Berawal dari mengomentari artikel bertajuk Baobabs : Sang Bunda Belantara Madagascar di blog mak Haya Nufus, dan naksir lihat foto postcard Baobabs di situ. Mak Haya berbaik hati menawarkan kirim postcard bergambar pohon raksasa itu. Bukan main baiknya, aku baru sekali kasih komentar langsung dihadiahi keindahan, dengan ditambahi komentar harap sabar menunggu, karena perjalanan dengan pos cukup lama. Alhamdulillah hari Rabu lalu postcard sampai utuh ke tanganku. Sejak itulah hampir selalu berkunjung ke blog beliau.

“Salam dari Pulau Merah. Di bagian dunia manapun selalu ada tempat indah ciptaanNya”. Setuju sekali dengan tulisan Haya di kartu pos ini, tak ada satupun yang lebih baik dari yang lainnya, semua ciptaan punya keindahan dan manfaat masing-masing tergantung dari sudut mana melihatnya.
Aku suka kartu pos, walau belum ikut postcrossing seperti mak Haya, insya Allah kartu pos dari teman-teman selalu kuposting di sini sebagai wujud rasa terima kasihku (aku beri tag postcard). Apalagi kartu pos bergambar baobab dan berbentuk pulau di timur benua Afrika ini mengantarkanku pada pemahaman dan pengetahuan baru tentang sebuah tempat. Paling tidak aku jadi langsung googling dan cari tahu tentang negara ini, sejarahnya (katanya penduduk pertama berasal dari Nusantara), dan mengapa disebut pulau merah. Dan aku jadi sadar posisi kartu pos di foto pertama itu sebaiknya kuubah sedikit mengikuti peta sebenarnya, karena posisi pulau keempat terbesar di dunia ini letaknya tak tegak lurus begitu.
Aku terpesona pada Avenue de Baobabs lokasi pohon Baobab ini, pernah lihat film dokumenter tentangnya tak dinyana ada Haya yang pernah ke sana, jadilah serasa ikut berada di situ.
Aku selalu suka pohon rindang dan menikmati berjalan di bawah pohon teduh. Ada jalan yang selalu kulewati setiap berangkat dan pulang kerja. Jalan itu mungkin bisa dimirip-miripkan, dengan Avenue de Baobabs he..he.. walaupun tak mirip. Baiklah kusebut saja jalan itu Avenue de Randus, karena jejeran beberapa pohon randu di kiri kanan jalan sempit menurun. Tentu saja walau pohon-pohon randu itu sudah tua dan sangat tinggi tetap belum mampu menyamai keraksasaan baobab.
Penjelasan tentang baobab bisa dilihat di blog Haya, tetapi bisa kutambahkan sedikit di sini ternyata ada juga salah satu species baobab yang dimasukkan ke dalam genus Adansonia itu di Indonesia. Cerita mengenai keberadaan baobab ramai dibicarakan ketika pada 2010 ada 10 pohon baobab dipindahkan dari tempat tumbuhnya di Subang ke halaman kampus Universitas Indonesia di Depok ( kemudian hari 2 batang pohon tumbang) , lalu pada 2013 akan memindahkan lagi baobab ke Waduk Ria Rio Jakarta Timur. Pemindahan ini sempat menuai kecaman “ngapain juga mindahin pohon yang udah bagus tumbuh di Subang, sampai tempat baru mungkin bisa mati”
Berita dan liputan yang gencar tentang pohon luar biasa ini rupanya membuat minat pada baobab ikut tinggi, harganya mencapai puluhan juta rupiah. Untunglah ini bisa dicegah, pemerintah daerah sudah melarangnya, yang boleh dibeli hanya bibitnya saja. Kini pohon dengan nama lokal Ki Tambleg dijadikan ikon konservasi kabupaten Subang, Jawa Barat.
Kadang saya suka heran deh Mbak, misal kalau mau membudidayakan suatu pohon, kenapa mesti pohonnya yang dipindahkan, kenapa tidak bibitnya saja? Mungkin ini kali ya orang-orang maunya yang instan saja (mungkin saya juga termasuk sih :haha).
Waa Madagaskar itu jauh… dan pohon baobabnya besar sekali :hehe. Satu lagi, itu bentuk postcard-nya kayaknya adalah Pulau Madagaskar itu sendiri ya Mbak. Unik!
kalau beli bibitnya gedenya baru seabad lagi Gara.., udah nggak keburu lihatnya he..he..
Hehehe, jadi ingat sewaktu naik pesawat dari Paris ke Amsterdam beberapa waktu yang lalu, di sebelahku adalah bapak-bapak yang memiliki connecting flight ke Madagascar, hehehe 🙂 .
bapak itu pengen lihat baobab juga kali ya..
