Rasanya sudah lama tak berkunjung ke Museum. Jadi kangen. Kesempatan ini datang ketika ada acara kantor yang mengambil venue di Taman Mini Indonesia Indah. Acara di Minggu pagi itu dijadwalkan hanya sampai jam 12, cukup waktu untuk berkeliling setelahnya kan. Kali ini rencanaku ke Museum Indonesia, Museum Purna Bhakti Pertiwi dan Museum Bayt Al Quran. Sampai di tempat (November lalu) eh.. tutup. Karena kedua museum terakhir itu sedang renovasi, makanya akhirnya berlama-lama di Museum Indonesia.
Di acara di TMII sebelumnya juga ambil kesempatan mengunjungi tempat lain, yaitu ke anjungan propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Ada yang ingin dilihat. Di anjungan tersebut ada rumah asli pahlawan nasional Cut Meutia dan pesawat terbang pertama Indonesia. Sayangnya rumah tua bersejarah itu tertutup. Entah sebab apa.
Museum Indonesia ini gampang dicari. Dari pintu I langsung belok ke kiri. Bangunannya bergaya Bali,mudah sekali dikenali. Oh ya di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) ini ada 19 museum. Masih ada beberapa museum yang belum pernah kumasuki, jadi berencana masih akan kembali ke sini.

Sejujurnya baru sekali ke Museum ini. Ke TMII biasanya cuma main ke anjungan. Jadi random saja dari lokasi venue acara di lapangan parkir acara jalan ke sebelah. Penasaran lihat sekilas ada bangunan berornamen Bali. Ih baru tahu inilah Museum Indonesia. Teman-teman tak ada yang mau kuajak ke sini, masing-masing masih punya acara sendiri. Ya sudah jalan sendiri saja. Museum ini ternyata cukup populer. Ada beberapa orang wisatawan mancanegara, selain pelajar dan umum. Mungkin karena di sini bisa sedikit menguak keingin-tahuan pengunjung tentang pesona kekayaan dan keanekaragaman budaya Indonesia.
Museum ini diberi ornamen hias dan patung dengan ukiran khas Bali yang halus dan indah. Di bagian luar ada gapura besar bergaya Paduraksa dan Candi Bentar (gerbang terbelah). Terlihat juga ada beberapa menara sudut. Taman dan bangunan museum bertema kisah Ramayana. Dapat dilihat ada jembatan menuju bangunan utama berbentuk ular dan pasukan kera yang membangun jembatan menuju negara Alengka.
Museum Indonesia terdiri dari 3 lantai dengan filosofi Tri Hita Kirana yang menyimpan hasil karya seni dan budaya berbagai suku bangsa dari seluruh propinsi. Koleksinya adalah benda seni, kerajinan, pakaian tradisional dan kontemporer.
Lantai Satu

Di ruang pamer lantai satu ini ditampilkan pakaian tradisional dan pakaian pengantin dari 27 propisi (sesuai jumlah propinsi sebelum pemekaran). Benda koleksi diletakkan dalam lemari kaca besar. Juga ditampilkan berbagai kesenian khas Indonesia, seperti beraneka ragam tari, wayang, dan gamelan Bali dan Jawa, serta lukisan kaca bergambar peta Indonesia.
Oh ya museum ini berhawa sejuk karena ACnya mencukupi. Pencahayaan agak temaram, tetapi benda koleksi di dalam ruang kaca dapat pencahayaan cukup. Informasi cukup lengkap terletak di beberapa tempat. Hanya karena benda koleksi terletak di balik kaca agak susah difoto. Selalu ada pantulan. Yang motret nggak pintar sih.
Di tempat-tempat tertentu ada tempat duduk. Pengunjung bisa istirahat sambil mengagumi benda koleksi dalam etalase.
