Bertambah lagi teman bloger dari latar belakang jurnalistik yaitu Dewi Ratnasari, pemilik blog www.ratnadewi.me. Sebelumnya bloger yang berkecimpung di dunia yang sama yang sudah berkenalan dan saling blogwalking yaitu dengan Rach Alida Bahaweres. Sekarang yuk kenalan lebih jauh dengan bloger yang biasa dipanggil Dewi atau Ratna ini.
Dewi Ratnasari pernah menjadi jurnalis. Karir jurnalis dimulainya sejak masih menjadi seorang mahasiswi di UNPAD. Sebagai seorang jurnalis ia lebih suka menulis reportase. Pernah praktik kerja lapangan di Koran Seputar Indonesia Biro Bandung di tahun 2009 dan sebagai reporter di Global TV. Di sinilah Dewi jatuh cinta pada dunia broadcasting. Ditambah pula dengan keaktifannya di kegiatan sinematografi kampus.
Dewi kemudian melamar menjadi asisten produser di STV Bandung (Kompas TV Bandung). Namun setahun kemudian resign karena lulus kuliah dan pindah ke Jakarta. Ia pun diterima di TV One sebagai reporter news daily .
Ceritanya dengan dunia blog sebetulnya telah bermula sejak 2007, namun tak pernah serius. Barulah pada akhir 2015 di seriusi dengan blog yang sekarang. Blognya punya tagline “Berdamai dengan Hati”. Ada kisah hidup mengharukan terkait dengan pemilihan nama ini. Blog yang dibuatkan suaminya ini adalah obat kesedihan hatinya karena harus berpisah dengan putri pertama di usia kehamilan 24 minggu, Azka. Dewi merasa dengan menulis ia bisa menumpahkan emosi dan berdamai dengan keadaan kemudian secara perlahan melupakan kepedihan hatinya. Dengan menulis ia bisa self healing.
Menurut Dewi blog adalah pembuktian bahwa ia mampu mengelola kesedihan menjadi karya.
Kini ia memutuskan berhenti bekerja di luar rumah. Ia memilih sebagai ibu rumah tangga setelah dua kali keguguran. Dewi bertekad serius menekuni blog. Di samping mengurusi blognya ia pun menjadi content writer di start up yang dimiliki suaminya.
Dewi sempat merasa bermasalah dengan nama dirinya yang menurutnya pasaran he.. he.. Dua patah kata yang menyusun namanya itu banyak dimiliki orang lain. Sehingga teman-temannya perlu penanda khusus supaya bisa membedakannya dengan teman lain bernama sama. Tampaknya soal nama ini menjadi kisah-kisah unik dalam keluarganya. Artikel yang menarik salah satunya Hati-hati dengan kesalahan penulisan nama dalam dokumen di era digital. Artikel ini tentang nama adiknya di dokumen. Hanya perbedaan satu huruf dalam nama adiknya menyebabkan banyak dokumen sekolah yang harus diperbaiki. Cukup merepotkan karena harus mengurus ke banyak tempat.
Mengapa tulisan ini kuplih sebagai tulisan favorit? Aku pernah mengalami kejadian yang hampir mirip.
Ketika sedang menghadapi tahap akhir kuliah, bagian pendidikan di kampus memanggilku. Nama di ijazah SD sampai SMA adalah persis nama yang sama seperti sekarang. Terdiri dari 3 kata. Sedangkan akte kenal lahir ada 4 kata (iya.. karena aku orang jaman dulu yang belum punya akte kelahiran). Supaya gampangnya akte kenal lahir lah yang dibuat ulang ke Kantor Catatan Sipil. Itu jauh lebih mudah dan murah dibandingkan harus mendatangi sekolah-sekolahku yang tersebar di 3 pulau.
