Di kompleks perumahanku masih punya kebiasaan saling berkirim makanan antar tetangga. Entah berapa kali dapat masakan hasil olahan dapur ibu sebelah. Bila ada tetangga pulang mudik atau tugas ke luar kota pasti tak lama kemudian pintu pagar diketuk. Anak tetangga kirim hantaran ke rumah. Alhamdulillah punya banyak jiran tetangga baik hati.
Hampir setahun ini aktivitas pagi hariku diawali dengan sarapan dengan buah-buahan. Hampir semua jenis buah aku suka. Makanya bahagia banget kalau bisa dapat buah enak. Apalagi sudahlah enak, gratis pula ha…. ha….
Salah satu tetangga pernah bawakan buah nenas Palembang. Sebetulnya nenas bukan buah favorit, jadi aku buat smoothie saja, dicampur dengan buah naga merah, eh kok rasanya jadi nikmat banget he..he… Malah ketagihan.
Di awal bulan Desember lalu (foto di atas itu diunggah tanggal 2 ) dapat kiriman matoa (Pometia pinnata) dari tetangga yang rumahnya di ujung utara. Tak banyak sih, hanya ada sekantong kecil. Kurang lebih ada 15 butir matoa.
Ada dua macam matoanya. Keduanya punya rasa berbeda. Yang satu kulitnya berwarna coklat, bentuknya agak oval dan rasa buahnya mirip dengan lengkeng. Untuk jenis yang ini sudah sering jumpa di pasar atau toko buah di ibukota.
Yang menakjubkan jenis lainnya yang berwarna merah. Ukurannya lebih membulat. Rasa buahnya mirip dengan durian walau aromanya tak sama tajamnya. Nikmat banget, apalagi matangnya optimal. Jadi tekstur buah terasa lembut. Buah matoa jenis yang ini baru pertama kali kami makan.
Mendapat buah yang lezat naluri menanam suamiku pun timbul. Dia menyiapkan polybag dan menanam beberapa butir biji matoa merah. Alhamdulillah, matoa merah bisa tumbuh, tetapi baru satu saja. Tanggal 30 Desember tingginya sudah 10 cm. Berharap matoa ini bisa tambah subur. Mudah-mudahan sifat indukannya bisa menurun walau ditanam jauh dari tempat asalnya.
Ini bukan kali pertama suami menanam matoa. Di rumah sudah ada pohon matoa setinggi tiga meter. Anakannya diberi oleh tetangga di sebelah timur. Sebutlah namany A. Beliau membibit sendiri. Ada lagi satu batang anakan yang masih setinggi kira-kira setengah meter. Asalnya dari buah matoa yang dibeli di toko buah. Keduanya jenis berkulit coklat.
Cerita tentang matoa jadi ingat kejadian lucu waktu pertama kali kenal matoa. Aku tak percaya ketika ibu A menyebut ada pohon matoa di halaman rumahnya. Pohon itu tinggi besar berdaun lebar dengan guratan tulang daun yang sangat jelas, tetapi berbuah kecil. Setahuku matoa itu buah langka dari Papua.
Rasa penasaran membuatku cari informasi. Dan setelah membandingkan gambar di Wikipedia akhirnya aku mengakui kebenaran cerita ibu A.
Di Papua, awalnya pohon matoa tumbuh liar. Kini menjadi semakin naik pamornya setelah beberapa tahun lalu (mantan) presiden Megawati Soekarnoputri melakukan penanaman berbagai jenis pohon asli Indonesia di kawasan Gelora Bung Karno Jakarta. Pohon-pohon seperti cempaka Aceh, meranti Kalimantan dan matoa Papua dicanangkan sebagai pohon lestari,
Masyarakat setempat bangga menyebut buah matoa sebagai buah khas propinsi Papua. Pohon ini berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Makanya di pasar tradisionalnya buah matoa banyak dijual. Di Papua, pohon matoa tumbuh di seluruh wilayah dan bisa berkembang sampai dengan diameter pelukan tiga orang dewasa. Kayunya bisa dibuat mebel atau kusen rumah. Ah, masih cukup lama baru bisa menikmati buah matoa dari pohon sendiri.
“Tulisan ini diikutkan dalam Hani Widiatmoko First Giveaway Kisah Foto Instagramku”
Bibit matoa muda tumbuh subur ya mbak, menambah koleksi keluarga. Sukses di GA ini.
deg-degan mbak, semoga aja matoanya bisa tumbuh sampai gede
mba Monda… mau dong bibitnya… di rumah pernah nanam tapi ga berhasil… au au auuu suka… dulu waktu di pekanbaru banyak kantor pemerintah menanam matoa. jadi kalau musim buah bolehlah colek colek security atau petugas kebersihan untuk minta satu atau dua. hihiiii.
aku pengenlah punya pengalaman petik matoa
di kampus UI Depok juga pohon matoa berjajar banyak..
nanti ya aku bilangin suami supaya membibitkan lagi
Saya belum pernah mencicipi buah matoa. Pas ke Papua dulu nggak nemu. Dikantor ada satu pohonnya, tapi nggak pernah kebagian buahnya.
dulu juga waktu tinggal di Papua nggak pernah perhatikan ada matoa mbak..
sekarang jadi doyan,
asalkan pilih yang matangnya pas, pasti enak
Saya masih penasaran dengan rasa buah matoa. Sempat ke pohonnya yang sudah berbuah matang di Tenggarong, Kaltim. Mau beli yang punya gak ada di ladang.