Kulihat yang banyak dipotret turis asing adalah pakaian pengantin Bali. Mungkin disebabkan kepopuleran nama Bali dan juga indahnya busana pengantin dari lilitan beberapa lembar kain songket yang cemerlang dan tusuk konde keemasan. Di sebelahnya ada mock up janur buah dan sepasang manekin berbusana pengantin Jawa Timur.
Lantai Dua
Lantai dua bertema Manusia dan Lingkungan. Di sini dipajang bentuk mini dari bermacam-macam rumah tradisional, rumah ibadah, lumbung padi dan ruang tinggal masyarakat Indonesia. Contohnya rumah panggung, rumah pohon dan bangunan-bangunan tradisional lain.

Di lantai ini juga ditampilkan diorama bagian rumah tradisional seperti kamar pengantin adat Palembang, ruang tengah rumah Jawa, serta dapur á là Batak. Juga dipajang aneka benda keperluan sehari-hari. Diorama lainnya ada upacara Mitoni (nujuh bulanan), Turun Tanah (upacara untuk bayi), Khitanan, Mapedes (upacara potong gigi masyarakat Bali), upacara pelantikan Datuk, dan Pelaminan Minangkabau.
Yang bikin aku surprise di tengah ruangan ada maket istana Langkat di Sumatera Utara yang megah dan cantik sekali. Kok belum ramai jadi pembicaraan orang di med sos ya. Yang kutahu hanya Istana Maimoon. Masih ada nggak sih bangunan aslinya?
Lantai Tiga
Di ruangan ini dimunculkan seni dan kerajinan tradisional dan kontemporer Indonesia. Dipamerkan wastra tradisional seperti Songket, Tenun, dan Batik , juga benda-benda kerajinan terbuat dari logam seperti ukiran tembaga dan kuningan.
Selain itu tampak pula disajikan seni ukir kayu dari Jepara, Bali, Toraja dan Asmat. Yang paling menonjol adalah ukiran kayu sangat besar berbentuk Kalpataru, pohon hayat. Tinggi ukiran ini mencapai delapan meter dan lebar empat meter. Tinggi banget ya, dan pas mendongak mau lihat ujung ukiran pohon kalpataru malah terpaku dengan ukiran Bali di langit-langit. Plafond yang dari luar seperti menara itu dihiasi dengan ukiran bunga dan sulur yang cantik. Sangat menawan.
Kadang-kadang Museum Indonesia menggelar acara pameran sementara atau tidak tetap dengan tema yang masih seputar hasil kerajinan dan kebudayaan Indonesia. Sangat menarik ternyata di sini pernah ditampilkan pameran topeng, kain tradisional, demonstrasi pembuatan batik dan menatah wayang kulit. Jadi kepengen deh datang lagi saat ada pameran.
Oh ya di sini selain bangunan utama ada bangunan lain yang bisa disewa untuk umum. Bisa dipakai untuk acara tertentu.
Selesai memuaskan mata di Museum Indonesia (dan sekaliang ngadem) bisa lanjut kunjungan ke tempat lain. Yang terdekat ada anjungan Bengkulu dan propinsi di Sumatera lainnya. Kalau ingin jalan kaki saja bisa kok, bawa dorongan bayi bagi yang masih punya balita. Kalau tak mau jalan bisa naik bis keliling dengan tiket Rp 5.000 per orang. Atau bisa naik kereta gantung yang juga tak jauh berjalan kaki, lokasinya di sebelah kanan dekat dengan anjungan DKI Jakarta
Waahh, jadi inget tahun 1991-1997 saat SD seriingg banget ortu atau sekolahan bikin acara di TMII. Terakhir kesitu 2 tahun yg lalu saat nonton sirkus rusia. Nice info, Mbak.
iya betul jaman anak2 masih SD juga gantian aja ke sini acara sekolah
atau ya jalan2 aja ber4
sekarang anak2 udah gede udah nggak minat diajak ke sini, merasa udah liat semua
Seingat saya kalau mau foto-foto di museum ini harus bayar lagi dan bawa tiket kamera juga deh, Mbak. Setidaknya itu ketentuan delapan tahun lalu, pas terakhir kali ke sana, haha. Masihkah ketentuan itu? Tapi memang museum ini seperti memindahkan sepotong Bali ke Jakarta, lho. Ukirannya lebih raya daripada bangunan-bangunan tradisional bahkan yang ada di Bali sekalipun. Mantaplah.
