Seturunnya di pulau Cangkuang,kecamatan Leles , kabupaten Garut, yang pertama terlihat adalah deretan kios yang menjual aneka souvenir, lalu terlihat komplek rumah adat Kampung Pulo . Keunikan kampung ini adalah bentuk rumah tradisionalnya yang berdinding anyaman bambu, khas rumah tradisional. Rumah-rumahnya kecil, dan hanya berjumlah 6 rumah serta sebuah mesjid. Jumlah rumah di kampung ini tak berubah sejak dulu kala. Masjid ada di bagian utara kampung, di kiri kanan masjid ada jejeran rumah, masing-masing 3 rumah.

Sejarah jumlah rumah itu adalah perlambang jumlah putra putri penyebar agama Islam di daerah itu yang disebut Embah Dalem Arif Muhammad. Menurut petugas museum Cangkuang yang juga penduduk Kampung Pulo semua ini bermula dari kedatangan Arif Muhammad . Beliau adalah anggota bala tentara Mataram yang dikalahkan Belanda ketika menyerang Batavia. Beliau tidak kembali ke Mataram, tetapi mengembara hingga sampai ke kampung Pulo. Di daerah ini beliau menyebarkan agama Islam. Beliau punya 6 orang putri dan 1 orang putra. Setiap putri diberikan 1 rumah dan mesjid melambangkan anak lelaki. Untuk selanjutnya jumlah rumah di kampung ini tak boleh berubah harus tetap enam. Rumah hanya diwariskan kepada anak perempuan. Anak lelaki yang sudah menikah harus ke luar pulau. Anak perempuan pun baru bisa kembali tinggal di kampung ini bila orang tua sudah tak ada. Kurasa prinsip ini mengandung kearifan lokal untuk membatasi daya tampung pulau ini. Jika tak dibatasi penduduk yang beranak pinak di sini bisa-bisa menenggelamkan pulau he..he..
Kampung ini terlihat sepi, tak ada orang di halaman, mungkinkah mereka yang berjualan souvenir di dekat pintu masuk tadi adalah penghuni kampung? Haduuh, lupa tanya. Hanya di sebuah rumah yang terbuka pintunya terlihat seorang nenek yang duduk di dalam rumah. Nenek tersebut memanggil-manggil, he..he.. si nenek minta uang.
Di luar pagar kampung ada tangga yang menuju ke candi dan makam tua, makam Arif Muhammad yang dikeramatkan. Makam ini terletak persis di sebelah Candi Cangkuang. Menurut teteh penjaga Museum Cangkuang, masyarakat Kampung Pulo sebelumnya tak tahu di sana ada candi. Memang keberadaan candi ini baru terkuak tahun 1966. Itu pun dikarenakan ada catatan tua yang ditulis orang Belanda, Vorderman, dalam buku Notulen Bataviasch Genoschaft terbitan 1893. Para ahli arkeologi lalu datang ke pulau ini untuk mencari bukti dan mereka melihat banyak batu andesit / batu candi yang dipakai sebagai nisan. Setelah dilakukan penggalian dan diteliti, tinggalan yang ditemukan hanya berupa batu pondasi dan kaki candi. Akhirnya dilakukan rekonstruksi, 40% memakai bahan asli dan sisanya berupa batu buatan dari adukan semen, pasir, besi dan koral. Rekonstruksi bentuk candi selesai pada 1974. Bentuknya yang sekarang adalah rekayasa rekonstruksi karena bentuk aslinya tak diketahui. Di area ini ditemukan arca yang diduga arca Syiwa, maka disimpulkan candi ini adalah candi Hindu, peninggalan abad ke 8 Masehi. Candi Cangkuang ini adalah satu-satunya candi Hindu di Jawa Barat. Tak seperti banyak candi lain , di dinding Candi Cangkuang tak ada relief.
Di dekat candi ada bangunan kecil yang menyimpan foto-foto tentang penemuan, penggalian dan rekonstruksi candi. Ada pula dipamerkan naskah kuno berupa naskah khotbah yang ditulis di atas kertas dari kayu saeh (Broussonetia papyrifera) dengan mangsi hideung, tinta tradisional terbuat dari campuran jelaga, ketan dan air, juga ada alat-alat dan fot cara membuat kertas dari kulit pohon saeh , dan foto-foto tentang berbagai acara di Kampung Pulo.
Di halaman museum ini ada ditanam pohon saeh, sayang masih kecil, di foto ini ada si sebelah pandan, karena terlalu kecil, tinggi panjang seperti lidi, difoto pun tak terlalu tampak .Pohon pandan itu dalam bahasa daerahnya disebut cangkuang (Pandanus Furcatus), makanya situ dan candi dinamakan cangkuang.
Selain obyek sejarah dan budaya, pemandangan tak kalah indahnya adalah pohon-pohon raksasa yang rimbun, bandingkan saja ukurannya dengan pak tua yang sedang isitirahat. Pohon-pohon itu baru pernah kulihat, untung saja ada plang nama yang dibuat KKN UNPAD 95, jadi tahu ada pohon hantap dan suren. Menyenangkan berwisata di sini, hijau, asri dan bersih.
Salut ama Bu Monda, bener2 rekreasi sejarah. Sampe cukup detil infonya.
