Jaman sekarang telepon seluler berkamera adalah gawai yang jamak dimiliki. Gawai ini bukan hanya dipakai untuk tampil di berbagai media sosial tetapi juga untuk memudahkan tugas sehari-hari (memotret tiang spot parkir di mal misalnya). Walau ponsel hampir selalu ada di tangan, tetapi aku bukan penggemar selfie atau wefie, karena ekspresi mukaku selalu jadi aneh. Ponsel kupakai untuk memotret peristiwa unik yang ditemui di jalan, fotografi jalanan atau street photography. Tak kusediakan waktu khusus menanti momen tetapi hanya berdasar spontanitas sewaktu menunggu datangnya kendaraan umum. Memotret dengan telepon genggam sudah punya istilah sendiri, Phoneography dan kalau mau dikhususkan lagi jadi street phoneography.
Pilihan memakai ponsel berkamera untukku sih karena sifatnya yang praktis, gampang dipakai kapanpun meski pada saat kepepet. Selain itu bobot telepon seluler yang ringan memudahkanku melenggang dengan tas berisi segala macam printilan. Jika ditambah dengan mencangklong tas kamera besar tentunya akan semakin membebani punggung dan pinggangku yang tak prima lagi. Selain itu bawa benda lebih dari satu di tangan bikin takut ketelingsut dan lupa. Memakai ponsel berkamera sangat praktis karena aku pun menyadari belum memiliki aura keindahan, masih malas belajar mengoperasikan kamera, dan memperhatikan aturan-aturan teknis yang lumayan njelimet, agak berlawanan dengan sifatku yang tak sabaran he..he…
Benda ini terutama sangat membantu pecandu raun yang tak mau ketinggalan mengabadikan kecantikan yang ditemukan di jalan. Kalau sudah berniat memotret suatu obyek, aku tuh suka tak sadar dengan sekeliling. Makanya sering jadi obyek candid suami atau teman seperjalanan.
Tantangan memotret tema fotografi jalanan itu macam-macam. Pertama, harus konsentrasi cari momen sekaligus harus waspada dengan sekeliling, tak boleh lengah dengan barang bawaan. Kedua, cepat bereaksi ketika melihat hal menarik, makanya ponsel harus sudah posisi siaga. Ketiga, harus menahan ponsel agar tak bergetar dan mendapat sudut pengambilan gambar yang menarik. Keempat siap siaga jika orangnya tak mau dipotret. Faktor keempat ini yang riskan makanya aku tak terlalu suka memotret ekspresi orang, lebih sering ambil foto tak terlalu dekat atau dari belakang.


Memotret aktifitas di jalan punya sensasi tersendiri yang berbeda dengan mengabadikan keindahan panorama. Ada denyut khas di dalamnya. Suka takjub pada ekspresi dan momen yang ditangkap. Cara menjepretnya juga harus pakai taktik, pura-pura asyik dulu dengan ponsel tetapi mata terus mengamati, saatnya tiba langsung klik. Untung saja sekarang suara cekrek kamera ponsel sudah bisa disenyapkan sehingga resiko tertangkap basah bisa diminimalisir. Ada juga sih orang yang curiga mau difoto, jadi dia selalu melihat ke arahku, ya sudah ditinggal saja. Aku sangat ingin foto ibu-ibu yang menunggu di pojokan sementara anak-anaknya berkeliaran saat lampu merah dengan ekspresi memelas minta uang pada para pengendara. Jika sudah dapat mereka langsung menyerahkan ke ibunya.


Memotret di jalan jadi salah satu solusi mengatasi kebosanan saat macet atau menunggu bis kota, malah kadang kalau lagi mengincar foto jadi sebal lihat bis sudah mendekat. Akhirnya lebih memilih naik bis, bis tujuan ke rumahku masih sedikit sih daripada menunggu lebih lama.

Seorang fotografer senior pernah berucap sebaiknya saat street hunting jangan sering minta izin ke orang, nanti jadi kebiasaan minta uang atau rokok he..he.. Teman lain bilang dia biasanya ambil dulu foto-foto candid sesudahnya barulah minta ijin foto, tetapi pasti hasilnya jadi jauh berbeda. Makanya aku sekarang jadi sungkan foto tampak wajah seseorang, menghindari efeknya kemudian hari sih. Toh semua orang punya privasi masing-masing.

