Menyebut kincir yang terbayang kok langsung pemandangan kincir angin dengan latar belakang ladang tulip. Kincir Angin sudah menjadi penanda atau ikon negeri Belanda sih. Di sana kincir angin banyak manfaatnya antara lain untuk pembangkit listrik atau untuk menumbuk butir-butir gandum. Tetapi ada kincir jenis lain yang tak sengaja kami temukan dalam perjalanan menuju ke kota tua Sawahlunto, Sumatera Barat, yaitu kincir air. Oh ya kami datang dari arah Batusangkar.
Melihat kincir air ini tentu saja segera kami minta pengemudi untuk berhenti. Tak patut rasanya melewatkan kesempatan unik ini untuk foto-foto pastinya. Tentu pula penasaran pada fungsi dan cara kerja kincir. Ini menjadi salah satu berkah tidak tidur sepanjang perjalanan, ada saja kejutan tak terduga yang ditemukan, he..he… Alhamdulillah.
Kincir ini terletak di sebelah kanan jalan, cukup besar, sehingga terlihat jelas dari mobil yang melaju di jalan desa yang sepi. Kincir ini tak sendiri. Di belakang kincir ini ada sebuah kincir lain lagi yang berukuran lebih kecil. Yang kami dekati hanya kincir besar. Kincir kecil agak jauh di sebelah sana, tentu akan makan waktu lebih lama kalau mau melihatnya. Niat awal sih hanya ingin menghabiskan waktu sebentar saja di sini melongok sang kincir. Kami mengejar waktu buka museum-museum di Sawahlunto, tak ingin tiba di sana hanya punya waktu singkat berkeliling museum dan kota tua indah itu.
Kincir air ini letaknya di sebuah sungai kecil tak jauh dari Talawi. Di Talawi kami punya janji bertemu dengan Cupit Melinda , blogger yang bekerja di wilayah ini. ( Cupit apa nama sungainya? Inikah yang disebut Batang Ombilin? ). Perlu ditambahkan Talawi adalah sebuah kota kecamatan kecil di Sawahlunto. Kota ini adalah tempat kelahiran pahlawan nasional Muhammad Yamin. Beliau pun dimakamkan di kampung halamannya ini. Makam pahlawan nasional ini terlihat jelas di pinggir jalan menuju kota Sawahlunto.
Kincir air ini tampak terbuat dari bahan yang sederhana. Ada sebuah drum bekas tempat menampung air. Selain itu ada pula selang yang mengalirkan air di drum itu ke sawah. Bahan pembangun kincir terlihat bahan-bahan yang biasa saja, potongan bambu dan kayu, juga ijuk sebagai pengikatnya.
Memang fungsi kincir air ini untuk menaikkan air sungai ke sawah bukan sebagai pembangkit listrik. Aliran air menggerakkan kincir untuk terus berputar sekaligus memasukkan air ke batang-batang bambu yang lalu dijatuhkan ke dalam drum dan akhirnya mengalirkannya ke sawah. Praktis ya, petani tidak perlu berlelah-lelah turun naik lalu menciduk air dari sungai, sawah pun terjamin pasokan airnya.
Ternyata ada videonya di youtube, oleh Aroengbinang silahkan simak.
Foto Batang Ombilin kutambahkan mengikuti permintaan sahabat, uni Evi Indrawanto. Air Batang Ombilin terlihat dangkal, dan ada pulau-pulau kecil berumput di beberapa tempat. Apa ini pertanda debit air mulai menyusut? Sayangnya tak ada orang di dekat situ untuk ditanyakan lebih lanjut mengenai kincir atau sungainya.
Kincir air seperti ini sebenarnya punya manfaat lain selain untuk mengambil air. Aliran air sungai yang cukup deras bisa menggerakkan turbin yang berfungsi mengubah energi kinetik dari aliran air menjadi energi mekanik. Akhirnya energi ini bisa menggerakkan generator listrik.
