Museum Batik Danar Hadi Solo harus masuk dalam list saat menyusun run down acara Rute Wisata Solo dan Yogyakarta. Ingin sekali lihat koleksi batik langka dan eksklusif di museum ini.
Rencana awal tulisan tentang museum batik ini ingin ditampilkan tepat di Hari Batik Nasional tanggal 2 Oktober. Apa daya baru bisa diselesaikan sekarang ha.. ha.. Itu karena merasa banyak banget informasi yang bisa dibagi, jadi menulisnya kudu konsentrasi lebih. Keluar dari museum dengan hati bungah. Isi kepala rasanya tambah banyak sekaligus bangga dan terharu dengan kekayaan budaya yang diterjemahkan ke atas kain oleh tangan-tangan terampil. Semoga cukup bisa menggambarkan keistimewaan dan keindahan kain batik.
Bangunan Museum Batik Danar Hadi Solo
Bangunan yang ada di kompleks Museum Batik Danar Hadi yaitu Ndalem Wuryaningratan, Museum Batik Kuno dan Cafe Sogan. Kompleks ini terletak di jalan utama kota Solo.
Salah satu bangunannya berasal dari akhir abad 19 dengan halaman luas. Bangunan megah itu bergaya campuran Eropa yang terwakili oleh pilar dan atap joglo khas rumah Jawa. Dahulu rumah ini milik seorang pangeran, cucu Raja Solo. Pangeran Wuryaningrat ini orang ternama, juga turut membantu pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Maka kediamannya disebut Ndalem Wuryaningratan.
Museum Batik Danar Hadi Solo sering juga disebut House of Danar Hadi (HDH) dibangun oleh perusahaan batik terkenal Danar Hadi tahun 2008. Koleksi batiknya kini telah berjumlah ribuan yang diakui sebagai pemegang rekor koleksi batik terbanyak oleh Museum Rekor Indonesia. Jumlahnya jauh melebihi koleksi Museum Batik Pekalongan.
Alamat dan Tiket Masuk Museum Batik Danar Hadi Solo
Tiket masuk ke Museum ini seharga Rp 35.000,- per orang. Tiket ini memuat foto ruang tunggu. Kualitas tiket cukup bagus, lumayan banget kalau suka koleksi tiket. Tiket kusimpan karena tak banyak berfoto di sana. Lokasi museum ini di jalan utama Kota Solo, jalan Slamet Riyadi.
Koleksi Museum Batik Danar Hadi
Setelah membeli tiket masuk kami menuju bangunan Museum Batik Kuno yang terletak di samping Ndalem Wuryaningratan. Seorang petugas pria berkemeja batik menyambut dan membukakan pintu masuk. Aku dan si sulung dipersilahkan duduk dahulu, jika tak buru-buru katanya, karena akan menunggu pengunjung lain. Ia akan memandu kami nantinya. Pengunjung tak diperkenankan memotret lho, makanya hanya ada dua foto ini saja ya, padahal senjataku cuma pakai hape saja. Tapi kok banyak ya beredar foto-foto bagian dalam museum ini di google image? Buat yang penasaran googling sendiri saja deh.

Akhirnya bersama 3 orang ibu asal Semarang kami diajak masuk ke bagian dalam museum. Koleksi museum ini dipajang dalam beberapa ruang berbeda (kalau nggak salah ingat ada 13 ruangan) yang dibagi berdasar periode, pengaruh kultur, dan lain-lain. Masnya menerangkan ruang demi ruang, motif demi motif. Fasih sekali. Sayangnya aku tak banyak persiapan untuk mencatat, hanya menulis di note smartphone, harusnya direkam juga. Silly me.
Oh ya tak semua koleksi dipajang. Yang tampil di museum hanya sebagian sangat kecil saja. Kain-kain koleksi terbentang dengan rapi di atas penggantung kayu berukir cantik di atas panggung pendek beralas karpet. Ada pula koleksi kain yang digantung di dinding diselingi foto-foto pemilik perusahaan dan keluarga. Penataannya teratur tetapi informasi tertulisnya tak detail, makanya harus dengar penjelasan pemandu dengan baik.
