Ke Jawa Timur bagiku harus banget melihat peninggalan Majapahit. Rasanya ada yang ngganjel kalau ke suatu tempat tanpa sempat mendatangi wisata sejarahnya, apalagi yang sekelas situs Majapahit. Kok ya kebetulan kami tak dapat tiket pulang dari Malang, berarti harus ambil rute Surabaya – Jakarta. Makanya berangkat dari Malang mengarah Surabaya mau belok dulu ke Mojokerto, ke situs Trowulan.
Pak supir juga sama butanya soal rute ke Trowulan, lokasi Museum Majapahit, dan kami sudah terlewat simpang jalan ke Mojokerto, makanya mengandalkan GPS. Kami menyisir jalan tol di sekitar Sidoarjo, mengikuti jalan kecil dan masuk pedesaan. Sebuah kejutan ketika mata cagar tak sengaja tertumbuk pada plang Candi Pari. Alhamdulillah di tiap perjalanan selalu dapat kejutan.
Candi Pari ini terletak di kecamatan Porong, 2 km dari pusat semburan lumpur Lapindo, di tengah-tengah sebuah desa bernama Candi Pari. Sekitar candi dibuatkan taman rapi dan terawat cantik. Info dari para bapak yang tengah berkumpul di rumah sebelah candi, candi ini juga termasuk peninggalan Majapahit. Candi ini bentuknya berbeda dengan candi khas Majapahit yang tinggi langsing malah lebih mirip candi di Myanmar dan Thailand yang berbentuk kubus. Alasan beda bentuk ini belum ada tapi memang Majapahit pernah menjalin hubungan dengan negeri Champa (Thailand).
Para bapak itu juga kasih informasi keberadaan Candi Sumur yang berjarak 100-200 meter di seberang jalan, tetapi candi tertutupi rumah penduduk hingga tak tampak dari tempat kami berdiri. Aku terpaksa melewatkan Candi Sumur karena lebih memilih mengejar waktu ke Trowulan sebelum sore tiba. Candi Sumur yang menampakkan wujud khas percandian Majapahit sudah banyak kerusakan dan tak ditemukan lagi batu-batu penyusunnya, terpaksa bagian dalamnya disangga tiang agar tak rubuh. Dinamakan candi Sumur karena di bagian dalam candi ada bekas sumur .
Perjalanan kami lanjutkan ke Trowulan yang masih agak jauh jika dilihat dari peta. Sempat sekilas melihat Gapura Wringin Lawang di Jatipasar, kecamatan Trowulan. Wringin Lawang berupa candi bentar (terbelah) diperkirakan merupakan pintu masuk ke area penting di kerajaan Majapahit. Situs kerajaan Majapahit yang ada sekarang ini tersebar di banyak tempat di area yang cukup luas. Diduga situs ini adalah sebuah kota. Kami terus berjalan dan melihat Kolam Segaran, salah satu waduk kuno Majapahit. Museum Trowulan bersebrangan dengan Kolam Segaran ini.
Memasuki Museum Trowulan, kami dibuat takjub dengan artefak yang ada, cukup banyak benda yang ditemukan di banyak situs. Semuanya ditata rapi dan tak diperkenankan dipotret untuk mencegah kerusakan dan pemalsuan. Di area Museum ini juga ada situs pemukiman yang masih dalam tahap penggalian.
Karena kepengen buku seperti yang diceritakan di tulisan Melintas Majapahit di blog Rynari, kutanyakan kepada pemandu, alhamdulillah masih ada. Di buku ini walau singkat tetapi lengkap memuat temuan yang ada sampai saat ini. Memang jika ingin mengunjungi semua situs bersejarah di wilayah ini, tak mungkin selesai sehari karena letaknya yang berjauhan.
[…] Pari di Sidoarjo, Jawa Timur ini ditemukan tak sengaja dalam perjalanan ke Trowulan, Mencari Majapahit. Candi ini salah satu bukti kebesaran kerajaan Majapahit. Kejutan seperti inilah yang membuat […]
jadi inget sandiwara radio tutur tinular 😀
kayaknya berkesan banget bang dengan sandiwaranya ya
Berarti lain waktu ke Trowulan lagi dong, Bunda. Utk menghatamkan situs2 yg ada di sana. 😀
kepengennnya gitu Idah…,
masih ada penasarannya nih, mudah2an bisa datang lagi
Situs Trowulan sunguh kompleks dan terdata rapi ya Mbak, semoga lain kali bisa datang lagi ke titik-titik yang terhubung dengan situs.
Salam
iya mbak jadi penasaran
aku nunggu dulu oleh2 perjalanan mbak kemari
Baca ini jadi kepengen banget bisa liat langsung, kak…keren banget pasti ya…
iya Lis
situs Majapahit ini diduga luas banget, kalau mau dibuka semuanya kupikir bakal jadi masalah baru dengan penduduk
sumurnya masih berfungsi bun yang ada didalam candi?
kayaknya nggak dipake lagi mbak, soalnya bangunannya aja musti disangga, rawan runtuh
Saya kepingin bukunya… wah, kalau begitu mesti ke sana langsung :)).
Peninggalan Majapahit memang menjadi misteri yang besar sekali. Bagaimana mungkin kerajaan semegah itu bisa hilang dan bekasnya kini seolah tertimbun tanah?
Keren ya candi-candinya. Hm, itu Candi Sumur mungkin sumber petirtaan… meski bentuknya yang agak menjulang itu menimbulkan beberapa kemungkinan…
dari berbagai bacaan, candi Sumur itu diduga juga jadi sumber pengairan..
mungkin daerah ini dulu banyak sawah ya
Mbak, dulu waktu suami masih dinas di Jawa Timur, setiap ulang tahun Kodam kami pasti kesini pas malam renungan suci…agak jauh dari Surabaya, tapi suasana masa lalunya bener-bener kerasa banget, jadi kebeli deh jaraknya…
🙂
suasana malam hari di sini mungkin sepi banget ya, pas buat kontemplasi
Mbak Mond? Ini blog baru, atau blog mbak mond emang 2 ._.
memang ada dua Feb, kalau di blog yang ini aku lebih cerewet, he..he…
lebih banyak cerita tentang Indonesia
Blogger yang tidak jauh dari Trowulan adalah Mas Nuzulul Arifin. Kalau suatu saat ke sana lagi, atau para sahabat blogger ke sana, bisa mengontaknya.
Ah aku rindu ingin mengunjungi candi-candi…
Foto2nya cakeeeep mba Monda… Ah. Mudah2an sy berkesempatan ke sana juga ah.. 🙂
[…] old town Malang, to see the famous Ijen boulevard, then made a trip to Mojokerto to visit Museum Majapahit Trowulan, followed bu a trip to try the Suramadu bridge which connected Java and the island of […]