Pohon Baobab ini konon mahal sekali ya, MM. Emang cantik banget disamping juga langka kali ya…
mungkin juga karena untuk jadi sebesar ini perlu waktu puluhan tahun uni, banyak yg mau instan juga sih
Kak Monda, aku jarang lihat kartupos unik begitu deh. Klo umum sih cuma segi empat aja. Ada ada aja deh yg suka/hobi mengoleksi tanaman. Pohon baobab gede begitu masah mau dimiliki perorangan? rumahnya sebesar istana kali ya hehe.
ha..ha., iya entah taruh di mana itu pohon2 gede
kk pernah lihat juga ada bbrp kebun bibit tanaman hias yg jual tanaman udah gede, umumnya sih sebangsa palem.., yang beli biasanya perumahan atau kantor baru
Demam baobab yang disusul demam tren lainnya. Sepakat sekali setiap tempat punya keindahannya sendiri, punya flora istimewanya sendiri. Biarkan Ki Tambleg menjaga Subang ya Mbak.
Salam hangat
iya.., mbak biarlah Ki Tambleg jadi alasan kita mengunjungi Subang
Wah, madagascar, kayak nama kontrakan ini (yang aku tempati). I like to move it, move it, we like to move it move it! (Madagascar). Pohon baobab ini kayak bonsai versi gede.
kak monda keren dpt poscard dari madagascar —mau juga hahah
ayoo kenalan sama mak Haya
Aihh..kartuposnya lucu banget…gak srgi empat kayak kartu pos biasa tapi ada bentuknya
unik ya mak.., bentuknya seperti peta negaranya
Cantik pohon Baobab-nya… Bagus ya di Madagascar banyak shaped postcard, di Indonesia jarang yang jual :'( Saya pernah dapet juga dari Mbak Haya, cuma dalam amplop hihi
hi..hi..iya.., nungguin ah postcard from Kobe..
Gede banget mbak pohonnya. Dan kartu posnya unik banget. Hehehe
bagus ya kartu pos dan juga pohonnya
postcard nya unik banget yah mbak
bentuknya unik ya
Wah mbak… aku malah baru tahu tentang Baobab-baobab yang di Subang. Keren juga ya Indonesia.. kemarin waktu ke avenue of baobabs aku sempat beli bibitnya,,, pohon kecil di dalam polibag.. sayangnya setelah beberapa bulan di rumah malah layu dan sekarang mati.. Mungkin kami kurang telaten merawat ya. Buah baobab juga bisa dimakan lohh rasanya seperti asam jawa, namun lebih kering dan tak terlalu asam, di sini biasa di jus, katanya bisa untuk obat juga.
Makasih ya mbak dijadikan postingan… Suka banget ngelihat foto kartu pos nya di sini 🙂 😀 ^^d
buahnya segede apa ya, tenyata bisa dimakan
bungany itu juga cantik banget, sukaa deh
makasjh sekali lagi ya krtu pos nya
Bun, rasanya pernah liat pohon baobab yg di subang itu pas lewat sana. Logis juga sih kalau pohon yg dipindahkan cenderung akan mati, lha akar-akarnya pasti ada yg terpotong kan ga bs diangkat semua. Sayang ya 🙁
kalau lihat lagi mampir dan foto2 ya Orin, pasti keren deh
Bagi hobiis dapat kartu post bergambar pohon langka itu membahagiakan.
Wah, baru tahu kalo versi kita nama pohon ini ki tambleng.
Jadi ngapain ya menghamburkan duit puluhan juta rupiah kalo di kita juga ada?
iya seneeeng lihat kartu pos dan perangkonya, cakeep
bentuk postcardnya keren bun, anti mainstream 🙂
iya unik .., baru sekali dapat yang seperti ini
Jadi pengen aklau ke suatu negara kirim kiriman postcard gini. Udah beberapa kali minta kirimin teman dari jepang terus dari mana gitu gak pernah nyampe. Padahal temannya kirimin. Hiks.
wah sayang banget kok bisa ilang ya postcardnya
Baik banget Mbak Haya, ya. Temen2 kita banyak yg mulai post crossing, Bund. Seperti Mbak Ama, Mbak Uniek, dll.
waah .. jadi makin tertarik postcrossing nih
Kereeen
Kirain kartu pos sudah punah. Jadi inget jaman dahulu kala kalo ada teman kemana pasti pesennya “jangan lupa kirimin kartu pos yaa…”
kok sama.., aku juga gitu
Wah, kalo ditanam dari bibitnya berapa tahun itu baru bisa gede gitu ya kak? 😀
ratusan tahun kabarnya Lis..
tapi katanya susah juga nentuin umur pohon baobab ini, karena nggak punya kambium
jadinya hanya perkiraan aja umurnya
aku juga dapeeet…tapi belum sempet di post :)…mau tukeran kartu pos juga ngga ..japri di FB yaaaa 🙂
mauuu banget terima kartu pos UN.., langsung ke FB
kabar baik pak
aku pun baru tau nama lokalnya, lebih kenal dgn nama aslinya
Baobab bentuknya memang unik ya Mbak. Aku belum pernah lihat langsung sih pohonnya 😛
cuma bisa bayangin aja ya pak Kris
[…] utara lapangan Fatahillah. (Kartu pos itu dikirim September dan sampai di tangan rekan blogger di Madagascar awal Desember…. lama sekali […]