Tenaga air ini disebut hydropower. Sedangkan listrik yang dihasilkan disebut hydroelectric. Saat ini sedang diteliti kemungkinan hydroelectric yang berasal dari arus laut atau gelombang pasang. Energi yang berasal dari proses alam ini diistilahkan dengan energi terbarukan, karena akan selalu ada di alam untuk jangka waktu panjang. Jenis energi berkelanjutan lainnya yaitu dari tenaga surya, tenaga angin, proses biologi dan panas bumi.
Pembangkit listrik dari tenaga air semakin populer sebagai alternatif sumber energi, terutama di daerah yang terpencil. Yang dikembangkan adalah pembangkit skala kecil yang dibangun di sungai kecil. Dam penampung air juga hanya berukuran kecil, sehingga dampak buruk terhadap lingkungan juga cukup kecil. Pembangkit seperti ini disebut Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro yang disingkat PLTMH.
Di Indonesia sudah ada pembangkit listrik tenaga (PLTA) air skala besar. Contohnya PLTA Cirata di wilayah Bandung Barat, kabupaten Purwakarta dan kabupaten Cianjur. PLTA Cirata ini yang terbesar di Asia Tenggara. PLTA lainnya yaitu PLTA Peusangan di Aceh, PLTA Sigura-gura dan Tangga di Sumatera Utara, dan PLTA Batang Agam di Sumatera Barat.
iya bunda..itu sungai batang ombilin.. 🙂
terima kasih Cupit sayang ..
awalnya bundo pikir ini masih lanjutan batang selo yang dari tanah datar.. ternyata sudah batang ombilin.. uni evi pasti gemes nih krn batang ombilin sudah menciut..
he..he..iya betul….pantesan uni nanyain foto sungainya
Lama-lama Batang Ombilin berubah juga jadi selokan..Gimana gak sedih coba sodara-sodara…Lama2 dia sudah gak pantas menyandang gelar jumawanya, Batang..Berubah jadi selokan ombilin..Ngenes gak sih?
ya… mungkin harus dilihat dari hulu juga ya ni…
pembukaan hutan atau penggundulan juga mempengaruhi debit air,
seperti di Harau ..yang kini air terjun kecil2nya sudah banyak hilang
Sungai batang Ombilin tidak ada sanak, sebab batang itu sungai di bhs Indonesia. Jadi kalau sungai batang Ombilin menjadi Sungai sungai Ombilin. hati-hati menggukan bahasa daerah ke bahasa Indonesia dunsanak.
terima kasih ralatnya, diperbaiki ya
baru tau kalau fitri dipanggil cupid 🙂
hi…hi..iya ..tuh ..ngikut2 eMak LJ aja ..
untuk pembangkit listrik mungkin perlu kincir lebih besar dan aliran sungainya deras ..he..he.. sok tau..
Petani kreatif yaa bu monda, itu selain kincir air penghasil energi listrik juga mengalirkan air yang diambil dari drum2 yang dikincir, keren 😀
I wonder siapa yang mengerjakan ini ya…
wah, baru tau saya fungsi kincir air itu untuk membantu petani mengairi sawahnya…. kreatif banget para petaninya ya mba….
trims infonya… asyik nya melakukan perjalanan ya mba… 🙂
asyiik banget he..he.. apalagi bisa menemukan sesuatu yang baru…
cerita seru lainnya dalam rangkaian perjalanan ini ada di blog satunya mbak di Kisahku
Seperti yang di Film dibawah lindungan ka’bah ya Kak …
salam saya
hik..hik..belum nonton oom…
Cerdas ya penemu teknik kincir angin ini. Pasti ini warisan Belanda..Aduh foto Batang Ombilinnya kok gak ada Mbak Mon?
kalau peninggalan Belanda kurasa bukan ni…, karena kulihat bahan bakunya bukan bahan yang awet..
