Ketika berwisata ke dua kota terkenal di Jawa Barat yaitu ke Garut dan Tasikmalaya tak lengkap rasanya bila tak cuci mata ke outlet batiknya. Kedua kota ini memang sudah lama dikenal mempunyai kerajinan batik tulis dengan warna dan motif yang berbeda dari motif asal kota lain. Batik Garut dominan bermotif geometris, batik Tasikmalaya hampir sama motifnya tetapi dengan warna-warna yang lebih cerah. Sayangnya Batik Garut hanya sempat dinikmati saat cuci mata di counter hotel. Ingin lihat batik Garut langsung di tempat produksinya agak susah dan makan waktu karena para pengrajinnya tersebar sedangkan kami harus segera melanjutkan perjalanan.

Di Hotel Santika Tasikmalaya kami mendapatkan peta pariwisata kota ini. Di peta terlihat keseriusan Pemerintah Daerah menata kotanya. Berbagai jenis kerajinan dikumpulkan di satu wilayah, yang tentunya akan memudahkan kunjungan wisatawan. Untuk kerajinan anyaman ada di Rajapolah, kerajinan kelom geulis dan sentra batik di jalan Mitra Batik.
Kebetulan sekali jalan Mitra Batik ini ada dalam rute perjalanan pulang yaitu jalan Tasikmalaya – Nagreg. Kami pilih rute ini karena ingin sekalian lewat jalan Lingkar Nagrek. Maklum terpengaruh foto-foto cantik teman blogger. Mama Olive. Tapi sayang kok malah kelewatan jalan Lingkar itu he..he.., batal deh berfoto cantik). Sekedar info jalur Tasikmalaya – Nagreg ini jalannya berliku naik turun dan penuh dengan kendaraan besar. Laju kendaraan jadi lebih lambat, makanya untuk kendaraan pribadi lebih baik pilih jalur satu lagi, jalan yang melewati kota Garut.
Di jalan Mitra Batik Tasikmalaya ini banyak outlet batik kecil yang terlihat kurang memanjakan wisata cuci mata dan belanja. Kami akhirnya mampir ke sebuah jalan kecil. Kebetulan saja sih dapat outlet ini, tadinya bermaksud putar arah saja, ternyata malah sampai ke gerai cukup besar, namanya @gnesa.
Di toko @gnesa banyak pilihan jenis batik yang dipajang. Terliha ada batik tulis, dan ada juga batik cap. Oleh petugas toko kami ditawarkan untuk melihat ke bagian belakang ke tempat produksi batiknya. Tentu saja tak menolak, malah dengan senang hati.
Di bagian belakang toko ada ruangan yang cukup luas. Aroma khas lilin malam yang dipanaskan terasa langsung menyapa hidung. Terlihat banyak pengrajin di sana. Para ibu duduk di atas dingklik membuat batik tulis dengan canting. Sedangkan di pojok belakang terlihat beberapa orang pengrajin pria berdiri dan membuat batik cap dengan stempel logam.
Kuperhatikan gerakan para ibu yang sedang duduk membatik di bagian depan. Aku minta ijin untuk memotret kegiatan mereka. Para ibu ini sangat ramah dan terlihat riang gembira dan banyak bercanda saling menggoda. Khas sifat wanita tatar Sunda yang ramah tamah. Mereka mau menjawab pertanyaanku tentang motif yang sedang dibuat.
Di kelompok ibu-ibu yang sedang menggoreskan canting membuat motif lampit, tiba-tiba ada yang nyeletuk menyuruhku difoto sambil membatik. Mula-mula kutolak karena ada rasa sungkan takut merusak motif kainnya. Tapi karena jiwa narsis masih menggelora akhirnya aku ikut beraksi memegang canting, tetapi malamnya sudah kering he..he… sementara si ibu yang posisinya kuserobot ikut berakting memberi petunjuk. Terima kasih banyak ya ibu-ibu akhirnya bisa bergaya seolah pengrajin batik. Dan tentu berkat keramahan para karyawan di bagian produksi ini tanpa malu-malu langsung pilih beberapa helai kain untuk dibawa pulang.
