
Jalan di atas jembatan gantung biasanya ada rasa gamang, perasaan jembatan jadi bergoyang-goyang, hi..hi…. Tapi rasa itu tak terjadi padaku saat menyeberangi Jembatan Limpapeh Bukittinggi. Tak hanya rasa gamang hilang tapi juga mampu berpose berlama-lama mengikuti petunjuk blogger – fotografer – pengarah gaya – penunjuk jalan – yang banyak maunya, LJ ????
Tentu saja jembatan tak bergoyang ketika diinjak karena punya bangunan beton penyangga dan kabel baja penahan yang kokoh. Jembatan Limpapeh itu punya penyangga yang unik bergaya rumah adat Minang dengan atap bagonjong. Sedangkan alas jembatan dari aluminium menggantikan kayu yang telah usang. Limpapeh ini (artinya tiang tengah penyangga utama pada sebuah bangunan dan pusat kekuatan tiang-tiang lainnya.) ada di tengah jalan Ahmad Yani yang ramai dan bisa ditembus kendaraan yang lalu lalang, jadi jembantan ini membentang di atas jalan raya yang ramai. Gaya atap bagonjong ini juga dikenakan pada bangunan loket sekaligus pintu masuk di kedua ujung jembatan.
Kedua ujung jembatan Limpapeh itu masing-masing ada di Benteng Fort de Kock, ( yang terletak di Bukit Jirek) dan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan dahulu Taman Puti Bungsu ( lokasinya di Bukit Cubadak Bungkuak). Melewati jembatan gantung Limpapeh pengunjung sampai di kebun binatang Bukittinggi ini yang pintu keluarnya langsung bisa menuju ke Pasar Atas. Di Pasar Atas tersedia toko-toko yang bisa memuaskan wisata belanja oleh-oleh. Propinsi Sumatera Barat sudah terkenal dengan hasil karya tangan para wanita yang sarat keindahan mulai dari kerajinan bordir untuk mukena, busana muslim, sarung, peci hingga songket. Tentu saja jangan dilupakan belanja buah tangan makanan kering khas seperti keripik balado. Jadi fungsi jembatan itu mempersingkat jarak antara kedua tempat itu. Melewati jembatan ini harus bayar tiket lho.
Benteng Fort de Kock dibangun sejaman dengan Perang Diponegoro, 1825 , yang tersisa hanya berupa bangunan segi empat berlantai dua, bagian bawah berkolong dan ada tangga menuju ke puncaknya.
Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan dibangun pada 1900an, semula hanya taman bunga bernama Stormpark, kemudian menjadi Kebun Binatang, 1929, 6 tahun kemudian ditambahkan Rumah Adat Baanjuang, dan disebut Taman Puti Bungsu. Tahun 1995 mulai memakai namanya yang sekarang
Jembatan Limpapeh jadi lokasi yang tepat untuk memandangi pemandangan pusat kota Bukittinggi dari ketinggian. Dari sini bisa terlihat Jam Gadang, bangunan pertokoan dan gunung Merapi di kejauhan. Saat pagi hari sisa sedikit kabut masih melingkupi kota membuat pemandangan unik, ditambah lagi sejuknya semilir angin perbukitan. Geliat aktivitas kota ini kurasa agak lambat, jam 7 pagi masih sedikit sekali kegiatan warga, hidup terasa seolah-olah berjalan santai di sana.
Anjungan kanan Museum Rumah Adat Baanjuang, museum dengan koleksi etnografi, numismatik dan biologi,
Jembatan dan rumahnya memang cantik banget ya!! 😀
ah.. zilko pun mengakuinya
Aku belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di Sumatera… Pengen banget suatu saat bisa ke Sumatera dan ke Bukit Tinggi. Itu bangunan rumahnya keren banget Mbak..
insya Allah mbak,itu di Bukittinggi memang semuanya cantik dan enak
Kampuang nan jauah di mato
modelnyo rantjak bana ko ha.. 😛
sayangnya fotografer rantjak nggak mau ikutan foto2,padahal suka banget sama foto di jembatan berlatar pinus itu
Iya ya Mbak. Kelihatan banget kalo bangunannya kokoh. Jadinya gak perlu ada rasa dagdigdug. Saya juga suka merinding disko kalo lewat jembatan yang ringkih. Hihihi.
jadiii.., kalau aku takut masih wajar ya Dan
hmmm sejuk, kayak ga ada panasnya sama sekali. mbak itu kenapa wajah yang di sebelah di blur? *apakah dia pelakunya?*
ha..ha.., anakku protes nggak mau majang di sini
Rindu Bukittinggi, rindu menelusuri keindahan keagungan budayanya, rindu fotografer cantiknya nih mbak…..
fotografer cantik masih ngumpet ya mbak
Yaaaa aku pengin ke Bukittinggi lagi. Foto2ku ada di laptop yang dicuri orang. Ilang semua :((
ya ampuuun…, sayang banget mak
insya Allah bisa ke sana lagi
kangen maen ke bukit tinggi lagi.. tapi sayang bundo ga ada dibukik..
cupit ma danish maennya pindah nèng jogja ae… 😛
iya… udah bisa itu Danish jalan jauh.
Saya kepengin banget rasanya ke Museum Rumah Adat Baanjuang 🙂
aamiin, insya Allah bisa ke sana pak
ah liat ini jadi inget semua yang enak-enak di pasar bukittinggi deh… #sambilmelamun
salam
/kakya
ayoook…ditemani melamun…, aku kangen bubur kampiun..
Aku belum pernah nich ke Bukit Tinggi padahal dulu dari Pekanbaru nga terlalu jauh, sekarang baru dech nyesal setelah lihat-lihat foto teman-teman dan foto nya kak Monda beberapa kali muncul di facebook buat ngiri hiksss..
Pekanbaru-Bukittinggi memang dekat ya, kk nyesal malah nggak langsung ke Pekanbaru juga, pengen liat kelok 9…, padahal udah nyampe Payakumbuh, kan nggak jauh lagi tuh
Waaaaaks, jembatan gantungnya strukturnya udah elit itu mbak 😀 beton sama baja, udah aman dan nggak bikin merinding goyang-goyang deh 😀
makanya bisa bergaya deh narsis, mumpung pagi2 masih sepi
ahhh cakeppp, itu di bawah jembatan banyak rumah ya mbak, syukurlah kalo di bawahnya jurang saya malah takut
Aku pernah ke bukittinggi sekali tapi gak mampir sini. Huhuhu.
Waktu saya melewati jembatan itu tahun 1992 rasanya belum bayar, 🙂
belum pernah ke Bukittinggi, huaaa jadi pengen…
klo nemu spot cantik, rasanya gimanaaa yaah Mbak klo gak ikutan foto2 😀
yg foto terakhir itu bikin mupeng deh Mbak 😀