanah Depok, Chastelein. Sedangkan rumah tua itu berasal dari abad 19, milik arsitek Belanda tetapi kemudian dibeli oleh saudagar Tionghoa. Saudagar yang baik hati mengijinkan para pedagang tersebut membuat pondok-pondok hunian. Dari sanalah asal nama kampung Pondok Cina. Kini lahan beserta rumah tua menjadi milik pengembang swasta yang membangun mal dan hotel.
Di sekitar rumah tua ini ada perkebunan karet dan persawahan. Jejak kebun karet hanya tertinggal pada nama jalan Karet yang ada di sebelah kanan kompleks mal.
Berkali-kali melewati depan mal tapi tak pernah lagi melihat bangunan itu, bahkan pernah kutanyakan pada petugas satpam mal tetapi dia tidak tahu. Setelah googling ternyata rumah tua itu kini bernama The Old House Coffee. Dan dengan nama itu lebih mudah bertanya, petugas parkir langsung bisa menunjukkan letak bangunannya yang ada di sebelah kiri pintu masuk. Sekilas kulihat ujung atapnya, terasa berdebar jantungku ingin segera melihat bentuk utuhnya. Setelah dapat parkir di bagian belakang mal, kami masuk dulu ke mal ke toko BS kemudian melangkah ke sisi kanan depan mal melalui selasar.
Rumah tua itu kini terletak lebih rendah dari jalan dan terhalang selasar beratap, apalagi di bagian depannya sedang ada pembangunan gedung baru yang ditutupi pagar tinggi, sehingga makin tersembunyi. Bangunan yang menjadi saksi bersejarah berdirinya kota Depok kini hanya sekadar menjadi tempelan saja.
Bagian dalam rumah tua Pondok Cina ini sudah menampilkan wajah baru. Tak terlihat nyata gaya kunonya.
Terus terang aku kecewa rumah tua yang cantik ini sudah berubah. Katanya peremajaan, tapi terlalu banyak yang dirubah. Bagian dalam kafe tempat kami duduk sudah gaya masa kini walau dicoba dituakan dengan memajang deretan foto Jakarta dulu kala. Jendela besar sudah tertutup kaca karena ada pendingin udara, lantai, daun pintu semuanya sudah berubah. Menurut kasir kafe bagian bangunan yang dipertahankan hanya pilar, lantai, dinding bagian depan dan kusen pintu.
Update wajah Rumah Tua Pondok Cina Depok
Tanggal 24 Juli 2016 dari balik pintu kaca di bagian dalam The Margo Hotel Depok pemandangan inilah yang tampak. Rumah tua Pondok Cina Depok tertutup dan cafe sudah tidak beroperasi lagi. Ada pohon beringin kecil dan lumut yang tumbuh di sela tembok bangunan menunjukkan cukup lama rumah tua ini tak tersentuh.
Alamat Rumah Tua Pondok Cina di Jl. Margonda Raya No. 358, Kemirimuka, Beji, Depok, Jawa Barat. Lokasi bangunan kuno ini kini di antara The Margo Hotel dan Mal Margo City Depok.
Susah juga kali ya mba kalau tetap dipaksa kayak dulu, soalnya mungkin karena fungsinya berubah atau emang bagi yang punya, yang penting masih ada unsur rumah lamanya aja.. 🙁
betul juga memang Be,
Miris ya mbak kalau melihat bangunan2 tua yang berubah seperti itu, walau tampak depannya masih kuno.
Urusan “blusukan” ke tempat bersejarah memang Bu Monda jagonya.
Dan kebetulan juga negara kita kaya akan hal itu.
Sayang seribu sayang, sebagian besar diantaranya kurang perawatan dan nyaris terabaikan.
ya pak, kalau masih bisa difungsikan seperti rumah ini ya bagus deh, asalkan unsur lamanya masih dominan, karena bangunan lama itu kan cantik dan kokoh
hadehh, yg lihat rumah tua bisa berdebar kayak menemukan pacar.. 😛
bahwa elemen tua adalah hal yg sangat berharga tampaknya kurang diperjuangakan secara mati2an sama orang sini kak..
xi…xi…, iya mak karena memang ada hasrat terpendam pengen masuk situ
kepentingan bisnis mengalahkan pelestarian ya mbak 🙁
bangunan ini nggak ditetapkan sebagai cagar budaya, jadi terserah pemiliknya mau diapain he..he…
Bertahun-tahun kuliah di UI tidak pernah memperhatikan adanya rumah pondok Cina :D. Sayang sekali bangunan bersejarah kini hanya menjadi tempelan saja.
nggak pernah lihat ya Nel?
kalau naik angkot turun di sini sebutnya “karet” karena dulu juga bekas kebun karet
kalau dari UI sebelah kiri jalan
Banyak sekali bangunan kuno/bersejarah yang tidak terawat di negeri ini… patut sekali disayangkan.
itu mah rumah tua keren…
coba kalo ga diurus
bakalan kaya rumah hantu, hihihi..
bisa juga jadi rumah hantu he..he… karena dekat kuburan kuno Cina juga, kuburan keluarga pemilik lama
he..he..
