Suku bangsa di Indonesia jumlahnya banyak sekali. Masing-masing suku punya variasi adat istiadat dan busana pengantin. Penampilan aneka ragam busana ini menyajikan pemandangan khas yang berkesan. Jadi ada manfaat lain datang ke undangan pernikahan. Selain memperkuat silaturahmi dengan sohibul bait dan tamu-tamu lainnya, kita pun bisa mengenal budaya daerah lain di Indonesia. Yang masih jadi trend antara lain menampilkan musik tradisional. Kali ini mau cerita tentang Gordang Sambilan, alat musik dari suku Mandailing, Sumatera Utara.

Suatu kali berdua dengan suami kami datang di acara pernikahan pasangan pengantin asal Sumatera Utara. Dari jauh pun aku sudah mendengar bunyi tetabuhan tradisional. Aku mendengar suara alat musik yang sangat familiar, suara gong. Walau bunyi gong dan gendang terdengar monoton tapi iramanya sangat kukenal. Setelah sampai di pintu masuk ruang perhelatan barulah kulihat ada alat musik yang baru pernah lihat dari foto-foto saja, Gordang Sambilan.
Untunglah datang lebih awal. Musik tradisional ini tak dimainkan lagi setelah pasangan pengantin duduk di pelaminan. Irama lagu tradisional sudah digantikan oleh band dengan lagu-lagu masa kini.
Apa itu Gordang Sambilan?
Gordang Sambilan termasuk alat musik pukul yang sangat dibanggakan oleh suku Batak Mandailing, Sumatera Utara. Suku Mandailing itu mendiami bagian paling selatan dari propinsi Sumatera Utara. Oh ya, suku Batak itu memang terbagi lagi dalam beberapa sub etnis. Perbedaan sub etnis ini juga menimbulkan keragaman tata cara pernikahan, alat musik dan busana pengantinnya.
Bahkan oleh masyarakat keturunan Mandailing di Malaysia Gordang Sambilan pernah akan didaftarkan ke UNESCO sebagai warisan budaya. Entahlah bagaimana kelanjutannya kini.
Gordang sambilan merupakan long drum terpanjang di dunia. Bentuk dan bunyinya unik dan khas. Maka harga satu set gordang pun cukup mahal. Untuk memilikinya harus menyediakan biaya yang bisa mencapai dua puluh hingga enam puluh juta rupiah. Waw sekali .
Gordang Sambilan terbuat dari kayu ingul (Ruta angustifola). Kayu itu sejenis kayu hutan dengan dinding serat yang tebal dan tidak mudah pecah. Sifat kayu ini memiliki ketahanan terhadap air. Dahulunya materi pembentuk Gordang Sambilan dipilih dari beberapa kayu yang ditebang dan diambil dari beberapa hutan serta gunung. Kearifan tradisional ini bertujuan melindungi penggunaan hutan yang berlebihan. Orang dulu sudah pedulu lingkungan juga ya. Sehingga dalam pengambilan pohon tersebut disertai dengan ritual-ritual dan pembacaan mantra tertentu yang ditujukan kepada roh nenek moyang agar mengizinkan pohon tersebut ditebang. (Sumber : GordangSally)
Jika berminat mendengarkan irama musik Gordang Sambilan milik suku Mandailing ini silahkan lihat di youtube saja ya.
Memang dateng ke acara nikahan sebelom jadwal resepsinya bisa dapet bonus Mba Monda. Kemaren saya sempet lihat adat padang dipadu batak pas dateng kepagian di acara kawinan sodara. Seperti biasa selalu dapet ilmu baru kalo mampir ke sini..
seru juga tuh Dan gabungan budaya dua suku yg ditampilkan…., ada lagu Batak ada juga Minang ya
Tetangga ku ada kayak sewain gordang gitu Kak, jadi tiap Minggu dia tes suara gitu. Enak dengerinnya. Aku syuka 😀
rame dong Beby …., jangan2 Beby ikutan manortor di dalam rumah?
Aku pernah melihat permainan Gordang Sambilan ini, Kak.. Dari bentuknya sangat khas sekali, dan bebunyian yang dihasilkannya, sangat memacu semangat.. Aku suka.. 🙂
terima kasih uda
kalau datang mepet jadi gak bisa foto2 kaya gini ya bun
iya Mbak Lidya, kalau datang sudah di tengah acara, sudah gak leluasa lagi, penuh oleh lalu lalang tamu undangan.
