Terinspirasi dari tulisan uni Evi, Kerupuk Kuah Sate Kamang dan komentarku di sana, jadi teringat keunikan kuliner khas Minang lainnya.
Datang ke Ranah Minang pastinya tak dilewatkan wisata kulinernya juga dong. Di rumah makan Minang biasanya minim sayuran, entah kenapa mereka tidak menyediakan jenis sayuran lain selain gulai nangka dan daun singkong rebus, padahal di kamus kuliner Minang ada katupek pical dan gado-gado siram.
Makanya setelah berpuas-puas main di Talaga Tarusan Kamang, tujuan selanjutnya makan pical di Pasar Pekan Kamis yang tak jauh dari sana. Katupek Pical itu mirip dengan pecal, yang membedakan isinya ada mi kuning dan bisa juga ditambahkan jantung pisang dan rebung.
Pasar Pekan Kamis ini adalah pasar tradisional. Uniknya pasar ini masih seperti kebiasaan dahulu, hanya ramai pada hari Kamis saat para pedagang dari berbagai tempat datang berniaga di situ, makanya pasar kelihatan agak kosong saat kami datang.
Los katupek pical ini ada di bagian dalam pasar. Di los ini ada meja dan bangku kayu panjang, di meja sudut ada wadah-wadah berisi sayuran, mi kuning, kacang giling halus dan kerupuk merah. Si uni pical tersenyum dan agak heran ketika kami sibuk memotretnya yang sedang meracik pesanan kami ke dalam piring. Katanya orang Jakarta lucu ya, mau makan foto-foto dulu.
Bahan-bahan yang ada di piring kami berupa irisan halus kol, rebusan taoge, jantung pisang, daun singkong, ketimun, dan mi kuning kemudian disiramkan bumbu kacang dan taburan bawang goreng dan kerupuk merah. Bumbu siraman itu dibuat dari campuran kacang tanah goreng, cabai merah, cabai rawit, kencur, bawang putih dan gula merah yang digiling halus dan tak lupa garam, gula dan sedikit cuka. Sesuai selera ada yang hanya mau pical dengan katupek (ketupat), atau nasi dan ada lagi yang minta ditambahkan gulai nangka. Rasanya bagaimana? Yah aku hanya makan katupek pical saja, rasanya lezat pedas tetapi unik karena tak terbiasa makan pecal ada rasa mi.
Eh ternyata dah ganti jadi dot com mba. Atau mang ada dua?
Itu mirip sama pecel ya Mba. Cuma beda ada kencur dan bawang putih di bumbunya.
iya Ryan, memang ada dua blog
Hmm… pecel pakai mie ya. Mungkin mirip sama makan pecel pakai nasi? Aku jarang makan pecel sih, tapi emang belum pernah pake mie atau nasi. Cuma di depan rumah ini ada jual pecel pakai nasi.
picalnya dobel karbohidrat, udah pake ketupat ditambah mi juga, tapi bisa pilih nggak usah pake salah satunya
wah saya baru tahu kuliner minang yg satu ini
sama bang aku juga baru pertama kali nyicip,
rasanya belum pernah ketemu dijual di luar Minang
Unik ada jantung pisangnya ya mbak, kalau pecel bakmi atau gendar pecel kami sering menyantapnya. Katupek pical…ketinggalan saat ke Ranah Minang, semoga suatu saat bisa kesana lagi.
mbak.., aku belum tau pecal bakmi dan gendar pecal ..,, waah seruu makin banyak variasi pecal
waaaah ini enaaak
mantap.. banget
Ini pecel versi Minang yah Bun…
yah Uni pical, kalo foto2 ini sampe ke mancanegara bisa banjir turis di tanah Minang… hehehehe…
ha..ha.., iya si uni belum tau kelakuan kita yg suka motoin apa aja
Aduh mbak, saya juga nggak pernah ngebayangin kalo pecal bisa dikombinasikan dengan mie kuning…hehe, penasaran juga tapinya…
Indonesia memang kaya dengan aneka makanan lezat…sllrrruppp!
😀
makanya rasanya agak unik, pertama sih aku makan sayurannya, udah tinggal dikit baru makan mi plus sayurannya
unik ya mbak. jadi laper lho pagi-pagi liat postingan ini.
semoga suatu hari bisa menikmati penganan satu ini.
salam kenal
/kayka
p.s. mbak klo mau ngeadd blog ini gimana caranya ya? saya tdk menemukan tombolnya…
iya nggak ada tombol follow, tapi di area widget ada ikon following by email kayka, cukup masukkan alamat email aja
Waah, ini makanan favorit aku, Mbak 😀 biasanya kalau anak-anak justru mi kuningnya yang disuka. Jadi pesan ketupat, mi, sama kuah picalnya aja 😀
Kalau di Bukittinggi, seringnya pakai irisan kol (di sini namanya lobak) dan lobak singgalang (warnanya hijau). Ada juga yang pakai jantung pisang atau pucuk ubi rebus 🙂
waaah .., makin tergugah selera nih
jadi kangen katupek pical deh