Tapi kalau saya boleh jujur, entah kenapa TMII seperti dipandang sebelah mata. Jujur kalau melihat TMII pasti teringat Orde Baru. Paradigma ini mesti diubah deh. Saya sedang berusaha mendoktrin diri saya sendiri tentang itu, haha.
eh aku nggak lihat soal larangan kamera Gara,
ini moto2 pake hp aja sih
ha.. ha.. iya dirubah deh anggapan Orde Baru itu, kalau Gara yang ke sini kan bisa lebih ditel cerita tentang gaya bangunan Bali di sini
Kayaknya aku baru sekali deh pernah ke Taman Mini itu pun waktu masih keciiiil banget..
Duh, pengen ngajakin Kayla & Fathir jalan2 kesana nih mbak 🙂
aku juga udah lamaaa banget, ini pas aja datang lagi ada acara
ntar mau didatangi khusus lagi deh, pengen lihat tempat2 yang lainnya juga
Sudah lama banget semenjak terakhir kali aku ke TMII!!
mungkin sudah dikunjungi semua ya, rasanya belum ada tambahan wahana baru
Wah keren juga ya sekarang, jadi pingin ke Museum Indonesia kak, pingin lihat kerajinan kontemporer-nya Indonesia. Udah lama banget gak kesana, makasih infonya ya kak..
yuk dilihat, semakin lengkap koleksinya
Selama ini kunjungan ke TMII sy fokus ke anjungan selain taman burung, akuarium raksasa ikan tawar dan rumah kaca anggrek. Postingan ini membuka wawasan betapa TMII disorot dari aneka minat ya mbak. Salam
iya betul mbak, aneka wahana di sana menampunga banyak ragam
tinggal pilih mana yang sesuai minat
jadi ingin kembali mendatanginya satu per satu
Wah bagus ya Mon, aku terakhir kesana pas masi kecil 🙂
ini obyek lama sih ya…
tapi kalau kita datang ke sini lagi, beda deh kesannya sebagai orang dewasa, kita bisa lihat lebih ditel
Waaaah bun. Aku malah belum pernah ke TMII.
boleh nih ajak si K main ke sini
Pernah dulu ke TMII ditahun 1978, sudah lama sekali. Masih ada foto didekat kereta kencana.dan berpose bersama ondel-ondel Betawi yang sedang melakukan atraksi:) Pasti sekarang lebih lengkap ya?
TMII sekarang makin banyak kelengkapannya mbak
tapi tak bisa disangkal di sebagian tempat sudah kelihatan tuanya
alat musik yang sangat tradisional dari kulit kerang ini sangat langka sekali, jarang saya menemukan alat musik ini
iya selain ke museum harus ke daerahnya langsung ya
kalo ke anjungan cuma lewat dengannya doang,, lum pernah masuk hihihi
mungkin next time kunjungi satu-satu cocok untuk edukasi anak..
hiks
Dija belom pernah ke TMII
minta ikut sama tante Elsa kalu ke Jakarta dong Dija cantik
Dija pasti suka di sini, bisa main ke seluruh Indonesia
Aku suka banget tulisan budaya begini, sayang justru aku jarang sempat jelong-jelong, ahahaha.
Makasih info kerennya mba say
sama2 ..
eksplor yang di sekitar rumah aja deh mbak..
pasti ada sesuatu yang menariknya
terakhir kalo aku ke TMII zaman SD sudah berpuluh tahun yang lalu hahaha… pasti sekarang beda sekali dengan yang dulu. Btw kalo cable car di sana masih ada ngga ya?
cable car masih ada Fika,
dari lantai 3 museum ini bisa keliatan jelas