Mencari Uang Saku Tambahan

38
1506

Pengalaman manis mencari uang saku tambahan pernah kualami semasa sekolah. Tak jauh, cukup di rumah sendiri.

Waktu itu almarhum papaku yang hobi berkebun dan beternak punya ide memanfaatkan halaman sekeliling rumah dinas yang cukup luas.  Halaman rumah pernah ditanami seledri dan cabe rawit  yang cukup banyak sehingga ketika dibawa ke pasar bisa ditukar dengan sayuran lain. Tanaman lainpun ada, seperti kacang panjang,kacang tanah, terong, pare dengan hasil cukup konsumsi sendiri atau kirim ke tetangga.Ternak yang dipelihara burung puyuh, telurnya lagi-lagi dijual ke pasar, dan ayam pedaging, dalam kurun waktu yang berbeda.

Untuk ayam pedaging di sinilah lahan bagi kami anak-anak untuk dapat tambahan uang saku. Caranya, ketika ada pembeli memesan ayam dalam jumlah cukup banyak, biasanya dipanggil orang sekitar untuk membantu membului ayam. Kami, aku dan dua adik,  pun menyodorkan diri ingin diupah juga, kalau tak salah ingat 30 tahun yang lalu,upahnya seratus rupiah per ekor.

Setiap habis bekerja kami lapor berapa ekor yang berhasil dibului, uangnya tak kami minta, cukup dicatat saja. Nanti ketika almarhum papa dinas ke Jakarta, kami memesan buku, (harga pesanan buku biasanya lebih banyak dari upah) wk..wk… Buku yang dipesan seri Lima Sekawan karya Enid Blyton, atau seri Old Shatterhand dan Kara ben Nemsi dari Karl May. Waktu itu harga satu jilid buku Old Shatterhand hanya Rp 700,-.

Ketika jaman kuliah, lagi-lagi cari tambahan uang saku cukup dari rumah. Orang rumahan sekali ya. Kali ini dapat uang saku karena permintaan teman yang kesulitan membaca buku teks, jaman itu belum ada Google Translate sih. Alhamdulillah, kursus semasa SMP yang sealumni dengan pak de itu membuka pintu rejeki bagiku. Meski sampai sekarang tak lancar bicara bahasa asing itu, tetapi cukup bagiku untuk memahami diktat dan buku teks kedokteran yang bahasanya tidak sastra.  Harga terjemahan per lembar kuserahkan saja pada teman, ada yang mau hasil terjemahan diketik, seribu rupiah per lembar. Ada pula yang mau lebih irit, minta ditulis tangan pakai folio bergaris, tarifnya tetap seribu per lembar. He..he…dasar mahasiswa lugu ya, pilihan itu kuiyakan. Hasil dari terjemahan ini bisa untuk beli kamus tebal yang cukup mahal di masa itu.

Kenangan manis mencari uang saku sendiri ini masih membekas, apalagi uang saku itu untuk mendapatkan sesuatu yang berguna, buku-buku cerita impian. Buku  dan kamus itu masih ada sampai sekarang dan masih bisa digunakan oleh generasi penerusku.

 

Kenangan Manis untuk Giveaway Manis-Manis

38 COMMENTS

  1. semoga kenangan manisnya berbuah manis dengan memenangkan givewey manis2… 😛
    hehehehe… emang puas kalo bisa menjemput rejeki dari upaya kita sendiri, sekalipun mungkin tak seberapa 😛

  2. kenangan manisnya, manis banget kak.. apalagi urusan titip dibeliin buku sama papa itu.. emak jd keinget masa kecil dulu.

    sukses kontesnya ya kak..!

    • he..he… kalau pengen jajan pasti menawarkan diri ya Rin…
      di rumah sini ada yg menawarkan pijit lho..he..he…sama aja ya anak2

  3. Kenangan cari uang saku tambahan juga saya alami saat kecil dulu…
    Saya dan kakak bertugas membersihkan dan menyapu rumah.
    Saya kebagian ruang tamu dan kakak bagian ruang tengah.
    Selain menyapu, juga mengelap perabotan yang ada di situ. Ruang tamu ada 2 meja dan 8 kursi. Banyak sekali.
    Gajiannya sebulan sekali dan nggak seberapa 😀
    Setelah agak besar, ada tambahan penghasilan lagi dari upah merawat kambing. Kalau ini saya dan adik, masing2 dapat jatah 2 ekor kambing. Karena tinggal di kampung, maka stock rumput melimpah ruah.
    Tapi karena jaman itu belum ada yg jualan makanan kecil, maka uang tambahannya saya kumpulkan dan baru dibelanjakan saat ikut ke kota bersama orang tua.
    =============================
    Makasih sudah ikut GA Manis-Manis

  4. Kalo saya waktu sekolah SMA ngasih les Mba Monda, anak-anak sd adek temen ato anak kenalan temen. Beranjak kuliah usaha ama temen jualan coklat praline yang dicairkan trus dijual ke toko kue. Keren deh. Hehehehe.
    Seru kalo inget masa-masa itu ya Mba Monda.