Nagreg bagus Mba Mon hihihi
Btw itu batiknya yg foto kedua bagus amat yah motif nya hihi
Setuju sama Yeye Mba Monda, motif dan warnanya bagus. Klasik dan seger gitu.
Iya ih .., bisa kelewat gitu padahal udah nanya2 juga sama banyak orang
cantik ya batiknya, warna dan motifnya cerah cantik
iya Dan .. cantik banget ya
Kak Monda klo beli batik dari pengrajinnya spt ini, mungkin jauh lebih murah ya 😀 . Borong ga kak?.
ada beli2 juga sih Nel , tapi nggak borong, cuma beberapa aja kok
Gaya wisata Bu Monda ini luar biasa. Perjalanannya bener2 dimanfaatkan untuk tahu apa yang menjadi khas sebuah daerah kunjungan. Bikin tips persiapannya donk Bun, biar ditiru he he.
Baca artikel ini, ingetan saya jadi ke mana-mana neh 😀
Jl Mitra Batik, jalur saya sekolah dulu .. jadi kangen neh pengen ke Tasik ..
Rajapolah kesebut, Nenek saya asli sono wkwkwk.
Makasih Bu 🙂
Kemarin sempat heran, kenapa dari Garut pulangnya gak lewat jalan baru yang indah itu. Rupanya terjawab di artikel ini.
Berarti Bu Monda ambil lewat Malangbong ya … terus pas di nagrek gak belok kiri tapi langsung naik ke tanjakan nagreg …
heleh, aya nu nostalgia yeuh.. :))
mitra batik emang masih ada ya..?
pas kapan lewat kayaknya jadi mol tuh…
@Bundo Adel : biarin 😛
@Mas Rawins : iya terakhir setahu saya jadi Yogya Deptstore.
jalan2 begini kayaknya nggak persiapan banyak, cuma udah sering baca2 aja, diinget2 mana yg mau didatangi aja gitu kang Yayat,
ke Rajapolah lewat doang nggak mampir, sempat cuci mata dari mobil sapu nya keliatan kokoh ya
Mitra Batik itu bukan hanya nama jalan ya?
Melihat orang membatik itu memang cuci mata yang menyenangkan Kak Monda. Meskipun sebenarnya bisa jadi lebih mahal juga sih… karena unik.
he..he… nggak tau juga sih mahal nggaknya
tapi seneng lihat para pengrajin kerja
cieehhh yang ngebatik.. 😛
batik warna bunga warna warni itu keren ya kak.. warnanya pas banget,
klo dipake terasa cantik dan ringan..
ngebatiknya nggak tahan lama2 mak, susyaah duduknya di bawah
wuiiih… batik yang kedua itu keren sekali.
cantik warna warninya ya da
wah kalo ini sih jurusannya ibu ibu…
aku paling males kalo jalan-jalan dah diajak belok ke perbajuan hehe…
kan nggak cuma liat2 baju he..he..
Saya baru ngeh kalau ada juga motif Batik Garutan dan Tasik
(kalau Cirebon saya pernah dengar)
Salam saya Kak
iya oom banyak daerah kini punya motif batik, dari Banten dan Betawi juga ada
ada daerah yg semula nggak punya tradisi membatik sekarang belajar dan bisa berkembang
contohnya batik Papua
iya pak, motif batik dari Jawa Barat ini lebih kecil daripada motif klasik jadi bisa dipakai untuk acara non formal jafi lebih gampang populer
Jalan-jalan yang komplit nih mbak Monda, wisata alam ada, kearifan lokal budaya, budaya batik penggerak roda ekonomi, menunggu kejutan berikutnya… Duh tangan terampil, membatik luwes, memainkan tang gigi prof…. Salam
he..he… nggak ada kejutan mbak
liburannya berakhir di Tasikmalaya ini aja
beli batik garutan sama saya aja deh ..*hihihi, malah promosi .. 😀
Salah satu khas batik garutan & tasik itu emang warna2nya yang ceria.
nah iya nih si ibu kan udah ahlinya batik Garut
Kebudayaan Batik Indonesia dengan keanekaragaman corak dan jenisnya, sesuai dengan ciri khas daerah masing-masing. Sungguh unik ya mb …..