he..he.. betul
saya baru tau kalau ada gordang sambilan, padahal saudaraku banyak yang padang dan sering nikahan adat padang tapi belum paham, malah pahamnya dr sini hehehe
gordang sambilan dari Batak Mandailing bukan Padang Ri
wah baru tau saya, terima kasih infonya
terima kasih kembali
Apresiasi kepada sang pemangku hajat yang mengusung budaya adi daerah di resepsi juga Mbak Monda pemerhati teliti, sehingga kami pembaca blog diperkaya dengan gordang sambilan. Salam
memang nggak murah sih ya mbak kalau di resepsi memanggil kesenian daerah ini, makanya nggak selalu ada tarian atau musik daerah yg ditampilkan
Acara2 nikahan daerah begini, memperdalam wawasan kita terhadap budaya nenek moyangya,MM. Aku kalo kondangan pakai acara adat begini, senang banget. Asyik aja motret2 🙂
iya uni senang ya bisa foto2 pengantin dan pelaminannya, cantik2 dan unik
Saya sih jujur saja, datang ke nikahan untuk makan doank, selain untuk menyelamati yang menikah tentunya. hehehehe
salam dari Jayapura 😀
kalau begitu selamat makan Fier, he..he..
Ada sembilan gendang yg ditabuh. Kebayang ramainya, Bund.
Itu potobothnya khas banget jadinya. Apik.
Ini komentar dimasukin SPAM aja, Bunda.
saya juga suka dengar lantunan musik dari instrumen-instrumen tradisional bun~ 😀
Musik tradisional itu enak didengerin, terkesan unik aja gitu.
kalo ke acara pernikahan justru aku seneng liat upacara adatnya, makanya datengnya suka lebih awal, cuma belom pernah liat adat ini Bun
darah batakku macam bergejolak kalo denger ini gordang sambilan lg maronang-onang….
Kalo gw demen banget datang ke nikahan cepet2 sebelum jam nya, coz bisa dapat antri makanan paling depan sama bisa liat upacara adat nya haha
Hanya untuk sebuah gendang saja orang tua kita memperhatikan nilai-nilai arif soal lingkungan ya Tante.. Mempergunakan sumber daya sebatas kebutuhan.
Saya juga kalau datang ke pernikahan suka datang lebih awal, Mbak. Karena acara adatnya justru termasuk yang pengen saya lihat 🙂
menarik mba. lama banget ya katanya resepsi adat wilayah sana?
Mbak Mondaaaa…
Apa kabar?
Kangeeeen banget lama nggak main kesini 🙂
Trima kasih infonya tentang Gordang Sambilan ini, mbak…jadi kangen dengerin musik-musik Sumatera Utara lagi. Meriah!
😀
mbak ke mana ajaaa, banyak yg nungguin ceritanya
Mbak aku belum pernah menyaksikan dan mendengarkan gordang sambilan…
aku pun baru pertama lihat ini mbak
Kesenian Gordang Sembilan memang sangat populer dan melegenda. Kalau di Jawa mungkin sepopuler tarian BEDHAYA ANGLIR MENDHUNG. Entah kenapa saya merasakan alunan gendangnya sama-sama mistisnya dengan gerakan tarian bedhaya…
aku suka sekali lihat pelaminan dari sumatera itu
warna warninya meriah sekali
Bisa bantu nggak ya alamat gondang sambilan unt pernikahan
Mungkin di TMII juga bisa lihat gondang sambilan ini kali ya kak, klo misalnya lagi ada acara pameran di anjangan Sumatara utara 😉 .
mungkin saja Nel..
kita tunggu acara hajatannya putri presiden di Medan nanti, katanya mau pakai gordang sambilan juga
Luar biasa, itu long drum terpanjang di dunia. Bangga menjadi bagian dari Indonesia.
bangsa kita punya banyak kekayaan ya pak ustad
pernah liat alat musik ini saat berkunjung ke Musem Archa di Medan..
warisan budaya begini harus dilestarikan anak jaman now 🙂
setuju mak
trims kunjungannya mas Nandra
iya suku Batak itu ada beberapa sub etnik, yg bikin berbeda bahasa dan adatnya
Beda di Sumatera Utara, beda juga di Jawa Barat. Kalau di sana ada gordang maka di tanah Sunda ada angklung. Sama-sama menggunakan bahan alam. Yang satu memakai batang pohon, sedangkan satunya memakai batang bambu. Unik. Jadi tahu dan dari bentuknya jelas memang tidak sembarangan memainkannya.
jaman dulu para leluhur kita pintar memanfaatkan kekayaan alam, tapi tetap menjaga kearifan lokal sehingga alam tetap terjaga
Dengar musiknya dari TV aja enak, apalagi dengar langsung ya Mbak.
Jadi makin terekspose gendang ini karena pernikahan Boby-Kahiyang kemarin ya Mbak 🙂
[…] masih banyak lagi khasanah perbendaharaan alat musik kita. Yang pernah tampil di blog ini ada Gordang Sambilan dan kecapi yang mengiringi lagu Borondong […]