Suatu pagi beberapa hari lalu hanya tersisa diriku satu-satunya penumpang yang masih bertahan di angkot. Supir angkot menghentikan kendaraannya di depan warung tukang gorengan. Kulihat dia mengulurkan uang yang semuanya untuk membeli singkong goreng. Si bapak setengah umur ini lalu mengangkat bungkusannya dan menawariku, “enak ini bu”.
Aku menolak dan mengucapkan terima kasih. Si bapak tulus atau basa-basi, entahlah.
Hanya aku mau menggaris bawahi saja kejadian kecil seperti ini nih yang mungkin terjadi kalau naik kendaraan umum. Kebiasaan orang Indonesia menawarkan makanan kepada orang di dekatnya masih ada. Aku juga pernah ditawari makanan oleh penumpang bis kota di sebelahku. Pernah juga punya pengalaman hampir seisi bis kota saling menawarkan pembuka puasa. Pengalaman manis buatku sih. Bersyukur saja kesetiakawanan masih ada.
Pengalaman pagi hari di angkot itu sudah jarang kualami. Sejak pindah kerja ke Jakarta Timur aku jadi jarang naik angkutan umum. Dibandingkan dulu ke Jakarta Pusat. Kini jarak ke tempatku bekerja relatif lebih dekat dan waktu tempuh lebih singkat dari rumahku di satelit ibukota. Karenanya aku lebih pilih bawa kendaraan sendiri. Bisa sekalian antar jemput anak. Lagi pula naik angkutan umum di pinggiran Jakarta ini banyak ngetemnya, lebih banyak makan waktu.
Sistem transpotasi Jakarta masih dalam tahap berkembang. Buat yang hidup di sini pasti mahfum harus punya kepiawaian memilih moda transportasi yang tepat. Pilah pilih jenis angkutan itu kalau aku sih harus nyaman, aman, cepat tetapi kalau bisa ya hemat. Ongkos transport jadi besar. Kalau mau buat perbandingan ongkos transport PP satu hari (ojek + omprengan + Trans Jakarta) dahulu setara biaya bbm satu minggu kini. Makanya harus bisa bikin kombinasi transport dan rute.
Bukan bermaksud menyesali keputusanku minta pindah lokasi kerja ya. Toh segala sesuatu ada plus minusnya. Setelah sekian lama tak lagi jadi penglaju, ada sesuatu yang hilang. Aku rindu suka duka naik kendaraan umum.
Bertahun-tahun naik kendaraan umum di ibukota aku jadi punya banyak pengalaman unik. Bahkan di blog sebelumnya ada kategori angkutan umum lho ha… ha.. Iya naik angkutan umum itu soalnya bikin banyak inspirasi menulis di blog. Ada cerita- cerita yang lucu, inspiratif, dan menyebalkan. Tapi jadi bikin kangen.
Dari mana ide cerita? Duduk manis di kursi penumpang itu ternyata bisa mengamati dan merenungkan banyak hal, bisa terbitkan tulisan dan blogwalking juga. Suatu kejadian di depan mata bisa diresapi dan jadi sebuah cerita. Bisa pula lihat kiri kanan ke luar jendela terkadang sambil buat foto. Ide tak hanya lewat begitu saja dan langsung lenyap.
Di dalam bis pun banyak kisah yang didapat. Kondektur perempuan yang pernah kuceritakan karena gesitnya itu suatu kali datang berobat ke Puskesmasku. Dia yang pertama mengenaliku sebagai penumpangnya. Eh, malah lanjut cerita dan minta agar aku tak bercerita pertemuan ini ke pak de supir, suaminya. Ada masalah KDRT, si ibu sedang sembunyi.
Ketika melihat kejadian di luar jendela bis pun jadi sebuah bukti kita semua bersaudara. Seorang polisi yang sedang bertugas terlihat memberi sedekah pada bapak sederhana yang menggeret anaknya yang berkebutuhan khusus di atas papan beroda.
Pengalaman naik kendaraan umum yang paling berkesan ketika pertama kali naik commuter line. Terkesannya karena apa ? Karena aku berhasil mengalahkan ketakutan yang nggak jelas. Lalu setelah mencobanya malah jadi ketagihan.
Aku pernah bekerja di daerah Pasar Baru Jakarta Pusat. Ada beberapa stasiun kereta dalam jarak terjangkau, yaitu stasiun Kemayoran dan Sawah Besar. Beberapa kali ingin naik kereta tetapi selalu dilarang oleh rekan kerjaku. Pak Eka mencegahku, daripada nanti tergencet di dalam kereta gaya lama yang berdesakan, banyak tangan jahil. Dia punya pengalaman telepon genggam di saku kemeja dicopet.