hanya bambu dan kayu2
foto sungainya sudah kutambahkan ni, trims sarannya
kreatif ya, jadi ndak perlu ngangkat air jauh-jauh…mantap
katanya sih dari browsing kincir air bambu ini nanti akan digantikan yang dari logam …lebih tahan lama tapi kurasa lebih nyeni yang ini deh
dan tiba-tiba mobil berhenti.. tour guide pun terbangun dr tidurnya.. xixii.
kreatif memang ide mengalirkan air ke sawah dengan menggunakan kincir sederhana tersebut, bahan yang digunakan seadanya.. hebat itu!
bahannya terlihat ringkih tapi muter juga ya…
ada di you tube mak
whuihhh ada di youtube… 😛
yang di solok ini bahannya agak bagusan kak..
yg di Sumani ini proses kerjanya terlihat jelas ya..
kincirnya juga dari bahan yang lebih awet
Alhamdulillah saya sudah melihat dan mejeng di depan kincir air Holland waktu mengikuti short course di Den Haag tahun 2004 selama 3 minggu.
Mungkin di daerah lain ada kincir air serupa walau ukurannya lebih kecil.
Sip, isi terus dengan artikel traveling seperti ini jeng.
Salam hangat dari Jombang
ya pak de, terima kasih sarannya ….
pak de puas dong ya bisa lihat kincir angin selama itu, mblusuk sampai ke dalam2nya ya de..?
Statistik blog ini sudah bagus, update secara berkala ya.
Coba masuk ke Google, terus tik : site mondasiregar.com dan lihat hasilnya apakah sudah terindex di Google.
mondasiregar.com sudah langsung ngejar posisi ms.wp.com 😛
@ pak de : sudah ada pak de di google, terima kasih
@ LJ, aamiin ya mak.., semoga dua2nya bisa saling mendukung
biar kelihatan tua gituh, si kincir air ini bermanfaat banget ya BunMon …
foto2nya selalu kewrreen deh BunMon … 🙂
salam
trims mam,
ini foto2nya ngekorin eMak aja kok, eMak moto apa aku ikutin aja moto2 juga he..he..
tak kira kincir airnya berfungsi juga sebagai plta. ternyata untuk irigasi aja ya bu.
kincir angin, ternyata ada juga di indonesia lho bu. pernah baca di blog (lupa) adanya di daerah jogja bagian selatan. kincir angin ini untuk sumber listrik di pedesaan di situ. keren jg.
kincir 2 ini kan memang maksudnya juga supaya bisa pakai energi terbarukan,
nggak mengandalkan pompa listrik, jadi lebih ramah lingkungan, dan lebih murah pula
memang kalau di indonesia kincir angin masih dipakai buat sawah… tapi sangat membantu pertanian di sana ya..
sangat membantu…, ramah lingkungan juga
keren mbak, dg teknologi lokal mengunggah berkah dari batang umbilin. Salam
sebaiknya memang begitu ya mbak, memanfaatkan potensi setempat
Subhanallaah indahnya alam di sana.
Jadi penasaran pengen lihat bentuk kincir airnya. Suasana di sana pasti tenang dengan suara gemericik air yang selalu mengalir dan kayu yang bergerigit ketika kincir berputar. Damainya..
ada videonya Dan… di jawabanku untuk komen LJ di atas
Bunda Monda, uni kembali, hehe…
maaaap lama ngilang, kincir airnya kayak bianglala ya ^^
wah …he..he.. jagoan dufan udah datang,
welcome back uni
Kincir air jg bisa menjadi tenaga untuk mengalirkan listrik, ya bund?
bisa juga Mel…di daerah Bogor ada kincir yang bisa mencukupi pasokan listrik untuk satu desa
Kira-kira udah berapa lama ya para petani disini menggunakan kincir air sebagai pengairan sawahnya?
aku nggak tau datanya…, udah browsing masih belum
jumpa
ini mungkin masuk kategori tepat guna
Sepertinya daerah situ sepi ya, Bunda?
