
Tagline di situs resminya, House of Sampoerna, sudah menunjukkan sesuatu yag inspiratif, berbunyi seperti ini : Liem Seng Tee, an orphan who bought the ex orphanage. Yuk, kita lihat sisi kerja keras seseorang yang tak punya apa-apa hingga menjadi salah satu orang terkaya di negeri ini.
House of Sampoerna adalah sebuah kompleks yang kini terdiri dari museum, cafe dan hunian. Sebagai museum House of Sampoerna sudah dikenal sebagai salah satu museum milik swasta di Indonesia yang penataannya sangat baik. Bahkan museum ini mendapat penghargaan sebagai Traveller’s choice tahun 2013 dari Trip Advisor.
Setelah check-out dari hotel di dekat Jembatan Merah di wilayah kota tua Surabaya, kami langsung menuju House of Sampoerna. Tak sampai 10 menit sudah sampai, hanya kami masih terlalu pagi, museum baru akan buka setengah jam lagi. Ya udah cari sarapan dulu di bagian belakang museum, ada warung Lontong Balap.
Bangunan bergaya kolonial Belanda yang dibangun pada 1862, semula adalah panti asuhan, lalu dibeli oleh Liem Seng Tee (1932), dan dipakai sebagai pusat usahanya. Bangunan terbagi 3, yaitu sayap barat (hunian resmi pribadi) dan sayap kiri (difungsikan sebagai cafe dan galeri seni) berupa bagunan kembar yang arsitekturnya mirip. Bangunan di tengah yang lebih mirip gudang dirubah menjadi museum dan fasilitas untuk memproses tembakau dan cengkeh, pencampuran, pelintingan, pencetakan sampai produk jadi.
Masuk museum House of Sampoerna ini gratis, tetapi hal ini tidak menghalangi pelayanan dan keberadaan museum. Para petugas ramah dan profesional, museum pun bersih mengkilat dengan tata letak, display dan tata cahaya mumpuni. Pintu masuk yang besar dan berat dibuka, langsung tercium aroma tembakau dan cengkeh. Aroma ini tampaknya menguar dari onggokan karung tembakau di depan replika warung gaya pedesaan di sebuah ruangan di lantai pertama. Warung ini replika warung milik pendiri PT Sampoerna, yaitu Liem Seeng Tee dan istrinya, Siem Tjiang Nio.
Di sini juga ada dua buah sepeda tua, saksi bisu yang dipakai pendiri Sampoerna untuk berdagang keliling saat muda. Bandingkan dengan kemewahan Rolls Royce keluaran tahun 1972 milik keturunannya yang diparkir di bangunan sayap barat. Kendaraan mewah ini hanya dipajang karena tak mendapat izin dikendarai di jalan raya.
Di ruangan lainnya dipamerkan peralatan masa lampau untuk penyimpanan dan pengolah tembakau sederhana. Ada pula properti ruang kerja, ruang keluarga Liem Seeng Tee selama menjalankan perusahaannya. Selain itu tampak koleksi kebaya istri sang pendiri serta foto keluarga.
Ruangan kedua lebih banyak berisi koleksi foto-foto keluarga serta direksi PT HM Sampoerna dari masa ke masa. Saat ini bagian terbesar saham perusahaan tak lagi di tangan keluarga Sampoerna, tetapi sudah beralih ke PT Philip Morris Indonesia. Tak lupa dipamerkan pula property kelompok Marching Band yang pemainnya adalah para buruh pabrik. Marching Band ini pernah meraih prestasi gemilang.
Naik ke lantai dua Museum House of Sampoerna pengunjung bisa melihat kegiatan para pekerja di lantai bawah yang sedang melinting rokok. Sayangnya kami datang hari Minggu, para pekerja sedang libur. Di lantai dua ini bisa diperoleh merchandise Sampoerna.
House of Sampoerna ini memang sangat disarankan untuk dikunjungi. Selain memiliki koleksi yang menarik, tata ruang, hingga display museum pun dibuat cukup apik. Ada lagi kelebihan museum ini yaitu wisata ke lokasi bersejarah di kota Surabaya dengan menumpang bis wisata. Surabaya Heritage Track, lagi-lagi gratis. Jadwal pemberangkatan dan rute bisa dilihat di situs resmi. Jika ingin mengikutinya sebaiknya mendaftar beberapa hari sebelumnya, karena peminatnya banyak. Makanya kami belum bisa menikmati bis ini.
Keterangan :
Alamat museum : Taman Sampoerna No 6, Krembangan, Pabean Cantikan, Surabaya
Telepon : +6231 353 9000 fax : +6231 353 9009
Tiket masuk : gratis
Jam Buka Museum : 09.00 – 22.00 WIB
website : www. houseofsampoerna.museum
serba gratis ya bun . Masuk museum juga bisnya. Semoga selalu terjaga ya museumnya
iya.., gratis
tapi puas bisa masuk sini, walau masih penasaran dengan bisnya, destinasinya menarik
Semua serba menarik … postingan dan themanya, yaitu ‘Museum House of Sampoerna … nama Sampurna. walaupun saya ‘seorang laki2 bukan perokok … rokok Sampurna sudah terkenal… 😉
Rupanya kini sudah jadi Museum ya … dgn pemilik saham dipegang oleh tangan ketiga … moga HM Sampurna kembali ‘bangkit …jadi pemilik saham utama di perusahaannya.
niat mereka bikin museum ini juga menaikkan reputasi kurasa
ada lagi beberapa museum swasta yang juga cantik ..