Suhu ruangan diatur stabil agar kain-kain kuno ini tetap awet. Untuk menjauhkan serangga perusak kain, di bagian belakang kain-kain ini diletakkan kain kasa berisi merica alias lada.
Perbedaan Batik Solo dan Jogja
Ruang pertama di Museum Batik dinamakan ruang keraton. Koleksinya berasal dari keraton Yogya dan Solo. Motif keraton dahulu ada yang terlarang dipakai oleh rakyat biasa lho. Batik klasik berwarna khas sogan (coklat gelap) terlihat elegan dengan motif yang dibatik dengan rapi. Kain koleksi ini tak boleh disentuh tetapi boleh dilihat sedekat mungkin.
Menurut mas pemandu kedua keraton di Jawa ini punya tradisi motif, warna dan cara pakai kain batik yang berbeda. Penyebab perbedaan ini berakar pada sejarah panjang raja-raja keturunan kerajaan Mataram Islam.
Kerajaan Mataram terpecah belah karena pertikaian perebutan kekuasaan di antara para pangeran. Datanglah VOC menengahi sampai akhirnya terjadi perjanjian Giyanti yang membagi kerajaan menjadi dua wilayah. Akibatnya VOC pun membangun benteng untuk mengawasi kedua keraton, benteng Vastenburg dan Vredeburg.
Karena tak ingin tampil sama dengan keraton di Jogja akhirnya pihak keraton Solo banting setir merubah segala hal tentang batik. Sepertinya ada bau persaingan.
Motif batik yang sama di keraton Solo berukuran lebih kecil, bagian ujung kain yang berwarna putih itu lebih kecil. Selain itu cara memakai kain juga berubah. Cara memakai motif parang di Solo dari kanan ke kiri, sedangkan Jogja sebaliknya. Cara pakai kain ala Solo itu hanya dipakai oleh para bangsawan, masyarakat lainnya tetap sama dengan gaya orisinal atau gaya Jogja (CMIIW).
Di ruang ini bisa dilihat kemben tengahan yang khusus dipakai oleh permaisuri. Ada juga motif satriya manah bergambar panah yang dipakai seorang pria saat melamar gadis pujaan. Sedangkan untuk wanitanya memakai motif semen rante yang bergambar hati. Lucu deh jadi terbayang Cupid sang dewa asmara dalam legenda barat yang memanah hati.
Koleksi Langka Museum Batik Danar Hadi Lainnya

Koleksi batik di museum ini beragam. Banyak motif yang baru pertama kali kulihat. Motif batik yang bermacam-macam itu bukan sekedar gambar semata, tetapi punya arti khusus. Jangan salah pakai kain batik bisa dianggap aneh atau bahkan ditertawakan oleh orang yang paham.
Contohnya motif slobog (cari saja ya kalau ingin tahu, ada kok di google image). Di Solo motif ini dikhususkan untuk menutupi keranda jenazah. Motif slobog berupa segi empat kecil yang berisi empat bidang segitiga. Sekarang motif ini banyak beredar, motif dipermanis dengan kombinasi motif lain seperti parang supaya gaul. Haduuuh … buru-buru lihat koleksi batikku, asanya dulu pernah punya. Motif slobog di Jogja bisa dipakau untuk kesempatan apa saja.
Ada lagi motif khusus untuk wanita yaitu babon nglubuk (yang dipakai ibu hamil saat upacara tujuh bulanan) dan motif parang cantel sebagai penanda seorang gadis sudah mendapat menstrusi pertama. Motif tambal pamiluto yang berupa 144 motif berbeda untuk acara pertunangan. Motif tambal ini cukup populer lho sekarang ini, banyak orang yang pakai untuk kegiatan sehari-hari.
Perkembangan batik di luar keraton
Pengaruh bangsa asing pun terlihat pada batik. Seorang wanita Belanda mendesain motif batik tetapi tetap dikerjakan oleh pembatik setempat. Batik Belanda bermotif dongeng serigala dan si selendang merah buatan tahun 1840 dibeli di Balai Lelang Christie seharga 500 juta rupiah. Motif dongeng lainnya yang ada di museum ini seperti Hansel and Gretl, juga Snow White. Koleksi ragam hias terkenal dari batik Metzelaar dan Van Zuylen pun ada di sini.
