Bendera Pusaka dan Ibu Fatmawati Soekarno

26
9807
Mesin jahit ibu Fatmawati

Bendera Pusaka dan Ibu Fatmawati Soekarno seakan menjadi sebuah frase yang tak terpisahkan. Yuk mengingat cerita bendera bersejarah  yang dijahit oleh ibu Fatmawati Soekarno (1923 – 1980) memakai sebuah mesin jahit tangan.

Bulan Agustus bulan yang istimewa untuk rakyat Indonesia. Di mana-mana di pelosok tanah air rakyat merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan. Bahkan persiapannya sejak dari awal bulan.  Meriah. Siaran langsung upacara peringatan detik-detik Proklamasi di Istana masih  diminati. Di acara ini bisa dilihat  Bendera Pusaka  diserahkan oleh Presiden ke tangan salah satu anggota Paskibraka.

Kisah Bendera Pusaka dan Ibu Fatmawati

Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih adalah bendera Indonesia yang pertama kali dikibarkan pada acara Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945. Lokasi pengibaran bendera di jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat, di rumah Bung Karno.  Pengibar bendera merah putih pertama kali itu adalah Paskibra yang dipimpin oleh Kapten Latief Hendraningrat.

Namanya pun Bendera Pusaka  sudah  pasti sebuah benda yang sudah berumur.  Terakhir dikibarkan pada 1968. Usianya yang lanjut membuat bendera ini rawan lapuk. Oleh karena itu  bendera hanya dikeluarkan sekali setahun untuk diperlihatkan secara simbolis. Bendera yang dikibarkan di Istana Negara adalah replika  dan dibuat dengan bahan kain sutra.

Kisah lengkapnya bisa dicek antara lain di Wikipedia.

Mesin Jahit Tangan Ibu Fatmawati

Di pojok ruangan terlihat mencolok dua benda bersejarah. Mesin jahit  Singer berwarna merah, produksi 1941, dan kursi  yang dipakai almarhumah ibu Fatmawati Soekarno  ketika itu.  Keduanya  kini menjadi koleksi Rumah Ibu Fatmawati Soekarno.

Melihat  benda yang mampu membawa ke masa lalu itu membuatku terpaku sejenak. Kubayangkan potongan adegan ibu Fatmawati yang sedang hamil  tua anak pertamanya, Guntur Soekarnoputra, menyatukan  dua helai kain merah dan putih menjadi sebuah bendera. Karena sudah hamil besar, almarhumah  ibu Fat tak bisa lagi memakai mesit jahit dengan pedal.

Mesin Jahit Fatmawati Soekarno, mesin jahit tangan kuno

Ukuran bendera pusaka itu 2 x 3 meter.  Seseorang mengantarkan kain itu kepadanya, katanya kedua helai kain itu berasal  dari seorang anggota tentara Jepang.  Kala hendak mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan, baru teringat tak ada bendera. Ibu lalu bergegas mengambil bendera yang dibuatnya setahun sebelumnya. Bendera itu akhirnya berkibar gagah  setelah pembacaan naskah Proklamasi.

Bendera pusaka  sekarang disimpan di Monumen Nasional tepatnya  di Ruang Kemerdekaan, Cawan Tugu Monas. Bendera diletakkan dalam sebuah vitrin yaitu kotak terbuat dari  kaca tebal yang kabarnya anti peluru.

Mesin Jahit Fatmawati Soekarno

Rumah Ibu Fatmawati Soekarno

Tiba di bandara Bengkulu,  langsung check in ke hotel Santika Bengkulu dan lanjut minta diantarkan ke rumah Ibu Fatmawati Soekarno. Lokasi rumah    di jalan Fatmawati yang ramai (dahulu Anggut) kelurahan Penurunan, kota Bengkulu.  Walau dulu tinggal tiga tahun di kota ini, entah kenapa tak pernah mampir di rumah ibu. Hanya sekedar lewat saja. Sejak dulu rumah ini sepi. Padahal aku sudah pernah berkunjung  ke rumah pengasingan Bung Karno. Ngomong-ngomong di jalan ini juga banyak toko  oleh-oleh Bengkulu.