Mbaaak…saya baru datang, maaf yaaa…
Eh, kenapa saya nggak tau tempat ini ya mbak?
Padahal Depok itu kan tetanggaan sama rumah saya sekarang…
Kapan-kapan kalo kesana lagi, saya mau ngintip ah 😀
Mbak, saya juga suka merasa sayang kalo bangunan tua peninggalan Belanda dijadikan buat usaha. Kesannya jadi aneh. Tapi mungkin biaya perawatan bangunan-bangunan itu juga nggak murah, jadi mau tidak mau, harus dicari cara untuk menghasilkan uang dan memeliharanya dengan anggaran yang didapat dari usaha itu.
Weits, kenapa komen saya jadi serius gini?
😉
iya…mbak.. sekarang letaknya tersembunyi ….
aku juga terkecoh kok, yang memang udah sering liat dulu …nyempil sih..
aku kemarin sudah mampir dan ninggalin komen 2 kali, ternyata emang gak muncul ya mbak?
Hadeehhh.. kemana larinya komenku… ?
mbak ..sorry….. masuknya ke kotak spam…udah kukeluarkan
aku baru bisa buka spamnya dan ternyata ada 11 komen teman2 di sana, termasuk komen reply dariku he..he…
galak banget satpamnya
duh bun saya kemana aja ya, kuliah di depok kok gak tau ada rumah tua 🙂 ketauan kurang bergaul ya
mungkin waktu mbak Lidya kuliah di sana.. daerah itu belum jadi tempat nongkrong….., paling cuma ada warung tenda sih…
Iya ya Bun…keliatannya ga tua2 bgt jadinya…
saya juga sama kecewanya mendengar yang seperti ini.. seperti halnya rumah cantik di menteng yang di rubuhkan… hiks..
Ya mungkin ini kemajuan jaman.. tidak selamanya gedung harus tetap dipertahankan begitu kali mikirnya ya..
makin byk aja bangunan2 cantik yg di ubah kecantikannya ya mbak.. 🙁
Iya ya Mbak, padahal bagusnya bangunan tua itu dibiarin kusam catnya. semakin kusam dan banyak rusak dindingnya semakin tua kliatannya..
Kalau sudah tua terus diremajakan, berarti jadinya benar-benar baru. Dan sudah pasti gak kelihatan lagi tua atau kuno-nya. Kecuali judulnya dirawat….
Sayang ya. Padahal makin vintage tentu makin menarik dan berharga untuk dikunjungi.
Di Kota Semarang juga banyak sekali gedung gedung tua yang tak terawat dan hampir roboh malah….
Ketika sy ke jkt di tahun 1977 dan sering main ke depok, saya sudah melihat bangunan ini, karena banyak keluarga saya yg tinggal di depok, jadi hampir setiap naik angkot pasti lewat di sini.
Kalau g salah Sampai tahun 2001 bahkan 2003 kayaknya masih ada, karena sy masih sering bolak-balik k depok…… 🙂
Nah setelah itu saya tidak mengikutinya lagi, beberapa tahun belakangan ketika margonda city berdiri baru saya tau bahwa bangunan ini masih tetap dipertahankan meskipun kondisiny spt yg bu monda gambarkan di atas. 🙂
ya .. uda pernah lihat juga, keren banget kan rumahnya
wah… pengen ke sana..
deket sama UI-nya sampe bs jalan kaki atau ttp hrs naik kendaraan??
naik angkot aja Nit, paling 10 menitan sih … di dalam kompleks Margo City ya
Kalo gak salah dulu itu Oh Lala, hehehe
Kalau lantainya diubah, jadi wagu ya
gantinya terlalu mengkilat ya …kalau ganti lanati yang agak doff mungkin bagus juga
Iya Bu, kayak ubin yang di gedung2 tua gitu
*gak tau istilahnya 😀 😀
Kan baru tapi tetep kuno hehehe 😀
kalau udah dijadikan cafe gitu memang akan disesuaikan dengan fungsinya ya bun. kecuali dijadikan museum, pasti lebih cantik
Lantai kunonya cuma sisa yg di teras aja ya? Hiksss… padahal lantai terakota berwarna merah itu mahal harganya, jauh pula bawa dari Tiongkok ratusan tahun lalu.
iya cuma sisa segitu..
asli dari Tiongkok ya.., antik banget
Saya seorang laki-laki kelahiran tahun 1987. Asli lahir di Gang Langgar Margonda Raya Depok yang persisnya berkediaman di belakang Gedung Tua Tersebut.
Sedikit mau curhat saja.
Dengan sadar saya merasakan sesak di dada melihat perubahan kampung halaman saya yang sangat pesat dan maju. Ya ini lah kehidupan modern, pembangunan di mana-mana. Tapi fakta melihat bukti-bukti sejarah mulai berubah itulah yang membuat sesak di dada.
