Kesasar Membawa Nikmat? Kok bisa nyasar ? Bukannya kesasar itu sering membuat susah? Walau sering raun-raun tetapi kejadian kesasar masih tetap ada, he..he…, masih untunglah kesasar masih di tempat ramai, nggak kesasar di hutan belantara atau kesasar ke alam gaib☺. Jangan sedih, pokoknya selama masih ada orang yang bisa ditanyai, amanlah itu.
Bahkan kesasar itu seperti jadi kenikmatan tersendiri bila pada akhirnya berhasil keluar dari kebingungan dan bertemu tujuan. Spontanitas juga salah satu unsur unik dan berkesannya sebuah perjalanan. Makanya ini mau cerita dua hal itu, kesasar dan spontanitas.
Setelah menginap di Semarang kami menuju Pekalongan. Ketika itu sampai di sebuah persimpangan di sekitar Kendal, Jawa Tengah. Terlihat ada papan penunjuk arah. Belok kiri mengarah ke Kaliwungu. Pasukan raun langsung berembug sebentar. Akhirnya semua setuju membelokkan kendaraan ke sana.
Kata Kaliwungu itu familiar di telinga karena sering disebut oleh bibi art. Tiba-tiba saja sepakat ambil keputusan ingin mampir ke rumahnya bibi. Keputusan yang spontan saja, nggak mikir rincian perjalanan nanti seperti apa. Bibinya padahal mah sedang jaga rumah kami. Informasi dari bibi, katanya letak desanya sudah dekat dari simpang itu, kurang lebih setengah jam lagi.

Patokan kami hanya berdasar pada percakapan telepon dengan bibi. Tetapi akhirnya tetap bertanya kepada penduduk setempat serta petunjuk arah di hp. Dengan percaya diri kami melanjutkan perjalanan mengarah ke tujuan. Mula-mula sih jalan melewati wilayah yang padat penduduk, lama kelamaan keadaan berubah melewati daerah yang agak sepi perumahan tetapi cukup ramai kendaraan. Kami juga melewati daerah hijau dengan pepohonan tinggi besar, melalui hutan lindung dan perkebunan jati. Wah…kagum deh dengan pemandangannya.
Barisan pohon jati tinggi dengan daun-daunnya yang lebar di kiri kanan jalan raya dua lajur itu terkesan seolah-olah kita sedang berjalan di koridor hijau. Pepohonan jati itu diselingi dengan pohon-pohon durian. Herannya kok bibi nggak cerita tentang ini sebelumnya.
Permukaan jalan sangat bagus untuk ukuran pedesaan ataupun kota kecil, jalan sudah dibeton atau aspal licin. Sudah berjalan sedemikian jauh mengapa kok nggak lihat persimpangan yang disebut si bibi ya. Lalu bertanya kepada orang-orang di sekitar perumahan perkebunan yang bergaya rumah kebun jaman Belanda. Dan sadarlah ternyata kami sudah lewat terlalu jauh. Desa bibi lokasinya sebelum hutan lindung. Pantas saja bibi tak cerita soal hutan jati.
Hadeeeh……., akhirnya balik arah. Supaya mengurangi kekecewaan mampir dulu beristirahat di warung pinggir jalan. Spanduk nama warung yang menyediakan kolak duren itu tak mampu dilawan pesonanya. Maka duduklah kami di bangku kayu panjang menikmati kolak duren dalam mangkok saji .
Taraaa… inilah penampakan warung yang terletak di tepi jalan. Warung yang sederhana saja sebetulnya, dan kolaknya juga terlalu manis bagi lidah kami, tapi namanya penasaran kan. Lebih baik menyesal membeli daripada menyesal tidak membeli.
Warung kecil ini ada di bawah naungan pohon-pohon jati yang sebagian kering akibat musim kemarau panjang yang lalu itu. Daun jati yang lebar itu sebagian sudah rontok ke tanah. Secara alamiah memang pohon jati akan menggugurkan daun pada saat kekurangan air di musim kemarau seperti ini . Pengguguran daun akan mengurangi penguapan air sehingga pohon jati masih dapat bertahan hidup.
Jati (Tectona Grandis L), sebagai salah satu tanaman keras yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Kayu jati adalah kayu terbaik untuk industri furnitur ataupun bahan bangunan rumah. Daun jati yang lebar dan rimbun digunakan sebagai pembungkus makanan, misalnya untuk membungkus Nasi Jamblang Cirebon. Di industri batik daun jati muda dimanfaatkan sebagai pewarna alami batik. Daun jati menghasilkan warna merah kecoklatan.