Rupanya larangan itu tertancap kuat di benakku ha..ha.. Aku yang biasanya tak sungkan coba hal baru akhirnya jadi penakut.
Hingga suatu saat bertahun kemudian. Temanku bu Yen memaksa belajar naik commuter line yang katanya sangat jauh berbeda pelayanannya dibanding kereta api jaman dulu. Kami naik dari stasiun Kramat. Perubahan sudah terlihat di stasiun kecil ini, sederhana namun bersih dan apik.
Aku diajarkan cara beli tiket single trip. Waktu itu aku membayar Rp 7.500,- dan diberikan kartu elektronik untuk masuk ke peron. Kartu kemudian dipindai di pintu masuk. Nanti setibanya di Bekasi kartu single trip dipindai dan dikembalikan ke loket penukaran. Uang jaminan kartu sebesar Rp 5.000,- akan dikembalikan. Murah banget kan ya ongkosnya cuma dua ribu lima ratus.
Untuk menuju Bekasi kami harus berpindah kereta di stasiun Jatinegara. Bagian dalam bangunan tua ini masih keren banget lho. Kereta tiba dan kami masuk ke gerbong khusus wanita. Gerbong ini penuh. Gerbong nyaman dengan AC yang dingin, lantainya pun bersih. Tak ada lagi pengasong dang pengamen yang masuk. Satu jam perjalanan ke Bekasi tak terasa. Aku sibuk memperhatikan suasana gerbong dan stasiun yang dilewati. Pengalaman pertama ini memberikan kesan baik bagiku, sehingga kemudian aku ketagihan pakai moda transportasi ini. Setelah itu aku beberapa kali naik commuter line sendirian. Aku jadi tahu trik-trik agar bisa duduk, yaitu pilih gerbong campuran dan naik stasiun yang relatif mendekati stasiun utama.
PT KAI membuat perubahan yang signifikan. Stasiun lebih bersih dan rapi karena tak ada lagi kios-kios di area stasiun. Pemandangan kumuh di stasiun sudah jauh berkurang. Kereta api kini jadi pilihan banyak orang untuk menuju tempatnya beraktivitas. Inginnya jalur KRL bisa ditambah mengelilingi daerah penyangga ibukota. Pasti ini akan sangat membantu mengurangi kepadatan lalu lintas di tengah kota.
Paham alternatif transportasi di ibukota ini sebuah keharusan menurutku. Kita jadi punya pilihan untuk menghindari kemacetan.
Selain pengalaman menyenangkan tentu saja ada hal-hal yang menyebalkan. Keterlibatan dengan pengamen usil contohnya. Pengamen yang membangunkanku minta recehan. Ada pula yang marah ketika tak diberi sambil mengatakan “semoga ibu cepat kaya”. Hi.. hi… mangkel deh. Kejadian lain ketika sudah lama menunggu bis, eh bisnya malah lewat jalan lain untuk menghindar dari kemacetan.
Punya pengalaman seru dengan transportasi umum? Boleh cerita dong di kolom komentar.
Angkutan umum adalah keseharian saya mbak. Saat berangkat ngebun, ada pilihan angkota biru, atau bus tanggung ataupun kendaraan tanggung antar kota kecil. Pulang ngebun tambah lagi pilihan dokar atau becak yg beberapa menjadi langganan. Naik bareng gunungan petai ok, atau ayam hidup hehe…
waah… mbak itu sih pemandangan keren deh, dengan pengamatan mbak yang ditel pasti banyak cerita yang bisa diserap
kalo aku pengalaman naik angkot ya sering nggak bayar. ha ha ha…. dulu sering begitu waktu masih sekolah.
tapi dulu hampir semua anak sekolah punya trik biar nggak bayar.
sekarang nggak ada angkot di kota saya. cuman bus pasuruan mojokerto saja yg tersisa.
mungkin karena semua penduduk udah punya motor. jadinya angkot sepi dan harus gulung tikar.
hadeeeh… kok nggak bayar he..he…
Sekarang mesti naik kereta untuk nglaju setiap hari, dan memang bisa ada banyak cerita ya dari sana. Penumpang di sini tentunya lebih “individualis” dibandingkan penumpang di Indonesia; dalam artian interaksi antar penumpang nyaris tidak ada. Tetapi toh tetap banyak yang bisa dilakukan dan diamati, hehehe 🙂
kalau di sana enaknya angkutan umumnya on time dan lega ya, bisa tenang baca buku di kereta
aku sekarang udah jarang naik angkutan umum kalau kerja karena pakai motor, kalau ke jakarta juga seringnya naik ojeg online, yang berkesean banget di angkutan umum belum ada mbak hehe, kalau naik kereta lebih senangnya ke yang jarak jauh
kalau aku nggak kuat naik ojek jarak jauh, sakit pinggang he..he..