Iya se7 … selain menaikan ‘reputasi ,,, mereka imgin berbagi dgn rakyat dgn menyediakan ‘museum gratis 😛
belum pernah jalan-jalan di Surbaya. kayanya harus bikin planning ke sana deh
pasti ketemu banyak spot menarik di sana
rencanakan ke sana Ri..
Wisata ke Museum memang seru ya mbak… tentu banyak pengalaman dan pelajaran yang didapat.. apalagi gratis 😀
iya sih…, tiket masuk museum itu emang rata2 murah kok..,
Serius gratis, Kak? Tapi kenapa banyak yang belom ekspos ya? Sayang banget..
mungkin banyak yg belum tau juga Beb..
postingan mbak semakin meningkatkan rasa ingin mengunjungi…..
Visi HOS sebagai dokumentasi proses dan kejayaan, keutamaan profesionalitas layanan dijalankan ya Mbak. Salam
iya mbak salutlah sama visinya yang ikut berkiprah di dunia seni
di Jkt ada juga Galeri Indonesia Kaya, yang masuknya juga gratis, milik perusahaan sejenis
bolehlah sesekali nengok ke situ dan bikin posting ya
House of Sampoerna menarik yaa…banyak yang bisa dilihat dan pasti sejarahnya juga oke..
gedungnya juga bagus banget, interiornya menarik, kesan mewahnya terasa deh
Wah keren ya Kak. Kalau aku ke Surabay lagi mau ke sini ah nanti. Harus dicatat.
harus deh datang ke situ Zy, keren banget
denger-denger kalau anak-anak gak boleh masuk, ya? Kalau gitu, saya nunggu anak-anak radagedean ajah 🙂
aku kemarin nggak gitu perhatikan
ada yg bilang spt itu…, mungkin supaya produk perisahaan ini nggak mempengaruhi anak2
Sayangnya asset nasional kebanggaan bangsa tsb sdh berpindah ke tangan PT Philip Morris Indonesia sbg pemilik saham terbesar…. 🙁
aku juga menyayangkan da..
tapi mungkin saja kan mereka jadi punya usaha lain yg lebih menguntungkan
Museumnya cantik sekali. Gratis pulak. Ini cara keluarga Sampoerna memberikan sebagian hartanya pada rakyat banyak. Terpuji lah mereka untuk kerja seperti ini 🙂
betul uni.., mungkin biaya perawatan museum ini hanya setitik dibanding keuntungan dan image
[…] Untuk akomodasi kami di Surabaya sengaja cari hotel di wilayah Kota Tua, yaitu Hotel Ibis. Karena hanya punya waktu semalam di kota ini, berusaha manfaatkan semaksimal mungkin. Rencanaku ingin jalan pagi di wilayah bersejarah, ingin jalan pagi ke Jembatan Merah dan lihat bangunan tua di wilayah itu yang kulihat masih cantik dan terasat. tetapi akhirnya rencana dibatalkan. Kami putuskan untuk early check in saja, bawa barang dalam mobil, sarapan, wisata dan capcus ke bandara. Paket breakfast di hotel sengaja tidak diambil, karena ingin coba kuliner setempat. Letak hotel hanya sepelemparan batu dari Jembatan Merah dan House of Sampoerna. […]
[…] House of Sampoerna […]
Been there, done that, yeaay… Toss! Tapi foto2ku ngga sebanyak dan sebagus jepretanmu. 😀 dan lagi, waktu kesana, hr minggu, jd para pekerja lg libur, gk bs liat deh kegiatan mereka pas lg bikin rokok. Sama kan ya kita, senasib 😀
[…] kota ini bisa diperoleh dari kartu pos bergambar suasana Surabaya tempo dulu yang dibeli di House of Sampoerna di ibukota propinsi Jawa Timur […]
[…] biar kita bisa bicara antar perempuan’ ‘Untuk catatan museum dan sejarah, bukankah sahabatmu Monda Siregar telah meramunya dengan […]
Museum yang bagus. Guide guide lokal di dalamnya juga baik-baik dan ramah sekali. Mereka sangat membantu untuk menjelaskan sejarah museum. Juga, pabrik rokok yang terletak di belakang museum sangat unik dan keren sekali. Pekerjanya yang rata-rata adalah wanita dengan gerakan yang sangat lincah dan cepat ketika memproduksi rokok secara tradisional membuat para tamu sangat terkesan.
[…] Ibis.Hi.. hi .. modus banget ya. Letak hotel hanya sepelemparan batu dari Jembatan Merah dan House of Sampoerna. Karena hanya punya waktu semalam di kota ini, berusaha manfaatkan semaksimal […]