Masih di Ciwidey di Strawberry Fields Forever, setelah sarapan di hari terakhir, rombongan kami berwisata ke Kawah Putih. Paket menginap untuk rombongan di wisma Kampung Strawberry sudah termasuk biaya tiket masuk ke 3 obyek wisata dengan diantar oleh pemandu. Entahlah, aku tak tahu harga tiket masuk per orangnya untuk umum, nggak cari info juga sih.. he..he…. Dari wisma ke obyek wisata Kawah Putih masih menumpang bis rombongan, kemudian di areal parkir tempat pembelian tiket berganti menumapang angkutan kawasan. Mobil pribadi atau motor bisa naik sampai ke dekat kawah. Bis tak bisa mendaki jalan sempit, terjal dan berkelok sejauh kurang lebih 5 kilometer.
Pengunjung bisa langsung turun memasuki areal kawah, ada jalan setapak dan anak tangga berlapis paving block, landai dan tak banyak jumlahnya, jadi aman untuk kaki tuaku ini he..he…. Pagi itu, sekitar jam 9.30 udara cukup dingin, matahari masih sayup sinarnya. Jadi cukup membuat merinding, karena tak pakai jaket. Masker sudah siap sedia sekiranya bau belerang sangat menusuk. Danau kawah ini airnya bisa berubah warna. Saat kami datang warnanya putih kehijauan dan dipenuhi asap, untunglah baunya tak terlalu tajam, hingga bisa bertahan tak pakai masker.
Meski tak semua sudut sempat didatangi, kulihat fasilitas di tempat wisata ini sudah baik, . Tersedia angkutan kecil yang sisinya terbuka, dapat membawa 11 orang. Wilayahnya bersih, tak banyak asongan hanya ada beberapa pedagang dan pemain kecapi yang sudah disediakan tempatnya, tetapi, tetap ada tukang foto keliling langsung jadi. Sepuluh ribu rupiah per lembar foto.
Ada papan peringatan keadaan darurat dan petunjuk fasilitas lain termasuk sarana kesehatan, juga ada riwayat penemuan Kawah Putih.
Menurut keterangan di spanduk itu, Kawah Putih ini adalah bagian dari gunung Patuha, yang dianggap angker oleh masyarakat karena tak ada hewan yang berani mendekat. Ternyata kemudian peneliti Belanda keturunan Jerman, Junghuhn, menemukan kawah belerang ini (ingat tidak di sekolah dasar dulu kita kenal beliau sebagai penemu kina di Jawa Barat). Bau belerang ini yang tak disukai hewan. Kawah Putih ini terbentuk akibat letusan di abad 12. Sebetulnya ada sebuah kawah lagi yang bernama Kawah Saat, letaknya lebih ke arah atas. Kawah Saat ini timbul setelah gunung Patuha meletus abad 10, tapi di spanduk ini tak ada cerita tentang kawah Saat ini.
Cantigi ( Vaccinium varingiaefolium ), demikian tertulis di papan nama sebuah pohon yang ada di dekat tangga ke kawah, bagian dari Hutan Cantigi. Nama itu kurasa cukup familiar karena pernah melihat bonsai santigi. Kukira jenis pohon yang sama, setelah googling ternyata berbeda, karena Santigi bernama ilmiah Pemphis acidula.
Mungkin uncle Lozz Essip familiar dengan pohon cantigi ini, karena katanya ini pohon pelindung pendaki gunung (belantara Indonesia). Para pendaki biasa berpegangan pada cantigi dan sering membangun kemah di bawahnya. Pohon cantigi adalah tanaman yang tahan angin dan badai gunung. Tanaman ini mampu hidup di tanah yang mengandung belerang.
Sering dengar Junghuhn, tapi baru tau nek dia yang nemuin Kina di sini. Tapi dia kayaknya nemuin macem macem di sini mah, hihihi.
Sering baca juga Cantigi tapi gak perhatiin kek apa 😛
Dulu aku masuk Kawah Putih naik mobil umumnya sana, 25000 per orang. Nek numpak mobil pribadi ketoknya lebih mahal lagi…
Junghuhn itu peneliti terkenal rupanya ya…aku cuma tau yang kina doang he..he…
tiket masuknya lumayan juga .., tapi wajar sih karena angkutan dan fasilitas di sana cukup oke..