Saya juga sudah jarang naik angkutan umum mbak. Dari rumah menuju ke kantor, saya menggunakan sepeda motor, cepat dan irit juga..
Tapi kalau naik commuter line, saya kadang hanya naik tiap akhir pekan, ngajak anak istri jalan-jalan..
iya sih naik motor itu paling cepat dan hemat apalagi pas macet bisa pilih jalan alternatif masuk gang2 kecil
Bagaimanapun karakter masyarakat Indonesia yang gemar bersosialisasi dan punya kebersamaan tinggi itu memang sangat melekat. Dulu pernah saya naik kereta api jarak jauh pas bulan puasa, di saat berbuka satu gerbong sudah seperti jadi keluarga sendiri, saling menawarkan makanan. Suasana jadi cair banget soalnya makan bersama-sama. Padahal juga sebelumnya mungkin belum pernah kenal, kebetulan saja ada di gerbong yang sama, hehe.
PT KAI memang sedang berbenah banget, saya senang sekali melihat perkembangannya, pelayanan kereta api tipe apa pun jadi nyaman dan relatif lebih aman ketimbang dulu-dulu. Mudah-mudahan ini dicontoh oleh penyedia jasa transportasi lain ya… karena keuntungan itu pasti akan datang kalau penumpang sudah aman dan nyaman naik angkutan yang disediakan, hehe.
seruuu ya Gara lihat buka puasa bareng2 tukar2an makanan, serasa satu gerbong itu saudara semuanya
Ponakan ku terbiasa pergi bawa kendaraan sendiri ama papa nya, kmrn diajak naik angkot trus pake acara ngetem lama. Lalu dia marah2 minta turun jalan kaki.
Kadang aku merindu naik umum, tapi lelah kalo ngebayangin lama nya hehehe
memang naik angkutan umum itu harus perkirakan waktu, kalau mau buru2 mana bisa…, bakalan setres liatin jam melulu
Halo mbak Monda, lama ga berkunjung di sini. Kalo transportasi umum (angkot) , jujur saja saya sudah lama ga naik bis kota. Lupa deh terakhir kapan. Lebih sering pake kendaraan pribadi.. Hihi malu nih ikut berkontribusi padatnya lalu lintas di Jogja yg udah mulai macet di waktu dan titik tertentu.
Kalo pun ga pake kendaraan pribadi, andalan saya gojek, mbak. Praktis, cepat, dan murah.
Salut utk mbak Monda yg konsisten naik angkot.
apa kabar Anna?
aku juga nggak konsisten kok, udah 2 tahun ini bisa dihitung berapa kali naik angkutan umum he..he…
Haaaa…kangen naik angkot…tapi sekarang beritanya agak seram ya Mon, banyak rampok di angkot..Waktu pulang kemaren, yang aku cobain cuma becak sama taxi, krn takut…
yang penting harus hati2 dan jangan bikin diri jadi target orang nakal he..he..
Kalo saya pecinta bus mbak, enggak naik angkot udah lama banget bertahun-tahun. Kalau jarak dekat pake motor, kalau jauh naik bus, kereta malah jarang hehe. Di bus juga lho, mbak, banyak cerita berseliweran di kanan-kiri, juga di luar, asa engga tidur aja hehe dan perhatikan barang-barang bawaan.
nah kalau mau tidur pilih duduk dekat jendela
Pengalaman yang berkesan bagi saya ketika naik angkutan umum adalah saat penumpang cewek disebelah saya duduk ditodong pisau. Saya serba salah, mau menolong penodongnya lebih banyak dari penumpang. Gak menolong nurani saya menangis. Kejadiannya di depan roxy mas, kopaja jurusan kalideres – senen, sekitar tahun 1998.