Masih sangat jelas terbayang gambar Gedung Tua saat di mana pembangunan Mall Margo City belum ada. Gedung Tua tersebut terlihat tempat yang sangat disegani oleh sebagian warga Kampung Gedong (kampung belakang Mall Margo City) termasuk saya pribadi.
Gedung Tua itu terlihat angker bagi kami dan kami pun sangat senang dengan keberadaan gedung itu dulu. Tempat di mana kami bermain mencari hewan buruan seperti burung, ular, kelinci, ayam sawah, dan sebagainya. Rumput atau dedaunan untuk pakan ternak. Bermacam buah-buahan bisa kami dapatkan di kebun sekeliling Gedung Tua itu.
Saat ini, kami hanya bisa melihan bangunan gedung modern yang semakin tinggi di sana. Kami tau ini dalah kemajuan tapi kami berharap kenangan kami masih terjaga dengan baik dan semua pihak menjaganya.
Terima Kasih,
Guruh Muluk Angkasa
oh..aku nggak perhatikan pohon asemnya..
beberapa kali ke Margo Citi, kok yang keliatan cuma macet yaaa.. hehehehe, rumahnya kelelep.. mau coba ngetes temen yang tinggal di depok tau lokasi rumah ini atau tidak.. hehehe..
Loh ternyata sy terlewat postingan ini. Beberapa kali ke Margonda city tidak ngeh ada bangunan cantik ini.
Salam hangat mbak Monda.
Pemeliharaannya koq nga menyeluruh yach Kak. Jadi nga terlihat cantik, padahal banyak loh bangunan tua yang enak dan nyaman untuk dikunjungi.
Awal-awal Margo City….rumah tua ini bukan tempelan, justru bangunan yang terletak di depan ini difungsikan sebagai Cafe dan saya sempat kopdar blogger di sini.
Lama saya nggak main2 ke arah Depok….sayang ya nggak terawat. Suka sedih ya…padahal gedung tua ini indah.
pasti saat intu bangunannya masih tertata cantik ya bu..
baca2 berita kabarnya sih tahun ini rumah tua Pondok Cina akan dipercantik
Peremajaan kalo cuma sekedar di cat aja ini udh bagus banget sih.
Jadi penasaran dan pengen bgt k Sana. Thanks infonya mba
Aku juga suka berkunjung ke rumah tua, ngebayangin gimana dulu suasananya ,apakah ada yang ribdu untuk pulang ke sana wkkkk melow gitu.Nice post
Tentu sangat disayangkan bangunan bukti sejarah ini dibiarkan diobok-obok pengembang tanpa ada usaha maksimal dari pemkot Depok untuk menyelamatkannya. Karena bukti otentik sejarah itu tak ternilai. Kalau peduli kepada warisan sejarah sudah seharusnya sebelum Izin Penggunaan Peruntukkan Lahan (IPPL) diterbitkan, pemda setempat memasukkan syarat melindungi bangunan bersejarah dari pengrusakan.
Memang diperlukan pejabat yang peka dan peduli sejarah untuk menyelamatkan bangunan bersejarah.
Disinilah kadang saya berprasangka Hepeng Do Na Mangatur Negara on.
Beberapa kali ke margocity saya gak tau ada rumah tua ini. Kuper saya.
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Monda….
Apa khabar ? Sudah lama tidak berkunjung kemari dan tentunya rasa rindu menyapa. Mudahan mbak sihat dan diberkahi Allah SWT dengan kebahagiaan.
Setiap yang menjadi sejarah lampau tentu sekali amat bermakna buat generasi baru untuk melihat keindahannya agar kekal terawat ya. Sayang sekali, jika dibiarkan tanpa terurus wal hal bisa menjadi objek wisata yang menguntungkan. Mungkin pihak pemerintah perlu mengambil berat tinggalan sejarah seperti rumah tua pondok Cina ini.
Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂
bagian depan yang tersisa dan ga dirombak ya bun..
malah ga pernah nyampe kesini dong sayah 😀
pernah ke mal margo city … saya juga tertarik lihat rumah tua ini … keren .. sayang tidak sempat mampir. jadi sekarang kondisinya sudah terlantar kembalikah .. ?? sayang banget ya
Bangunan ini syarat akan sejarah ya mbak jadi pingin kesana untuk sekedar foto foto
sangat disayangkan, padahal bangunan ini bernilai sejarah masa lalu tapi harus dijadikan sebagai coffee shop dan hanya mempertahankan beberapa bagian saja keasliannya, tapi malah jadi kelihatan modern
Bangunan tua kalau nggak direnovasi bakal rusak dan dipenuhi tanaman liar. Sayang juga kalau dipakai sebagai tempat bisnis dengan menghilangkan sebagian keasliannya.
kabanya rumah tua ini mau dimanfaatkan lagi .., masih menanti seperti apa jadinya
[…] ^ Berbagi Kisah Tentang Rumah Tua Pondok Cina mondasiregar.com […]