Ada tamannya juga, taman Junghuhn… di Lembang…
Tapi elek sih katanya 😀
belum pernah tau taman Junghun deh Una…, coba nyari tau dulu
tfs Una
banyak sekali kisah jalan-jalannya Mbak Monda ini. Aku jadi pengen cepat-cepat liburan juga nih jadinya he he. Soalnya sekarang kalaupun aku jalan-jalan ..masih tetap dalam urusan kerja.jadi nggak sempat menikmatinya dengan baik..
hi..hi..ini juga dalam rangka dinas mbak…tapi emang ada side effectnya jalan2
dan perjalanan dinas itu jaraaang banget, jadi dinikmati betul deh
aah..masih penasaran dg kawah putih ini, karena gagal terus kesana 🙁
trims reportasenya mbak.. *semangat lagi merancang ke sana..hehe..*
amiin, semoga kali ini jadi datang ya
Whuaaah.. Pas banget Mba Monda, minggu depan rencana mau jalan-jalan ke sini tapi masih bingung memutuskan jadi atau tidak. Semoga bisa jadi tambahan informasi.. 😀
jadiin aja he..he…,mumpung strawberry lagi banyak
pengen banget ke kawah putih.. padahal udah beberapa kali ke bandung, tapi ndak pernah sempat berkunjung ke kawah putih.. hihihih
waw.. cakep tempatnya ya mbak.. pengen ke sono
perjalanan dinas yang menyenangkan ya Bun, bisa sekalian menengok kawah putih Ciwidey..
wah..asiknya bisa jalan2 ke kawah putih bund..
seperti biasa..reportasenya lengkap ya.. 😀
Wow… senangnya wisata ke Kawah Putih.
Trims sudah sharing dengan komplit plitt… 🙂
wah saya malah baru dengar ttg Junghuhn … 🙂
aku malah belum pernah ke sana..
Penasaran juga sama kawah putih ini…
Eh, saya gak ingat sama Om Junghuhn itu, Mbak. 😀
pohonnya terlihat kecil tapi tanggung ya bun ternyata
Yg kecil itu ternyata punya kekuatan yg nggak bisa dipandang enteng ya
Pas ke sana untuk yg kedua kalinya, Orin ke atasnya naik ojek Bun, wuiiiihhh….itu mah beneran sport jantung deh hihihihi
jalannya memang banyak kelok ya…, tapi supaya nggak ngeri kita jejeritan aja udah kayak di Dufan he..he..
tidak ada yang kenal tuh sama nama orang orang itu… Junghun siapa itu ya.. googling ah… penasaran..
mau kesini juga nih kayaknya…
he…he…, opa Junghuhn kurang ngetop ya…., tapi Una tau tuh…
Mr Junghuhn peneliti kina ini koq ya ‘blusukan’ eh observasi mendalam hingga menemukan kawah belerang ya mbak. Penataan sarana wisatanya sangat menunjang ya. Tanaman cantiginya inspiratif nan tangguh ya mbak. Trim tlah berbagi keindahan Kawah Putih. Salam
mungkin dia peniliti sekaligus pendaki gunung mungkin mbak
wahh.. jd kesana gak boleh lebih dr 15 menit bun? cepet amat yak ~_~
iya…, kl lagi nggak normal emang bau belerang itu bikin sesak nafas…, mknya cepat2 aja di sana
mamih selalu suka kalau BunMon bikin reportase perjalanan kayak gini 🙂
lengkap sak lengkap2nya , serasa ikutan diajak jalan2 oleh BunMon …
terimakasih ya BunMon utk kisah perjalanan ini .
salam
ya mam…., kalau nggak lengkap rasanya gimana gituuu
[…] oleh pohon berdaun kecil dengan pucuk merah keunguan. Ini kan pohon cantigi seperti yang kulihat di Kawah Putih? Manarasa adalah penamaan lokal untuk cantigi, pohon yang hijau sepanjang tahun dan mampu hidup di […]