Sampai sekarang setiap melewati daerah itu saya terbayang horor itu.
waktu itu uda naik P12 yg biru ya? itu kopajanya yang biru di foto 2
kl memang itu, udah terkenal da rawannya
Saya juga bertekad untuk bisa naik angkuyan umum lagi Mbak Monda. Saya menantikan banget MRT kita sih. Hihihi.
sama Dan, aku nungguin MRT dan LRT juga nih
mbak Mondaaaa,..
Aku juga udah lama banget gak naik angkot nih mbak, keseringan naik motor soalnya padahal dulu penumpang setia angkot gede bage hehehe…
Pernah waktu itu iseng kita pergi berempat naik angkot ke carrefour aja yang deket sekalian jalan2 gitu…eh ternyata sekarang ongkosnya lumayan juga yah, aku terkejut hahaha…
Terakhir sih pengalaman berkesan naik angkot adalah Kayla nyasar karena salah naik angkot mbaaak hahaha….
pengalamanku pertama kali ngajarin anak naik angkot hampir mirip sama Kayla, ha.. ha…
emaknya ngumpet biarkan anak naik angkot sendiri, eh dutinya gede sama si abang nggak dibalikin dianya nggak berani minta
Aniweeey, mbak Monda..
Makasih yah karena mbak masih aja teringat tulisan tentang nasi dus dari nenekku yang pernah aku posting di detik udah lamaaaa banget. Iya mbak, Mamih yang aku ceritakan di postingan terbaruku itu maksudnya mamih yang itu hehehe…
Aku terharu mbak masih inget 🙂
*peyuuuuk*
peyuuk virtual juga
wah aku ingat karena punya pengalaman hampir sama Ry, kalau bapak pulang hajatan itu nasi kotaknya ditungguin, dulu rasanya enak banget
Angkutan umum yg nyaman dan aman masih menjadi impian kita ya mbak.. Semoga di masa depan semakin meningkat pelayanannya sehingga makin jadi pilihan konsumen ya mbak…
iy ngiri sama orang2 luar sana he..he..
mendamba angkutan tepat waktu
Kenapa ada Sibual-buali itu? Saya masih simpen tiket bus Sibual-buali dari Padangsidimpuan ke Muara Bulian tahun 2010 dulu. Itu salah satu pengalaman naik angkutan umum paling berkesan. Bayangin, dari agen bus di Jl. SM Raja cuma saya sendirian penumpangnya, tapi mereka tetap berangkat. Sampai Panyabungan masih kosong, cuma saya seorang di dalam bus bersama tiga kru. Barulah agak jauh dari Panyabungan mulai ada penumpang satu-satu, ada yang ke Sumatera Barat, ada juga yang sampe ke Jambi. Krunya baik-baik banget, di satu rumah makan entah di mana (masih di Kab. Madina tapinya) saya ditawarin ikut makan. Saya tolak karena saya bawa bekal sendiri.
Perantauan singkat di Padangsidimpuan, terutama pengalaman naik Sibual-buali itu mengubah pandangan saya terhadap imej orang Batak. Orang Batak itu memang keras, tapi bukan kasar. Mereka bahkan bisa lebih santun dan lebih sopan dari halak Jawa macam saya 🙂
tulisan Sibual-buali itu ada di bagian belakang mobil Kopaja di Jakarta
sengaja foto itu karena semua tulisan itu bawa kenangan
ada nama kampungku dan tahun kelahiran almarhum bapak juga,
Angkutan umum di Jakarta itu andalan banget, mba. Apalagi TransJ yang nyaman dan murah. Saya bepergian bawa anak jadi sering dapat tempat duduk, hehe
alhamdulillah jadi makin nyaman bawa anak naik angkutan umum ya
Eh itu ada angkutan Sibual buali 😀 wkwkwk..duuh aku kangen bangeet sama kampung halaman …tapi Mon, aku agak trauma sih naik angkot, banyak banget di Medan rampok..duuuh seremnya…beberapa kali naik angkot, ada rampoknya..Semoga di Medan ada bus trans kayak di Jakarta lah suatu hari nanti
nama Sibual-buali itu aku foto di angkutan umum Jakarta
mungkin memang punya orang Sipirok he.. he..
Emang paling seru mba naik angkutan umum. Penumpangnya punya macem2 karakter.
iya.. suka mengamati orang, eh tapi bukan berarti aku kepo kan Wian
setelah lama di rumah aja, sekarang aku balik kerja dan jadi anak angkutan umum, hahaha seru-seru capek sih mbak
salam,
ara
dinikmati aja mbak, biar nggak berasa lelahnya naik turun angkutan umum