Di Jakarta banyak rumah ibadah tua, salah satunya masjid yang sering kulewati ini. Masjid yang telah menjadi benda cagar budaya ini bernama Masjid Al Makmur, terletak di jalan Raden Saleh,kelurahan Cikini, kecamatan Menteng Jakarta Pusat. Masjid ini punya sejarah sangat panjang.
Nama jalan Raden Saleh memang mengambil nama pelukis besar Indonesia itu. Di daerah inilah dahulu ada sebidang tanah sangat luas milik sang pelukis. Ia mendirikan rumah besar bertingkat dua yang sampai kini masih berdiri dan menjadi bagian dari RS PGI Cikini. Musholla kecil di samping rumahnya itulah yang kini menjadi Masjid Al Makmur.
Setelah Raden Saleh, tanah ini dimiliki oleh keluarga Alatas yang kemudian dijual kepada sebuah yayasan milik Belanda untuk dibangun menjadi rumah sakit. . Musholla hendak dibongkar tetapi jemaah mempertahankan. Musholla yang waktu itu masih terbuat dari bambu digotong ke tepi sungai Ciliwung oleh para jemaah bersama-sama dengan tokoh-tokoh Islam yang tergabung dalam Syarikat Islam yaitu KH Mas Mansyur, HOS Cokroaminoto, dan Abi Kusno . Komite ini membuat lambang Syarikat Islam berupa bulan sabit dan bintang dan kalimat syahadat yang dipahatkan di atas pintu masuk (1924) yang masih terlihat sampai saat ini.

Masjid ini terletak di jalan raya yang ramai perkantoran dan lalu lintasnya. Maka saat waktu shalat tiba masjid hampir selalu penuh dengan jamah yang berkantor di sekitar dan para pelintas sepertiku.
Bila bangunan ditetapkan sebagai cagar budaya ada ketentuan untuk tidak merubah bentuk. Dikarenakan jamaah yang padat di bagian belakang masjid lama dibangun masjid baru yang bentuknya hampir mirip dan juga ada bangunan sekolah.

Bangunan masjid ini berlantai dua berupa lantai mezzanin, tangga menuju lantai tambahan ini ada di pojok depan. Langit-langit yang tinggi ditambah pula jendela dan pintu besar membuat suasana di dalam masjid nyaman, sehingga tak dapat dihindari ada saja orang yang tidur di karpet masjid, padahal ada larangan.
yang gentengnya warna hijau itu yang bangunan baru ya mbak ?
iya betul bu…, mirip ya bentuknya
masjid tua yang harus dilestarikan
iya mbak…, masjid bersejarah.., kecil tapi cantik
MS jika sudah melihat plang cagar budaya, seolah sepiring dendeng baracik terhidang di hadapannya.. langsung semangat.. 😛
wk..wk…
ini masjid udah dari jaman dulu kala dilewatin doang..
dekat dengan tempat kopdarnya pakde yang ada sajian gurame balet itu lho mak
Bener, Bu Monda ini jeli …
Saya pernah juga sholat di sini ketika sama Bos saya numpang trawih, tapi gak memperhatikan dari sisi mesjid yang dijadikan cagar budaya …
Luar biasa.
Makasih Bun 🙂
jadi cagar budaya memang belum lama kang..
tahun 90an…
di bagian pria lega ya sholatnya, bagian ibu2nya cuma dapat sedikit tempat.., agak kurang leluasa menikmati kesyahduan masjid
Sudah menjadi daerah pemukiman yang padat ya mbak, shg pemekarannyapun lebih rumit, semoga kelestarian penetapan cagar budayanya terjaga. Salam
iya mbak…daerah Cikini emang sekarang rapat perumahan dan perkantoran..
Artikelnya ringan tante, tapi cukup membuat saya berlama disini.. gara-gara majikan Mesir saya tertarik membaca tulisan arab di gerbang Mesir itu.. Sempat eyel-eyelan karena majikan enggak paham kata “Cikini” wkwkwk
sengaja yang ringan aja nulisnya uncle..
lagi nggak sempat baca banyak penunjang..
he..he..itu majikan sengaja dikerjain tha…?
ini yang di sebelah RS itu ya?
sering lewatin sih. jalanan depannya kecil tapi mobil yang lewat banyak banget
iya Ryan jalan ini sering macet ..
Waktu berkunjung ke rumah Raden Saleh aku luput melihat Masjid ini, MM. Emang datangnya ramai-ramai dan sebentar pula jadi gak semua area terjelajahi. Nanti kalau datang lagi mau masuk ah..
letak masjid sudah di luar kompleks rumah sakit uni, lewatin beberapa bangunan di sebelah kiri pintu keluar
rumahnya Raden Saleh justru aku baru lihat dari luar aja uni, pengen masuk juga kapan2
semoga tetep terpelihara jgn spt nasib rumah cantik
aaah..jadi teringat lagi..
sayang ya rumah cantik itu
Liputan Khas Kak Monda …
saya belum pernah melihat masjid ini Kak …
Padahal duluuu sekali Ibu saya pernah di rawat di RS Cikini lho …
Terima kasih infonya Kak
Salam saya
letaknya di pinggir kali ini oom, mungkin pandangan agak terhalang pohon besar di depannya ya
Masjid bersejarah yang memang layak dijadikan cagar budaya ya bu, krn menyimpan spirit dari para pendahulu kita…
sangat layak banget, apalagi banyak cerita di baliknya
kalo masjid sih biasanya aman dari incaran investor
biarpun tempatnya strategis mereka bakal mikir panjang minta tukar guling
beda kalo kantor, sekolah apa rumah
sudah banyak cagar budaya yang musnah…
iya …miris ..padahal bangunan tua itu cantik2 ya..
wah…saya baru tahu masjid itu.
semoga tetap terawat dan terjaga yaa 🙂
aamiin.., kita jadi bisa belajar banyak dari sejarah
Tempatku juga banyak mbak masjid2 tua. Selain tua juga memiliki ke khasan masing-masing.
wah..aku kepengen deh…, tunjukin dong mbak Ika..
boleh nih dibagi ceritanya
[…] zakat fitrah di masjid Al Makmur Cikini jadi pengalaman yang berbeda buat si Oom abang alias si papa. Meskipun bayar dengan uang tetapi […]
Itu bedanya ada kubahnya ya? Atau menara?
iya masjid lamanya yang ada menara
O ya, sekitar setahun yg lalu, saya pernah shalat di mesjid ini mb mon 🙂
Masjid kampung ku, banyak ilmu yg aku dapat belajar disana dari banyak alim ulama kampungku.
alhamdulillah, semoga Masjid Al Makmur terus ramai dikunjungi dan menjadi pusat kegiatan masyarakat Cikini
terima kasih menyempatkan kasih komentar di sini ya mas