Jika orang Jakarta ramai-ramai ke Kebun Binatang Ragunan atau ke Taman Mini di hari-hari libur Lebaran, orang Lampung senang ke pantai. Maklum saja, sebagai propinsi paling selatan di Sumatera, propinsi ini kan dikelilingi lautan, hanya batas utaranya saja yang berbatasan dengan daratan, yaitu propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu (he..he.. diajak penyegaran geografi dulu ya..).
Pantai yang paling ramai didatangi masyarakat dari berbagai sudut propinsi Lampung yaitu pantai Pasir Putih di Lampung Selatan. Keriaan di sini selalu berhasil memacetkan jalan lintas Sumatera he..he…, biasanya ada acara dangdutan di pantai. Makanya dulu kami lebih suka ke Pasir Putih di sore hari pertama lebaran, masih sepi.
Pantai lain yang coba kami datangi yaitu pantai Mutun sekalian mau cari pindang kepala simba untuk makan siang. Kalau pantai Pasir Putih ke arah selatan, pantai Mutun ini jalannya ke arah barat, masih selangkah dari pusat kota Bandar Lampung, tepatnya di Padang Cermin, perbatasan Teluk Betung Timur dengan kabupaten Pesawaran. Pantai Mutun tak sepadat Pasir Putih, tak ada acara dangdutan. Tetapi di sini pengunjung bisa mandi di laut, main pasir, main banana boat, dan menyeberang ke pulau Tangkil. Di pulau Tangkil fasilitasnya hampir sama tetapi lebih sepi dan pantainya lebih putih.
Kami mencoba menyeberang ke pulau Tangkil, padahal sebetulnya aku takut tetapi anak-anak berani mencoba, ya sudahlah ikut saja. Di situ Patengan dan situ Cangkuang yang anteng saja aku deg-degan bagaimana di sini ya..
Inilah perahu yang akan dipakai, perahu bersayap, yang di daerah lain disebut perahu bercadik, atau disebut kole-kole di Maluku. Karena tak ada pelampung, kami minta dibawakan ban, meskipun tukang perahu bilang perahu tak akan terbalik karena ada sayap. Perahu ini punya 2 buah motor tempel. Kami tawar menawar dengan bapak pemilik perahu, hingga dicapai kesepakatan ongkos Rp 15,000 per orang untuk menyeberang dan mengelilingi pulau Tangkil. Jika ingin bersenang-senang di pulau, dia akan menjemput lagi, tinggal telfon dia lagi. He..he….aku jadi mikir kalau di pulau tak ada sinyal bisa-bisa kami tak bisa balik..
Ternyata, yang mengemudikan perahu bukanlah bapak tadi, tetapi dua orang anak kira-kira usia 15an. Waduuh, kok jadi serem, kalau ada kejadian apa-apa bisakah mereka sigap menolong?
Laut yang kelihatannya tenang, tetapi karena perahunya kecil terasa sekali hempasan ombaknya. Kami semua menjerit-jerit dan berpegangan pada perahu. Air laut tampias dan mulai membasahi baju. Tak sampai sepuluh menit perahu mulai mendekati pantai pulau Tangkil.
Tapi kami tak hendak turun, matahari sangat terik, daripada tambah gosong he..he… Maka perahu memutar dan kami minta mengelilingi pulau saja. Sampai mendekati ujung pulau ini terlihat hamparan laut lepas dan hempasan ombak makin tinggi. Jeritan kami semakin menjadi-jadi dan kemi putuskan tak usahlah berkeliling pulau dan kembali ke pantai Mutun saja.
Begini saja sudah takut, bagaimana kalau pergi ke Teluk Kiluan dan harus berperahu ke laut lepas di pagi buta demi menyongsong pasukan lumba-lumba ? Nggak usah naik perahu seperti ini ya, mudah-mudahan saja perahunya lebih besar. Dari pantai Mutun ini kurang lebih 3 jam lagi bisa sampai ke Teluk Kiluan lho. Ngomong-ngomong aku sudah pernah lho diikuti rombongan lumba-lumba di laut lepas sewaktu dulu kami berwisata ke Raja Ampat.
Waaahh.. masih rame ya bun pantainya.. kemaren yg kepantai dijogja bener bener sepi gak sampe satu tangan pengunjungnya..
Tapi pengen deh berjalan bersama lumba lumba 😀
mauu yang kayak gitu sepinya Niee..
lebih bisa nyantai…, pantai yg sepi seperti itu kalau di sini jauuh..