Batik itu adaptif. Datangnya bangsa-bangsa asing turut mempengaruhi motif batik. Pokoknya batik itu bisa dibuat sesuai selera dan kemauan perorangan. Yang penting teknik pembuatannya tetap batik. Pengaruh kebudayaan Tinghoa , Jepang dan India juga mewarnai keragaman motif batik.
Motif naga, burung hong dan singa berkepala anjing jelas berasal dari mitos Cina. Batik Cina yang terkenal yaitu batik Tiga Negeri yang unik karena pewarnaannya di tiga tempat. Warna merah dikerjalan di Lasem, biru di Kudus atau Pekalongan, dan soga di Solo atau Yogya.
Pengaruh Jepang bisa dilihat dari motif bunga-bungaan seperti sakura, seruni dan krisan. Di masa pendudukan Jepang bahan bakukain mori sulit didapat. Solusinya agar produksi batik tetap berjalan dibuatlah batik pagi sore. Batik jenis pagi sore ini membagi dua kain dengan dua motif yang berbeda, bahkan warna pun bisa berbeda.
Pengaruh India bisa dilihat pada kain cinde.

Batik di Luar Keraton
Batik tak dapat dicegah akhirnya berkembang di luar keraton. Dibuat motif-motif baru yang berbeda dari pakem keraton. Batik ini disebut batik sudagaran. Juga berkembang motif rifaiyah yang tumbuh di kalangan umat muslim, yang tak mau menggambar mahluk hidup secara lengkap.
Batik Indonesia karya Bung Karno dan Batik Diponegoro
Lain lagi dengan kisah Bung Karno yang adalah seorang pecinta seni. Ternyata selain kolektor lukisan beliau juga suka batik. Setelah 5 tahun kemerdekaan Indonesia Bung Karno punya ide menuangkan keberagaman Nusantara dalam selembar kain. Motifnya adalah gabungan motif parang dan buketan. Batik kemudian dikerjakan oleh Go Tik Swan, seniman batik dari Solo. Ia membuat batik dengan motif Yogya dan Solo tetapi dengan warna cerah khas pesisir, merah, hijau, kuning dan ungu. Kain ini pun jadi koleksi Museum Batik Danar Hadi Solo.
Dari pemandu Museum Batik Danar Hadi Solo ini banyak informasi baru yang kudapat. Makanya kepala rasanya penuh dengan informasi sangat berharga. Kepala penuh di sini maksudnya ya itu terasa seperti mendapat harta karun tak ternilai.
Ternyata batik bisa dipakai sebagai sandi, perantara dalam menyampaikan pesan rahasia. Ini dilakukan dalam perang Diponegoro. Walau agak sedikit penasaran pesan penting itu berapa lama akan sampai ke orang atau pasukan yang dituju. Lha batiknya bagus dan rapi, membuatnya pasti makan waktu cukup lama.
Batik telah menyebar ke seluruh penjuru tanah air. Tentu kain-kain terbaik dari berbagai daerah ini pun menjadi koleksi museum.
Danar Hadi menerima reproduksi batik tergantung kerumitan motif. Salah satu motif kuno yanga sudah sangat jarang dibuat karena motifnya sangat halus dan rapat dibuat tiruannya dengan ongkos 10 juta rupiah saja. kain ini dipesan oleh serang bankir wanita terkenal.
Selain mengagumi keindahan batik, pengunjung museum pun bisa belajar membatik di bagian belakang museum. Kami tak mendatangi bagian ini, karena sudah pernah belajar membatik dua kali, he.. he.. walau masih belum lentur menitikkan malam di atas kain. Kutanya kesan si sulung tentang MuseumBatik Danar Hadi Solo. Kukira ia merasa bosan karena selama ini tak mau memakai baju batik. Ternyata kata si kakak batiknya bagus dan ia terkagum-kagum bisa melihat kain-kain apik yang berkualitas tinggi.