FB: Dewi Ratnasari
FP: ratnadewi.me
Twitter: @ratnadewime
IG: @ratnadewime
Dengan blogging dipertemukan dg sahabat aneka latar belakang ya mbak, dan semuanya memperkaya wawasan. Salam
ya mudah-mudahan makin banyak teman makin memperluas pergaulan dan silaturahmi
Mbak Dewi ini main Bigo gak sik, Kak? Mayan kan kalok bisa ngasah bakat atau passionnya 😀
tunggu jawaban darinya ya…
Coba ah mampir ke blog diatas. Siapa tahu bakalan ketularan ilmu jurnalistik. Kan lumayan ha ha ha….
ya memperluas silaturahmi selalu dapat ilmu baru
Mbak Mondaaa…
Selamat ketemu lagi ya. Makasih udah baca postingan saya..hehe…deg2an lo stelah libur sekian lama????
Betul mbak…makin banyak kita bertemu dgn banyak orang, silaturahmi juga akan semakin luas.
Salam kenal buat Dewi Ratnasari ya…????
kangen lho mbak baca-baca tulisannya yang menenangkan
alhamdulillah update lagi
ah..persis… dulua awal ngeblog suka bikin puisi.. tapi puisi baper… karena blm ad jodoh… terus lanjut baper karena blm dpt momongan.. hahhaha blog tempat nata hati…he2
seperti apa sih puisi baper itu mbak..he..he..
Menulis nama terkesan sepele tapi jadi ribet kalau salah penulisan di dokumen resmi ya mba
Mba DEwi emang keren ya 🙂
Mba, akhirnya aku bisa komen di blog ini. Asyiikk
kemarin ini memang sempat hilang kolom komennya..
setelah diutak atik sama yang ahlinya baru deh beres,
terima kasih ya kemarin udah ngabarin, kalau nggak ya aku nggak nyadar de
Saya pernah beberapa kali mampir ke blog mba Dewi ini, Bunda. Dan memang saya suka dengan konten yang ada di blognya ini.
sama seperti Ipeh juga, pinter deh buat artikelnya
jadi pengen belajar
Terima kasih reviewnya, Mbak Monda. Semoga saya selalu bisa mengelola kesedihan menjadi karya jadi kalau sedih nggak terus menerus terpuruk.
ya … mudah2an jangan ada kisah sedih lagi ya
ga dikasih link mba sosmednya?
Saya cari Dewi Ratnasari banyak hasilnya di facebook 😀
ooh … iya saya nggak kasih link, sila langsung ke blognya mbak Dewi ya
oh iyaa.. aku juga suka dengan tulisan dia yang hati-hati penulisan nama di dokumen itu.. bener.. bener.
makanya nulis nama itu jangan pakai ejaan susah2 ya mbak he..he…
Salut dengan Mbak Dewi, tidak semua perempuan bisa berbagi kesedihannya lewat blog 😀
iya betul…, mbak Dewi menulisnya bagus, nggak menye2 ya
Masalah yang tengah saya hadapi sekarang mbak. Saya bermasalah dengan nama dan baru merasa penting habis selesei kuliah kemarin. Karena nama yang tertulis di ijasah harus sama dg yg SMA dan nama itu adalah nama yang salah, kurang sehuruf dan ada yg disingkat, hiks. Tapi daripada saya mengganti akta dan nama yang emang sudah saya sandang dari lahir, saya rela kok ngurusin sd smp sma. Sementara ini saya rencana mau pakai surat keterangan yang menerangkan bahwa pemilik ijasah atas nama ini sama dengan itu, gitu mbak. *nyurhat juga jadinya*
perlu menyediakan waktu khusus ya Umami untuk urus2 itu semuanya..
tabah ya he..he..
Yaaa allah manja banget kalo kesedihan menjadi karya, gw kalo sedih yaa seih aja garuk2 tembok kamar ihik ihik
haduuuh kalau garuk2 tembok patah kuku nggak cantik lah
Terima kasih tulisannya, Mbak Monda. Semoga tulisan saya bisa menginpirasi orang buat menyalurkan kesedihan jadi karya.
sama2 mbak, aamiin