Rame juga pantainya ya bunda…. apalagi air latunya masih bersih dan jernih gitu… 🙂
rame sama yg nyebur2..abis itu piknik duduk di bawah pohon, buka bekal dari rumah… asyiiik ya
Kalau saya yang naik perahu seperti itu, pastinya lebih menjerit2 lagi deh, ngga bisa berenang soalnya, hehehe.
he..he..ada temannya..
Aih kangen pada pantai mutun. Lewat lempasing kan mbak..eksotis juga melihat pelelangan ikan disini:)
iya uni sesudah Lempasing, aku belum mampir situ lho..
Aaahh.. nglihat pantai dan laut bersih sepeti itu, rasanya saya pengen berenang… 😀
15rb, sepertinya cukup murah ya…
musti pagi2 atau sore Kin kalau mau renang..
kami ke sana itu udah siang.., panas bukan main
aamiin pak …., semoga ke sana suatu hari ya
yang naik perahunya ngeri.., mereka berdua sih santai aja
iya igh, lampung itu curang.. sumbar hanya satu sisi barat saja, lampung mborong barat, timur, selatan.
#heleh, sudah ada abbr di postingan ini.. 😛
Sumbar menang di gunung dan danaunya mak….
abbr nya ngikut pak Mars yg duluan pake PKS untuk pindang kepala simba, he…he..
Aku selalu suka pantai sumatera, mbak. Dari rumah ortu si bengkulu aja, sekitar 10 menit oakai sepeda motor udah ketemu pantai 🙂
pantai2 Bengkulu Selatan itu juga cantik2…, udah pernah ke Bintuhan ..Fety..belum terekspos aja ya
Wahh.. enak banget bisa ditinggal di pulau tangkil (pengen ngerasain bagaimana jika ada di pulau 😀 )
aku nggak beraniii mak…ditingal2 gitu…
Gak berani main air Bunda,,, 😀
Kecuali cuma main di tepian, he he
amannya sih gitu aja ya Han..he..he.., sama dong kita
Wow pengalaman keren dan foto2 keren mbak 🙂
trims mbak Niar, pantai2 di Makassar juga banyak yg terkenal ya, semoga suatu saat bisa main ke pantai Losari
Komentar Out of Topic …
Tulisan ini menjadi sarana untuk mempraktekan ilmu dari pak mars ya Kak …
heheh
Salam saya Kak
iya oom dan singkatannya juga dari pak Mars
Hiks, aku blom pernah menginjakkan kaki di pulau Sumatera Bun *tersedusedu*
kayaknya ntar lagi nyampe deh..,, nyebrang ke Lampung sebentar lho Rin, cuma 6 jam
Wisata pantai bagiku tempat paling favorit, apalagi dengan suasana air jernih seperti di Mutun spt itu….salam bos…
Aduhh kok aku awam sekali ya dengan nama pantai ini……maklum belum pernah ke Lampung. Info dan panduan yang menarik bu Monda, moga suatu saat bisa ke sana
pantai2 di Lampung ini namanya banyak .., padahal dekatan, cuma sepotong namanaya udah beda lagi
pantai ini memang nggak terlalu istimewa banget sih he..he..
Cantiknya Pantai Mutun. Meski nenek moyangku sorang pelaut, sy juga takut menatap luasnya laut dari cadik kecil. Salam
nenek moyang kita orang gunung mbak…he..he.., bela diri
masih jernih ya airnya…
dan ah ya kiloan beach pengen banget kesana..
transportasinya susah ga ya ..
kalau ke Kiluan jangan musim hujan katanya ..jalan jelek dan harus mobil yg mantap deh..
untuk angkutan umumnya belum dapat data Wind
seru sekaliiii…
Dija belom pernah lihat air sebanyak itu
Dija belom pernah main ke pantai
ntar gedean dikit ajak ya tante Elsa ke pantai teluk Papuma.., jauh nggak dari rumah Dija?
Kak, mau tanya nieh kalau di sekitar Pantai Mutun kira – kira sudah tersedia penginapan belum yaw?
[…] di kolam cuma sanggup merenangi selebar kolam renang itu saja). Naik perahu kecil bermotor dari Pantai Mutun di Lampung ke pulau kecil di seberangnya di laut berombak membuat takut. Perahu dijalankan dengan kecepatan […]