Foto-fotoku ini semuanya diambil siang hari yang terang benderang ya. Ada alasannya sih. Di malam hari atau di tempat dengan pencahayaan minimal hasil foto dengan ponselku ini nggak tajam, walau memang jarang sih berada di jalan saat malam hari. Atau pun kalau tangan agak bergetar atau foto dari kendaraan yang sedang berjalan selalu hasilnya tak maksimal. Inilah alasanku mulai mempelajari spesifikasi dari ASUS Zenfone 2 Laser ZE550KL .
Kenapa merk ini yang dilirik ? Iya, kan sudah lama pakai notebook ASUS, jadi sudah yakin produk telepon genggam pasti punya kekuatan dan kelebihan yang sama mumpuni. Ponsel tipe ini resolusi kameranya 13 MP, dan resolusi kamera depan 5 MP. Istimewanya ASUS Zenfone 2 Laser ZE550KL punya laser autofocus yang fungsinya mampu mempercepat proses foto close up, yang dan fokusnya hanya dalam waktu 0.03 detik, cocok kan kalau untuk curi-curi bidikan. Gambar yang dihasilkan lebih tajam dan memperbaiki stabilitas gambar. Mode low light mampu mengambil foto lebih terang 400% saat malam hari atau di tempat kurang cahaya tanpa bantuan flash. Lalu super HDR nya mampu melihat dengan jelas di terik matahari.
Walau ponsel berkamera sudah jamak, tetapi tetaplah ada adab yang harus diperhatikan. Bijaklah memotret walau hanya untuk koleksi pribadi, misalnya jangan foto selfi porno, ngeri kalau ponsel dicuri dan foto-foto disebar. Tak semua foto layak dibagi, pokoknya jangan sampai menyakiti hati orang lain dan diri sendiri.
Jarang banget selfie karena mukaku aneh banget hahaha 😀
Mbak monda blogger dadi semarang ya mbak? Salken aku dari kendal 🙂
Asus ya? Nggak heran dah kalo kualitas jepretannya super ajiib dibanding yang lainnya 🙂
ke Semarang cuma liburan aja Yusuf,
itu foto setahun yang lalu, aku beredar di Jabodetabek
Untuk selfie sama mbak, kurang bisa santai. Ooh phoneography ya mbak, cocoklah jepratjepret di kebun baru dipilih saat sempat. Savana cantik ya mbak. Sukses di GA mbak Uniek.
selfie itu emang cocok buat orang muda aja mbak, aku nggak pernah pas he..he..
kayanya seru juga sekali -kali motret jalanan sambil naik motor kak.
harus hati2, takut hpnya jatuh
btw… so sweet banget itu mbak, kalo ada motor yg dikasi tulisan gituh… hhee
Jepret2 momen2 menarik di lingkungan sekitar pake kamera ponsel itu lebih mudah dan gampang. hhee
iya …terkesan ya suaminya kepikiran buat warning itu
Pas mudik kemaren aku juga sering banget fotoin apapun di jalan pakai kamera handphone. Kadang sampe minta suami pelanin motor atau berhenti sejenak buat motoin sesuatu.
asyiknya jadi penumpang salah satunya ya itu, bisa amat2i sekeliling ya..dan bisa langsung jepret
Kalau lagi foto di jalanan gitu suka lihat ekspresi dan pemandangan yang lucu-lucu gitu yach kak.
iya banyak yg tak terduga sih.., cuma musti cepat2 motonya
kalau aliran street photography .. pandai menangkap momen ya mba .. kadang suka unik sekali ..
kalau saya mah apa atuh … ga punya aliran 🙂
Foto Bun Monda bagus baguuusss 🙂
Thanks ya sudah ikutan GA Aku dan #KameraPonsel. Good luck.
makasih mbak Uniek
[…] Lama tak naik kendaraan umum dan beredar di lingkungan lalu lintas yang ramai aku merasa ada kerinduan untuk memperhatikan aktivitas di jalan. Ada sesuatu yang bermakna atau memberikan kesan mendalam tentang sejuta kisah kehidupan manusia di keramaian. Aku rindu pada kegiatan fotografi jalanan. […]