Saya ke sana hanya nikmatin suasana asri dan foto2 dowang wkwkwk.
kang Yayat fokus ke foto2 jadi fotonya jadi bagus2….
aku kelamaan nanya2 sama si teteh penjaga museum he..he…, jadi foto2nya asal jepret aja karena buru2 mau lanjutkan perjalanan ke Kampung Naga
mang gemot ngerasa gak foto2nya MS makin hari makin cihuy,
candi Cangkuang di antara rimbunan pohon raksasa itu, aku suka banget…!
Iya keren. Btw asyik juga motret pake I5 ya. Isonya juga bisa diatur ya Bun ?. Ni pake Iso 50 ?
trims mak, trims kang
ISO nya belum bisa diatur atau aku yg belum tau caranya ya he..he..
setting yg ada baru Grid sama HDR aja
nah kl pakai yg grid ini udah ada kotak pembagian, jadi bisa atur komposisi 1/3, tp akunya sering lupa make he..he..
liat rumah panggung kaya gitu aku jadi inget rumah mbah buyutku dulu
sekarangdah jarang banget rumah panggung di jawa
justru aku baru tau di Jawa ada rumah panggung…, trims infonya..
kirain rumah2 di Jawa dulu cuma yang bentuk joglo
plang nama peninggalan kkn unpad bermanfaat sampai skrg ya kak.. 😛
kak, klo kita ud sama2 pensiun.. kita ke sana lagi ya..!
#abis susah banget nyari waktunya skrg..
iya…, di plang itu ada nama lokal dan ilmiahnya…, nggak usah nyari2 di google lagi, wk..wk…
nunggu pensiun …? weleh lama amat..
Kak foto-fotonya bagus-bagus, suka deh ngelihatnya :).
Yg foto masjid kampung pulo, wahhh ada kaktus besarr sekali :D.
kalau ada tanaman hias langsung kelihatan deh sama Nella, matanya udah terlatih ya Nel
Jadi memang banyak daerah di Indonesia yang ada candi-candinya. Hanya tidak ketahuan saja karena tidak besar.
iya … candi2 kecil memang kurang banyak dikenal, dan diekspos
Salut dengan ketelatenan mbak Monda, fakta sejarah, budaya maupun ekologi setempat diramu dengan indah. Cangkuang si pandan, pohon saeh…
Foto-fotonya alamak cantiknya, komposisi bagus banget. Terima kasih mbak berbagi kekayaan candi Cangkuang dan kampung Pulo. Salam
sama2 saling belajar mbak
aku juga banyak belajar dari postingan penjaga kebun
ngelihatnya adeeeem Mba Monda daerahnya. Makasih ya Mba. Hehehe. Meskipun belom pernah kesana jadi berasa berkunjung sendiri. 🙂
adem banget Dan.., siang terik begitu jadi nggak berasa lho
tau candi cangkuang dari buk aja bun belum pernah berkunjugn langsung. Kalau di Bekasi apa ya wisata sejarahnya 🙂
mesti ke arah Karawang dan Rengasdengklok mbak, tapi aku juga belum pernah ke sana lho
Suka deh mba liat pohon2 gede gitu.. kayaknya rindang dan adem banget. Walaupun kayaknya kalo malem bakalan serem yaaa.. hahaha
hi..hi…. iya gimana kalau malam ya
jadi membayangkan deh
suasananya sedang sepi ya Mbak, jadi enak tuh buat motret.
Waktu saya kesana bulan maret lalu, wuihhh … penuhhhh pengunjung.
nggak sepi2 amat bu, bareng kami ada 2 rakit lain,
mau moto candi harus nunggu orang2 selesai foto2 dulu he..he…
Pernah mau ke sini trus kenapa malah ngga jadi ya waktu itu *mengingat-ingat*. BunMon memang sukka sekali wisata sejarah ya :))
ya.. kenapa nggak jadi..?
Kunjungan pertama ke mondasiregar.com
Terjebak dalam suasana sunyi, sepi…he he he
he..he.,iya Hani senangnya tempat rame ya.,
saat itu candinya juga rame.., tapi males ah motoin yg ada orang2nya
Iya mbak, saya jadi kebayang lagi gimana sejuk dan damainya suasana disana…selain dikelilingi danau, pohon-pohon yang rimbun itu juga bikin kita betah berada disana…
mbak sering datang ke sini ?
Ini liputan khas Kak Monda …
Terima kasih infonya Kak
Salam saya
trims oom sudah kenal tema tulisanku
Bersih ya, Bund. . .
Jadi tau, kalau Pandan tuh bahasa daerahnya Cangkuang. Banyak Cangkuangkah di sana, Bund? Sehingga dijadikan nama untuk situ dan candi?
mungkin aja dulu banyak baget pohon Cangkuang di sini
enak kan kalau sepi…, bisa puas lihat segala sudut obyek wisatanya
Asyiknya bisa mengunjungi tempat-tempat yang bersejarah terusssssss
Hoo di garut ada candii…. kapan2 harus kesana. Harus! Thanks infonya yaaah
terima kasih kembali ..saling tuker info kan
[…] Kampung Naga iframe { visibility: hidden; opacity: 0; } Previous […]
[…] mengunjungi Candi Cangkuang dan Kampung Pulo pada pagi hari, maka sesuai rencana di hari yang sama kami akan berkunjung ke Kampung Naga dan […]
[…] ada juga situs yang sengaja dicari karena ada catatan kuno tentang keberadaannya. Contohnya Candi Cangkuang dan Kampung Pulo di Garut Jawa […]
[…] Baca juga : Candi Cangkuang dan Kampung Pulo […]