Ah, aku baru tahu Danar Hadi ada museumnya juga! 😀
keren banget koleksi museumnya, layak banget dikunjungi
Bagus kali ya kak Mon motif2 batiknya..terutuma yang di museum batik Pekalongan…warna2nya klasik banget..Suka yang dijejeran nomor 1 – 4.
ooh Dewi suka yang motif2 klasik ya
kain-kain batik apik berkualitas, warisan budaya yang harus kita lestarikan…. betul!
keren2 banget Adi, sampai bikin terpesona deh
Senangnya sulung menikmati museum batik bersama bunda. Saya dulu serombongan ber4, bersama ragil dan ibu pengunjung bersama putranya 10 tahunan yg anteng menikmati penjelasan petugas yg berjalan mundur, menghormati sekaligus mengawasi pengunjung hehe. Praktek membatik jugakah mbak, disesi ini boleh motret. Salam batil
ah betul mbak, pemandunya berjalan mundur supaya juga kelihatankl ada colekan tangan jahil
Cantik yaaa museumnya.. Udah lama ngga ke Museum Batik, terakhir Museum Tekstil di Jakarta. Selalu suka liat batik yang dibuat penuh cinta dan dedikasi
buat batik itu keliatannya gampang, tp pas ngerjain sendiri ya sulit, mknya salut dan kagum lihat batik yg rapi terlihat tebal tipisnya garis, tanpa tetesan lilin mbeleber
Batiknya bagus-bagus. Harganya juga bagus 🙂
ada rupa ada harga mbak ha.. ha… lupa bahasa Jawanya
Motif batiknya indah-indah sekali ya bun. Pasti asik sekali bisa jalan-jalan ke museum batik. 🙂
jalan2 ke tempat yang disukai itu memang memuaskan jiwa Gung
di Museum Batik bisa sekalain belajar membatik, mengasyikkan deh
museumnya menarik .. saya pernah sekali datang kesini, jadi tahu jenis2 batik, bahkan baru tahu juga kalau ada jenis batik bule .. kesukaan noni belanda … hehe
keren2 ya batiknya, coba aja deh mereka buat katalognya.., biar pun nggak bisa foto2 kan bisa lihat2 lagi motifnya ya
Cantik-cantik kain batiknya. Yang rumit batikannya pasti harganya mahal. Belum lagi masalah pewarnaan.
Jadi di museum batik ini bisa sekalian belajar membatik.
pasti jutaan ya harganya…
di pontianak ada toko danar hadi juga. apa ini canbang dari jogya ya bun? jadi penasaran ?
iya, mereka punya toko di kota2 besar
waaah pasti bagus bagus ya batiknyaa
cantik2 deh Dija
Ternyata banyak sekali arti dari kain batik yang ada di solo, bahaya kalo salah pakai. Apalagi kalo dipakai buat gaya gayaan aja dan salah, pasti malu banget.
Ngomong ngomong koleksi batik di museum banyak banget ternyata, itu aja baru sebagian yang keluar udah bikin ngiler. Apalagi bisa dilihat semuanya ya kak
Tetep penasaran soal batik nya ga boleh di pegang, jadi gemes hahaha
iya betul aku pun pesaran pengen pegang ha.. ha.. kainnya halus apa nggak, tapi kan nggak boleh jadi cuma liat dekat2 aja
[…] dibuka sejak akhir tahun 2018. Bertambah lagi satu museum  yang menyimpan koleksi batik selain Museum Batik Danar Hadi di Solo, Museum Tekstil Jakarta dan Museum Batik […]
Sayangnya waktu mampir Solo dan sudah ke sini, museumnya sedang tutup. Dan ga bisa ngulang sebab esoknya sudah harus lanjut perjalanan. Padahal info tentang batik selalu menarik perhatian saya. Beruntungnya dirimu, mba.
alhamdulillah mbak, makanya museum ini kumasukkan di hari pertama di Solo, supaya yakin bisa lihat
Wah aku pencita batik juga nih kak, nanti mampir ah kalo main ke Solo hehe. Makasih yaa kak informasinyaa 😀
sama2 Ipul
Wah, lengkap sekali ya isi Museum Batik Danarhadi Solo ini. Biaya tiket masuk sebesar Rp35.000,00 pun jadi terasa sepadan.
Karena keduanya adalah kerajaan, menurutku penyebabnya bukan persaingan, tapi lebih ke identitas kerajaan.
aku pakai kata persaingan sesuai omongan masnya he.. he..
Padahal ortu asli Solo, tapi baru sekalu kesana.