Perjalanan dilanjutkan, memasuki wilayah yang mulai agak sepi tetapi tetap jalannya mulus. Hebat ya di pelosok sampai ke desa-desa yang jauh ini saja jalannya licin, jadi tak terasa lamanya di jalan. Iya gara-gara kesasar waktu tempuh ke rumah bibi hampir satu jam lebih. Tapi jangan heran rumah-rumah di desa tetangga bibi itu mentereng banget, rumah gedung dengan gaya ibukota. Kata bibi pemiliknya bekerja di luar negeri.
Desa tempat tinggal bibi terletak paling ujung, di wilayah perbatasan dengan hutan jati milik Perhutani. Sebagian rumah di sini memakai bahan kayu jati, termasuk rumah bibi. Keren banget ya.
Kami disambut keluarganya bibi yang antusias dan kaget dengan kunjungan kami. Mumpung dalam perjalanan pulang dari Semarang disempatkan saja sekalian silaturahmi, kalau direncanakan malah nanti susah cari waktu yang pas.
Kami melewati senja yang indah itu di sana, memandangi sinar merah dari bola matahari yang berkilauan menimpa sawah hijau. Anak-anak takjub melihat pemandangan dari sebuah sudut di desa ini. Mereka langsung telpon bibi berkomentar “kampung bibi keren”. Menghabiskan magrib di desa kemudian kami bergegas melanjutkan perjalanan ke Pekalongan dengan diantarkan oleh putra si bibi sampai di jalan raya Boja. Untunglah diantar, gagap juga kalau harus melewati jalan itu lagi di malam hari.
Wah ini benar mah kesasar membawa nikmat. Nikmat kolak duren yang enak, 🙂
alhamdulillah, dapat kolak duren abis itu semangat lagi lanjut perjalanan
Spontanitas yang membahagiakan banyak pihak loh mbak. Kelg Bibi, penjual kolak duren maupun kelg raun. Menunggu yang nyasar ke Salatiga ah….
spontanitas yg bikin kemalaman sampai Pekalongan mbak hi..hi .., untung aja masih ada kamar hotel
Waah, jadi pengen kolak nih (tapi bukan yang duren soalnya nggak suka duren 😛 ).
nggak suka duren, pilih kolak pisang aja deh
waahh..mo kemanapun kalo ada duren, dicobain yah bund.. 😀
hi..hi.. cupit udah hafal ..
foto kolak durennya nggak ada yah… pingin bandingin sama kinca di betawi sama apa nggak
fotonha nggak asyik soalnya..
kolaknya keliatan item krn kebanyakan gula merah
Jadi ngences Mbak Monda membayangkan kolak durennya. Huehehhew. Itu bener deh Mbak jalannya bisa mulus gitu gimana caranya ya mereka maintainnya? Kalo pas ke daerah suka nemu jalanannya jelek dan ga nyaman buat dilewatin.
Kalo kesasar saya sendiri suka banget menikmati lihat daerah barunya Mbak. Asalkan ya itu tadi, bukan nyasar di tengah hutan dan masih dapet sinyal gps. Hahahaha.
Aku gak pernah makan kolak durian jadi penasaran kayak apa. Yang pernah makan ketan duren, enaaaaaak.
Waduh kolak duren, apalagi kalau didesa gitu pasti durennya lebih legit kan yach? ngiler bayangin duren. padahal baru kemaren puas makan duren hasil kebun teman, hanya karena musim hujan rasanya nga semanis biasanya.
hadeeeh…bagi dong Lin..
[…] jati ini terlihat meranggas ya… Inilah penampakan pohon jati di saat musim kemarau di sebuah perkebunan. Pohon jati akan menggugurkan semua daunnya pada musim kemarau. Pengguguran daun akan […]
Aku malah penasaran sama rasa dan penampakan kolaknya, soalnya aku pecinta duren banget nih.
kolaknya terlalu coklat mbak, dan hasil fotonya jelek banget he.. he..
ntar malah ilfeel he.. he..
Jadi penasaran sama rasanya. Kolak durennya pakai ketan kah mbak? biasanya ada yang pakai ketan terus ada juga yang dicampur sama pisang 😀
kolaknya dicampur pisang mbak…
iya ada variasi yang pakai ketan ya.., tapi biasanya kinca duren, yang lebih kental daripada kolak
Ini namanya kesasar berfaedah ga mbak hehehe. Kdng saat traveling kesasar malah bikin perjalanan kita makin bermakna.
kesasar adalah efek samping jalan2 he.. he…
Saya jadi penasaran dengan rasa kolak duren mbak. Seperti apa ya rasanya.
By the way kampung bibi indah banget ya. Melewati hutan jati dengan daun daun yang meranggas. Asyik buat foto-foto
semestinya iya mbak, lama2in buat foto2.., tapi takut kemalaman di jalan yang asing begini
Wah saya suka duren juga nih. Kolak duren kayaknya enak. Duh kenapa jadi mendadak pengen duren, ya. Hehe
sesama penggemar duren kita mbak, ngeliat ada spanduk duren itu langsung eksekusi he.. he..