Saat itu pengunjung hanya aku sendiri dan  suasananya senyap. Seorang bapak di teras rumah yang memandu dan sedikit bercerita soal rumah yang tak dihuni lagi. Bahkan si bapak kelihatannya masih mengantuk. Dia yang mempersilahkan duduk di obyek bersejarah mesin jahit merah  dan memotretku.

Bebeda dengan rumah pengasingan Bung Karno yang bergaya kolonial, gaya rumah ini adalah  tradisional Bengkulu, namanya Rumah Bubungan Lima, merujuk pada bentuk atap. Rumah  tidak ditetapkan sebagai benda cagar budaya, karena tidak ada peristiwa bersejarah yang terjadi di sini.

Rumah Fatmawati Soekarno di Bengkulu,

Rumah  panggung  berwarna cokelat ini kecil, ukurannya 10 x 20 meter. Di puncak anak  tangga batu yang berjumlah ganjil itu ada teras.  Masuk ke  bagian dalam ke ruang tamu dengan mebel  satu set meja dan kursi tamu. Barang-barang lain yang ada di rumah ini lukisan dan foto-foto Soekarno dan Fatmawati yang terpajang di dinding rumah. Sayangnya minim keterangan sehingga pengunjung tidak tahu  cerita di baliknya. Hanya ada dua kamar tidur di sisi kiri dan kanan bangunan. Kamar-kamar itu berisikan ranjang berkelambu dan lemari pakaian.

Ada juga dua  manekin yang didandani memakai busana milik almarhumah berupa kain batik  dan kebaya panjang serta kerudung. Kata ibuku model selendang lebar berenda  ini dulu ngetop dengan julukan selendang Fatmawati.   Beliau ini trend setter juga ya.

Jarak rumah keluarga ibu Fatmawati  hanya  beberapa ratus meter dari rumah pengasingan Bung Karno.  Kabarnya rumah ini  milik kerabat ibu Fat yang dihibahkan kepada pemerintah kota. Orang tua bu Fat asal Curup kabupaten Rejang Lebong. Di Bengkulu mereka tinggal di rumah sewaan dan berpindah-pindah. Jadi ibu negara pertama itu  tak pernah menempati rumah di  Anggut ini.

Bendera Pusaka dan Ibu Fatmawati Soekarno akan selalu dikenang sebagai sejarah tak terpisahkan. Oh ya ibu Fatmawati Soekarno telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia tahun 2000. Nama beliau  pun telah  dipakai sebagai  nama Bandar Udara di Bengkulu menggantikan nama lama yang diambil dari nama desa Padang Kemiling. Peresmian itu  dilakukan  oleh anak keduanya,  Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputi pada saat itu (2011).

26 COMMENTS

    • di sini memang senyap mbak, tapi di rumah Bung Karno hari itu rame banget, nanti belakangan aku cerita lagi deh

  1. Terima kasih Ibu Fatmawati. Perempuan hebat berjilbab keemasan bersama mesin jahit merah penerus perjuangan bangsa di bidangnya. Salam merah putih

  2. Baru tahu kalau rumah Bu Fatmawati terletak di Bengkulu.
    Itu mesin jahitnya masih manual tanpa listrik ya bun? Pasti perjuangan banget ya buat menjahit bendera pusaka. ????

  3. Suka ttg sejarah Indonesia ini. Terharu. Tapi jadi berubah sedih kalau lihat bangsa kita sekarang banyak perpecahan padahal dulu utk merdeka aja, banyak yang gugur. Jadi mellow sendiri.

    • wisata museum memang sedikit peminatnya he.. he..
      kecuali mungkin museum yang dikemas kekinian yg asyik buat foto2

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.