    • ngajar les Matematika ya Dan….
      enak banget itu bisnis praline… nyetak coklat aneka bentuk ya …? boleh dong ceritanya Dan

  5. hem GA nya pak mar…
    sebenere sudah nulis buat ikut GA nya pak mar…
    cuman baru separo…
    dimadrasah kami juga memanfaatkan lahan sempit kami untuk budidaya sayuran, walaupun mengunakan polibag

    • ayo diselesaikan draft GAnya …, ntar kelupaan jadi lewat waktu
      lahan sekecil apapun pasti bisa menanam …, pakai pola bertingkat aja, bisa dilihat contohnya di rynari.wp.com

    • betul uni, paling tidak bisa untuk latihan komunikasi
      anak2 dulu kami ijinkan jadi perantara bikin label nama, mereka belajar menawarkan ke teman, mencatat pesanan, dan menagih…
      hasilnya masuk celengan karena mereka niat banget pengen ke Bali…, akhirnya berangkat juga ke Bali tapi ya lebih banyak tambahan dari mama papa he..he..

  6. saya juga ingat pas masa kecil mencari uang saku tambahan. tapi saya ga mau ceritakan disini. nanti aja jadi bahan posting tersendiri kalau lagi kehabisa ide… 🙂

    saya cuma ingin cerita ponakan saya. dia kelas 4 sd. dari seringnya browsing dia akhirnya ingin membuat jepit rambut sendiri. bahan2nya ia minta dibelikan oleh ibunya. walhasil dia membuat beberapa jepit rambut sendiri lalu dipakainya di sekolah.

    karena menurut temen2nya bagus, maka banyak temennya yang memesan. dan ia pun menyanggupi membuatkan beberap pesanan temennya. ia pun minta tolong mamanya untuk membelikan bahan2, dan akhirnya dibantu mama nya juga untuk membuatkan jepit rambut. lalu dijual ke teman yang memesan tadi.

    akhirnya ada temannya juga yang meminta dibuatkan bando. ia pun akhirnya menyanggupi juga. walau dia sebenarnya tidak tahu cara membuatnya. akhirnya di browsing2 lagi di internet untuk mencari tahu cara pembuatan. dan tentunya mamanya juga membantu juga untuk mencarikan bahannya dan membantu membuat.

    saya cuma salut saja anak kecil sekarang. sudah pada pinter2… waktu saya sd dulu boro2 bisa seperti ponakan saya yg kreatif itu… 🙂

    • bagus tuh Kamal ada ide untuk posting juga tentang cari uang saku…, ditunggu ya
      ponakannya hebat ya.., kelas 4 gitu lho.., udah bisa bikin sendiri produknya dan bisa menjual …paling tidak udah 2 skill yang dia dapat…
      semoga nanti jadi usahawan sukses

  7. Seingat saya, saya sama sekali tidak pernah mencari/dapat uang saku tambahan. Karena sejak saya kecil emak sudah jualan di warung, jadinya saya wajib juga bantuin emak. Gak pake dibayar sih…
    Etapi, menurut saya tetap ada imbalannya sih, yaitu bisa nyomot dagangan emak seperti kue dan camilan lain. Makanya sejak dulu saya rada ndut. Hehehe…

    • he..he…comotan itu diitung nggak..?
      kebanyakan nyomot ntar habis dimakan sendiri dong isi warung ..

  8. Demi buku idaman, kerja tambahan jadi kenangan manis. Jual hasil panen kebun mengikat bayam saat SD maupun penganan kecil saat SMP menjadi kenangan. Untuk anak2 sekarang era uang saku tambahan dari jasa IT maupun enumerator penelitian. Seri Lima sekawan, sapta siaga dan karya2 Karl May tetap melegenda ya mbak. Selamat meramaikan GA super manisnya Pak Mars. Salam

  9. Lima sekawan ini rasanya tahan dengan perubahan jaman. Waktu kecil saya juga suka baca Lima sekawan, Sapta Siaga dan karya2 Enid Blyton lainnya. Tp pinjam di perpus atau rental komik sih … 😀
    Semoga sukses ngontesnya Bunda

  10. Bu Dokter dari kecil sudah suka membaca. 🙂
    Berapapun upahnya, jika itu benar2 hasil kerja kita, pastinya memuaskan. ^_*

    Benar2 manis, Bun. . .

  11. kalau soal kerja sambil sekolah sudah pernah di lakukan.. uang pertama memang menyenangkan…

  12. Aku kalau dulu waktu SD jualan bun. dari stiker sampe es lilin juga ada. aku buatnya sendiri di rumah dan dijual kesekolah. iseng2 aja seh. 😀

  13. diberi kesempatan oleh orang tua kita untuk belajar mencari uang tambahan sendiri, membuat kita menjadi lebih menghargai uang dan juga memberikan ide lebih banyak ke depannya tentang bagaimana caranya mencari uang tambahan dengan halal kalau kepepet ya Mbak..

  14. Kalo aku ga pernah nyari uang tambahan semasa sekolah dulu. Tapi paling jago nabung uang saku pemberian ortu yang jumlahnya ga banyak, yah kira-kira jumlahnya bisa separoh dr uang sakunya temen-temenku :-).
    Tapi dr tabungan itu aku bisa sesekali beli buku cetak pelajaran tanpa minta ortu. Rasanya waktu itu banggaaaaa banget bisa ngurangin beban ortu, walau mereka ga tau apa yang aku lakukan sama uang tabunganku itu 🙂

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.