Mudah-mudahan dapat juga mencicipinya langsung di Papua, aamiin.
aamiin…., ada rencana ke Papua da? mumpung dekat
Saya jadi penasaran sama matoa. Biarpun saya pedagang buah, di daerah saya belum pernah dengar tentang matoa.
Itu matoa gede milik tetangga apa udah berbuah? Biasanya klo pohon ditanam di luar daerah aslinya sih hampir pasti sulit berbuah.
pohon tetangga itu udah berbuah,
itu yang buat aku penasaran karena liat buahnya yang unik
dan kemudian dia tanam dari bijinya dan kami dikasih anakannya, itu yang sudah setinggi 3 meter
Kelihatan lezis ya, tapi ya sayangnya saya bukan orang yang doyan buah, kalo dapet saya kasih ibu. 🙂
buah kan banyak vitaminnya Umamiii….
Penasaran sama rasanya Matoa, keknya blm pernah maka deh. green thumbs bgt suami mu Mon 🙂
nanti kalau mudik lagi kudu nyari ya Feb…..
udah banyak beredar kok di luar Papua
iya… suamiku itu suka banget berkebun, sayang halaman cuma sepetak..he.. he…
Woh barutau kalau dari Papua. Soalnya di halaman kantor walikota Pekanbaru ada. Tapi emang sdh curiga sih sama namanya hehehee.
iya mbak matoa udah dinobatkan jadi tanaman identitas Papua, walau banyak di penjuru tanah air
Huahaha, lucu juga ya rasanya rasa durian 😀 .
iya, beneran rasanya itu diasosiasikan ke duren..mirip2 dikit
Di kebun milik mertua aku, ada pohon matoa, tapi aku kurang tahu sama atau enggak sama milik mba Monda.
Sayangnya kami nyaris nggak pernah icip sekalipun buahnya banyak, kalah sama orang lewat, hahaha
ha.. ha… iya bener, resiko pohonnya sampai ke jalan ya..
itung2 aja sedekaj buat orang lewat mbak
Pertama dengar nama buah ini dari saudara waktu mudik th. 2011 yll, rupaya mulai banyak juga ditanam didaerah Solo. Aneh juga buah jenis sama tapi lain rasa. Dibandingkan dengan buah-buahan asal Eropa (yg. membosankan), buah tropis tak ada yang nandingin karena banyak sekali macam ragam dan rasanya.
mbak kenapa buah asal Eropa membosankan..?
apa kebanyakan rasanya tawar ?
Membosankan dalam arti tak banyak variasi rasa, aroma dan jenisnya. Paling-paling jenis apple, buah musiman berbiji keras (stone fruits) spt apricot, peach , nectarine dan plum yang rasanya ada kemiripan satu sama lain. Terus ada macam-macam buah pear, anggur dan juga cherry. Dari semua yang paling saya sukai hanya cherry dan anggur.
aku pernah pengen beli nectarine di toko buah mbak,
mahalnya nggak jadi deh, penasaran dengan rasanya, mau beli satu aja kok malu
Hai mbak Monda. Suami pernah nyoba menanam, tapi ga numbuh sih. Mungkin kurang cocok untuk Bandung. Itu juga buahnya beli di supermarket. Langka nih, asal Papua, kata suami. Saya kurang ngerti tentang tanaman…hehe…Salam kenal…Trims ya sudah ikut ga saya.
terima kasih ya mbak Hani ….., GAnya sangat menarik lho
Aku belomm pernah makan buah Matoa kak >.<
di Jakarta udah banyak kok Eka..
Mba Manda dari mana aslinya? Dari Papua? Aku pernah sekali nyobain matoa, enak ya rasa durian tapi penampilan kayak rambutan
dulu aja pernah tinggal di Papua mbak
Sampe ku goggling kak Mon, sangkin penasarannya…daging buah yang kenyal seperti rambutan aceh katanya..penasaran aku bah
nanti kalau mudik musti berburu matoa he.. he…
Aku lupa sudah pernah ngerasain buah ini apa belum yach? Di kebun teman ku di Bogor pohon matoa beberapa kali berbuah tapi selalu keduluan kelelawar hikksss….
wah.. kelelawar pintar pilih buah enak..
Matoa ini apaan yaaa ???? #LangsungGoogling lebih banyak.
Kalo rasa nya duren tapi wangi nya beda, kok bisa hehehe
mas cum, belum pernah nemu matoa selama traveling? mungkin pas nggak musim?
Saya suka matoa. Sayangnya agak susah dapatnya ^_^
iya .. musti cari ke toko buah atau pasar gede
belum pernah makan buah matoa .. jadi penasaran .. apalagi rasanya sperti duren .. 🙂
ini aneh juga ya wkwkw , jd pengen ngerasain dah.
mampir ketulisan ini jg ya Pariwisata seru siapa tau butuh info tmpt wisata. makasih
terima kasih kunjungannya ya Thio
rasanya rame hi.. hi .. iya bisa juga
Saya juga sering makan Matoa mbak tapi dikasih tetangga, hehehe. Semoga pohon Matoanya subur dan kelak bisa panen matoa seenak dari Papua ya.
terima kasih mbak Prima, mudahan matoanya cepat gede dan berbuah lebat
[…] ya (September 2018), kami berhasil menanam pohon matoa. Kisahnya ada di Buah Matoa Rasa Duren. Pohon matoa yang ditanam di pinggir jalan depan rumah sudah berhasil berbuah tiga kali. Rasanya […]