Batang2 bambunya kira2 ukuran berapa ya, Bun?
Berarti air yang masuk sedikit demi sedikit ya? 🙂
daerah ini sepi, tapi ada juga kok rumah agak di seberang sana
batang bambunya kira2 sebesar betis,
iya airnya masuk sedikit2
daerah aku lagi ada prencanaan buat perakitan kincir air coalnya banyak kampung yang blom bsa nikmati cahaya terang di malam hari,…..paling cman blan dan bintang yg dapat menerangi mereka….ya klo tman2 mw mari kita sma2 membangun daerah sya.(nusa tengara timur).
Wuah, besar juga ya kincirnya. Di sini ada yang semacam itu, dijadikan hiasan di kebun, hehehe 🙂 .
iih .. lucu deh kebun berhias kincir, dengan kolamnya sekalian?
keren bener kincir airnya .. suasana tradisionalnya bener2 terasa … apalagi didukung alam hijau di sekitarnya
jadi inget terakhir lihat kincir air waktu travelling ke sumbar sekitar 7 tahunan lalu …
bener keren pak, termangu di sini nonton kincir air muter
Kerennya, mbak. Aku kalo lebaran mudik ke padang (rumah mertua) gak kemana – mana. Di kota padang aja, katanya kalo keluar kota macet. Huhu.
Frany, iya katanya di mana2 macet apalagi pas orang mau turun mandi,
kalau mudik ke Padang titp liat2in kota tua pecinan yg dekat jembatan Siti Nurbaya itu dong he..hr.., cuma lewat selintas waktu itu jadinya penasaran
kalau diberdayakan bisa jadi tempat wisata ya kak
iya Win…, bangun aja pondok buat santai2 di situ
enak kayaknya nyantai dengar suara deritan kincir.., sambil makan duren
daerah situ durennya enak, sebalumnya kami sudah makan duren dulu ha.. ha..
bagus ya Bunda
Dija belom pernah bertemu dengan kincir seperti itu
iya ini jauh tempat kincirnya
gemericik air yg tercipta dr kincin air itu lho,…menenangkan mba
iya katanya orang2 itu salah satu cara untuk menyantaikan diri
Kincir serupa ada juga di Padang Panjang Mba, tapi aku belum pernah mampir yang di talawi ini. Senang menyimak cerita Mba Monda 😀
wah .. tau gitu cari kincir air ke Padang Panjang juga ya, cuma lewat aja sih di sini
cuma mampir malam2 cari makan aja dan ke sate Mak Syukur he.. he..
Keren yach kincir anginnya. Semoga airnya nga surut yach biar petani nga mengalami kekeringan.
Aku sudah pernah lihat PLTA sigura-gura kak Mon. Itu keren bangat hehehe..
PLTA Sigura2 itu salah satu yang palig besar kan ya, pengen jugalah lihat
pernah lihat dulu PLTA Tes di Bengkulu, kecil tapinya
Bagus banget sungainya Bu. Kayak belum pernah terjamah, masih asli dan ngga kotor…
Sungai-sungai di situ pasti banyak potensinya
kalau kata teman sungai ini udah jauh berkurang lebar dab jumlah airnya
Wah di Sawahlunto ada ya? Cuma lewat aja sih disana belum eksplor padahal banyak obyek bagus.
Sawahlunto itu kota yang keren banget menurutku sih mbak..
ternyata nggak harus ke Belanda untuk lihat kincir angin, di Sawahlunto juga ada, bermanfaat pula. Keren..
kincir itu ternyata memudahkan pekerjaan banyak orang
tak heran di Belanda banyak banget
Wah…ternyata kincir angin di minang ga kalah dengan di belanda ya. Sering lihat ini waktu pulkamp 🙂
waah Lita kampungnya sekitar Sawahlunto ya?
[…] Lesung, Teknologi Ramah Lingkungan yang Terancam Punah Kincir Air […]