Apa jadinya aku ya, kalau mengalami nasib serupa ama mb Monda, kesasar ke tempat kolak duren. Soalnya aku engga doyan duren. Wkwkwk…
Seru juga berkunjung ke desanya Bibi, padahal Bibi lagi jaga rumah. Untuk ada telepon ya, jadi Bibi bisa kasih tahu arah ke rumahnya.
nah, pasti cari sasaran lain mbak.. mungkin dapat yang lebih enak daripada kolak duren he.. he..
Ngeri2 sedap ya kalau kita kesasar dan tau2 jalannya eh kok sepiiii mirip kuburan wkwkwkwk 🙂 Alhamdulillaah sasaran empuknya dapat itu loh makan durian enak yummy! Akhirnya bisa sampai juga di rumah sang bibi. Ga bisa pake gugel apa ya? Terkadang mbah ga paham jalan buntu dll. Tetap kudu bertanya dengan mulut hihihi 🙂
Sering ke arah Ngawi dari Surabaya, saya jadi sering melewati hutan jati. Tapi karena wkatunya slelau ga pas dan diburu waktu, jadi ga pernah berhenti untuk menikmati keasriannya huhu 🙁
Wkwkwkw bener banget mbak. Meski pernah juga ga cocok di lidah, tapi seneng aja memutuskan untuk membeli dan mencicipi makanan di pinggir jalan, daripada kebawa penasaran!
Sayangnya, aku bukan duren holic. Walaupun udah jadi kolak atau ice cream, masih aja mual kalo duren. Hiks. Padahal ini raja buah yang katanya lezat banget yaaaa
Pembangunan di Jawa Tengah dan Yogyakarta memang sudah bagus, mbak. Jalan beraspal yang mulus sudah menjamah ke desa-desa pelosok. Silaturahmi dengan warga desa memang seringkali terasa nikmat ya. Nggak cuma disambut dengan keramahan mereka, namun juga dengan suasana yang tenang dan pemandangan yang indah. Apalagi mood sudah kembali diisi dengan kolak duren.
Bahaha, kalau nggaka diantar, bisa makan kolak duren lagi ya.
Bener, selama masih ada yang bisa ditanya, jangan takut dengan istilah “nyasar”
Kalau jalannya sama suami, saya nyantai aja meskipun kesasar. Makanya gak berani jalan sendiri kalau saya hehehe.
Kadang-kadang makanan di daerah Jawa tengah maupun Timur suka ada gak cocoknya ma lidah saya karena kemanisan. Biasanya saya imbangi dengan sambal kalau untuk makanan. Kalau minuman, saya minta kurangi gulanya, deh 😀
wahh salah satu nikmatnya perjalanan. Tersesat itu adalah anugrah. wkwk
Apakah ini sebelum kita ketemuan di Kampung Batik Kauman waktu itu, mba Monda? Jadi penasaran..hehe..
betul mbak, itu makanya nyampe Pekalongan malam banget, apalagi belum makan…
nyari tempat makan udah pada tutup he.. he…, akhirnya dapat juga sih
Kalau liat pemandangan desa dan cerita mbak rasanya jadi pengen berlibur sejenak ke daerah pedesaan hehehe. Damai banget dan pastinya masih fresh ya, dibanding sama kota-kota yang padat penduduk dan penuh asap polusi kendaraan. Apalagi kalau kayak mbak yang kesasar malah nemu Kolak Duren hehehe.
Aku juga sering kesasar dan berakhir bahagia bonus banyak cerita. Kesasar nggak selalu sengsara. Haha.
Terkadang sebuah perjalanan sering memberikan kejutan kecil seperti ini hehehe
Penasaran kolak durennya pasti lezaat, pemandangan hutan jati memang menakjubkan, aku pernah berhenti lama di area hutan karena pengen pepotoan hihi..padahal seram juga karena sepi..
Kolak durennya kok ga ada fotonya mbak? Penasaran….
Kesasar membawa nikmat. Seringkali aku begitu kak Mon hwahahaha…
Kesasar, eh ketemu kolak durian (ngences) lalu nyampe kemaleman.. What a story kak. Hehe
Fenomena kesasar emang sering terjadi bagi yang baru pertama kali ke daerah tersebut. Eh ujung-ujungnya nemu makanan spesial.. Hehe
ha.. h a.. iya, hampir selalu nyasar memang kalau datang ke tempat baru, bisa aja cuma kelewatan dikit atau akhirnya malah batal datang ke tempat yang direncanakan