Jadi kangen suasana Solo. Pasti mampir kesini nih kalau balik ke Solo. Dan aku suka banget yang berbau seni, apalagi kalau bisa ikut nyemplung ke pengrajinnya.
salam
lilpjourney.com
sekalian ke Kampung Laweyan mbak,
pengen balik Solo lagi dan jalan di Laweyan
Saya baru main ke kampung batik di Lasem, lain kali harus ke museum batik Danar Hadi ini. Memang ya kalau kita amati pelan, lihat seksama, batik itu menyejukkan dan bikin senang. Sekali jatuh cinta tidak kan mudah berpaling nya
Lasem masih sebatas wishlist ku teh, belum pernah ke sana
Lengkap sekali museum batik ini jarang sekali aku explore solo, emang harus di coba untuk datang ke solo apalagi ke museum batik danarhadi ini.
aku sarankan banget datang ke sini deh
Taunya baru tokonya aja yang bagus bagus banget batiknya, eh ternyata ada museumnya juga. Bagus banget buat mempromosikan budaya Indonesia ya mba 😀
keren banget mbak,
dulu kalo lihat batik identiknya sama simbah-simbah. Sekarang syukurlah udah jadi budaya.
semakin banyak yang suka dan paham ya
HTM ke mseum batik ini per orang 35K terjangkau lah. Kan kita bisa tau jenis batik itu ada apa aja, kisahnya seperti apa dll. Batik Danar Hadi memang sudah ga diragukan lagi kualitasnya bagus sekali. Ada harga, ada rupa 🙂 Aku taunya Museum Tekstil di K>S Tubun Jakarta aja. Eh ternyata di Solo ada juga. TFS, Kak Monda 😀
Museum Batik juga ada di Pekalongan mbak Nurul…, koleksinya batik dari seluruh Indonesia
Aku betah sekali disini, coraknya cantik dan menarik, setiap helai kainnya punya cerita tersendiri, menyenangkan banget deh disini ya
iya mbak Dedew, apalagi wangi kain batik itu khas …suka, pengen berlama2 di satu kain.., eh masnya udah jalan lagi
Berkali-kali ke Solo karena banyak saudara yang tinggal di sana tapi belum sekali pun aku ke Museum Batik Danar Hadi ini. Next time ke Solo lagi mesti dijadwalin ke sana nih. Baru tau Aku mba kalo untuk awet di belakangnya ada kain isi merica… Ternyata nggak boleh foto juga di bagian dalamnya ya. Noted banget nih, mesti pakai guide juga kayaknya biar lebih enak pas di sana…
harga tiket masuknya itu udah termasuk guide mbak.., kita langsung didampingi..
Karya dan kerajinan apapun yang dihasilkan nenek moyang kita terutama Jawa dan Sunda selalu punya makna dan filosofi² tertentu. Bahkan dari motif batik sekalipun. Terlebih dari cara berfikir, berkata dan bertindak selalu penuh pertimbangan dan perhitungan. Itu yang sering aku salut. Betapa dalamnya mereka memaknai kehidupan. Oleh karena itu para orang tua yang masih kukuh dalam tradisi ini cenderung bijak dan penuh dengan pertimbangan.
iya tak hanya dalam bentuk sandang, untuk makanan pun pakai filososfi ya..contohnya nasi tumpeng
Aku jadi ketawa sendiri pas baca kalimat “jangan salah pakai batik”.
AKu tiba-tiba aja teringat sama bule yang dengan bangganya paki baju batik, taunya yang dia pakai itu Batik korpri. ahahahah
Trus aku tertarik dengan Batik Tiga Negeri. Itu untuk warnain aja perlu di 3 tempat ya. Karena warna tersebut memang tidak ada di daerah pertama lalu pindah ke daerah kedua, atau bagaimana ya?
ha.. ha.. iya… viral sekali itu bule ganteng pakai baju Korpri dengan bangganya..
pewarnaan sampai dilakukan di tiga tempat berbeda itu katanya karena pengaruh air dan bahan baku pewarnanya, jadi hasil warna sogan itu terbaik kalau dibuat di Solo, dst…, bisa sih dibuat di kota lain, tapi kurang memuaskan hasilnay