Asyik dong bisa jalan jalan, sekalian dpt pengalaman membatik……
cuma pura2 belajar he..he..
Membaca ini sambil mengingat koleksi foto jalan2 ke lokasi tenun troso Jepara. 🙂
Ini pengalamn luar biasa ya mbak.
pastilah mbak Susi yg jago kerjaan tangan senang banget bisa ke tempat penenun ya..
jadi pengen ke Jepara juga
Batiknya bagus-bagus ya. Warna-warni
warna meriah jadi terlihat ceria ya mbak Ika
nggak mampir ke kelom geulis, karena waktunya terbatas
insya Allah kalau ada kesempatan ke sana lagi
Saya suka foto2 batik yang paling atas itu mbak, keren 🙂
pengen ke garut tapi belum kesampean. padahal sudah browsing beberapa tempat yang nanti layak dikunjungi kalau ke sana. dan sepertinya ke ‘bengkel’ tempat pembuatan batik spt ini menarik untuk dikunjungi. tapi ga tau deh nanti orang rumah tertarik atau tidak 🙂
nah tuh tinggal berangkatnya aja..
apa kabar Kamal?
kabar baik bu mon. semoga bu mon jg baik2 saja dan lancar puasanya.
sudah lama nih absen nulis. dan baru mulai lagi nulis2 ngelemesin jari2 yg sudah kaku… 🙂
kolektor batik dong mbak?
iya nih batik dari berbagai daerah itu punya motif masing2.. yang unik jadi pengen punya semuanya
Saat ini banyak daerah yang memiliki ciri khas batiknya ya Bu.
Dulunya (khususnya Jawa) orang cuma kenal Batik Solo, Jogja dan Pekalongan. Sekarang, Kendal juga sudah punya sentra batik yg berciri khas
eh ada karyawan baru nih di pabrik batik hehehe
Kak Monda, aktingnya yahud deh! Hehe. Pasti asyik banget ya jalan2 sambil cuci mata, melihat langsung tempat produksi batiknya. 🙂
Trims for share, jadi ikut merasakan feelnya deh.
cara mengenali batik dari suatu daerah itu bagaimana ya bun ?
dari motifnya mbak, dari warnanya juga bisa
warna cerah biasanya dari daerah pesisir seperti Cirebon, Madura
kalau dari Jogja dan Solo warnanya kecoklatan atau gelap dan motifnya juga klasik
Selama ini kalau pulkam ke Garut ndak pernah mampir-mampir ke tempat wisata. Sowan keluarga melulu jadwalnya 😀
Tapi waktu ke Tasik saya sempat mampir ke tempat yang banyak pengrajin batiknya. Kemungkinan besar lokasi yang sama dengan yang dikunjungi Ibu Monda. Sungguh batiknya penuh warna, mirip-mirip batik dari Cirebon dan Pekalongan.
Pagit ada darah Garut ya…, senang dong pulkamnya ke tempat yang asri
ya kulihat juga agak mirip motifnya ya, juga warna2 cerahnya
wah bunda mbatik, aku penasaran deh pengen mbatik juga bun…
di Jakarta bisa belajar mbatik juga Pu, datang aja ke Museum Tekstil di bilangan Tanah Abang
atau ke Museum Bank Mandiri bersama ibu Indra Tjahyani (terjadwal.., ibu Indra punya situs sendiri lho, bisa dicek jadwalnya di sana)
Batiknya cantik2 ya mbak… inikah yg namanya batik garutan?
[…] pembuatan batik cap. Asyik sekali melihat pekerjaan membatik, walau pun sudah pernah lihat saat di Tasikmalaya, tetap saja suasananya beda. Nantilah akan kuceritakan di posting tersendiri. Sampai di sini kami […]