Coklat tentu tak asing lagi buat kita. Si manis ini memang legit tiada tara. Katanya coklat punya banyak manfaat antara lain sebagai antioksidan, menghilangkan galau dan stress, dan lain-lain.
Selain manfaatnya tetapi coklat juga dituding sebagai salah satu biang keladi penyebab karies atau lubang pada gigi. Tentu saja coklatnya berupa produk olahan, seperti permen coklat atau susu coklat. Kasihan, coklat terkena tuduhan. Kalau soal karies gigi sih bukan tergantung pada coklat, yang terpenting adalah bagaimana cara membersihkan gigi setelah makan. Setelah makan coklat seharusnya berkumur yang banyak agar sisa-sisanya larut lalu dilanjutkan dengan minum air. Lebih baik lagi jika segera sikat gigi.
Lalu bagaimana dengan buah coklat asli yang ternyata tidak berwarna coklat?
Pertama kali lihat pohon coklat atau kakao (Theobroma cacao) di halaman rumah tempatku kost beberapa belas tahun yang lalu. Bapak pemilik rumah kost kiranya sengaja menanam sebatang pohon cokelat di depan masing-masing kamar sewaannya. Tiap kamar memang punya halaman sendiri. Pintar ya, pohon coklat bisa sebagai pelindung dan penghijauan tetapi juga bermanfaat secara ekonomi.
Beberapa minggu setelah tinggal di kost itu pohon coklat di depan kamarku ada buah coklat yang matang. Setelah minta izin sama yang punya rumah aku dapat satu buah. Buah coklat yag telah matang itu cukup besar, kira-kira sedikit lebih besar daripada genggaman tangan. Ternyata kulit dan daging buah coklat itu tebal banget. Membelahnya harus memakai pisau. Sepertinya nggak bisa dibanting seperti buah kecapi atau mungkin juga nggak bisa dijepit di pintu seperti buah kedondong he.. he…, tetapi nggak dicoba juga sih. Bagian dalam buah coklat berupa rongga yang berisi banyak biji.
Nah, yang dibutuhkan oleh industri coklat adalah bijinya. Biji yang dipilih dan diproses sebagai bahan baku untuk membuat berbagai macam jenis coklat, sedangkan daging buahnya tidak dimanfaatkan.
Ingin tahu rasa buah coklat yang membuat kami minta dan memetik buahnya. Buah kakao ini langsung tumbuh di batang utama, jadi gampang mengambilnya. Buah coklat yang sudah matang warnanya kekuningan hampir oranye seperti foto atas. Sedangkan buah yang belum matang warnanya lebih cerah, biasanya hijau, merah, atau ungu.
Ternyata setelah dicicip buah coklat itu rasanya asam dan kelat, sedangkan bijinya pahit. Jauh deh rasanya dari permen coklat yang manis menggiurkan.
Pohon coklat banyak terlihat di sepanjang jalan saat pulang kampung ke Lampung. Foto-foto ini pun kubuat di kebun milik seorang kerabat di sana. Penduduk di Lampung banyak yang menanam coklat tak hanya di ladang tetapi juga di halaman rumah. Mungkin di sana harga coklat cukup tinggi ya sehingga warga memanfaatkan setiap jengkal lahan yang dimilikinya untuk bertanam pohon coklat.
Coklat ini berbuah sepanjang tahun. Buah coklat yang sudah dipetik dijual ke KUD (Koperasi Unit Desa). Indonesia termasuk 3 besar negara produsen biji kakao. Sebagai produsen coklat olahan baru mulai dirintis di beberapa kota, seperti Coklat Monggo dari Yogyakarta dan Chocodot dari Garut. Beruntung sudah pernah juga mampir di Coklat Monggo dan melihat sekilas proses pembuatannya. Kunjungan ke Coklat Monggo sebagai bagian dari Wisata Kuliner Yogyakarta.

Proses Pengolahan Coklat
Kutanyakan kepada saudaraku itu bagaimana cara pengolahan coklat. Menurutnya buah coklat atau kakao setelah dikupas diambil bijinya. Kulit dan daging buah dibuang. Biji kakao ditumpuk dan dibiarkan selama beberapa hari agar terjadi proses fermentasi. Proses ini menyebabakan daging buah mencair. Lamanya fermentasi tergantung kondisi lingkungan sekitar, termasuk cuaca.
Proses fermentasi ini juga menghasilkan cairan. Di sebagian tempat cairan ini bisa diolah menjadi minuman.
Kurasa akan sangat menarik jika ada pemodal membuatkan agrowisata petik cokelat, melihat proses fermentasi biji cokelat, sampai jadi produk akhir permen coklat. Aku mau jadi pengunjung pertama, he…he..
lho mba mudiknya kelampung juga ya 🙂
iya Nis.., sama ya?
Duh sudah berapa minggu saya melewatkan Weekly Photo Challenge? :haha. Baiklah, tema close up, kayaknya saya punya satu foto yang terkait dengan ini, semoga bisa saya publish saat sudah di ibukota nanti :)).
Cokelat, hmm… pertama saya menemukan pohon tanaman ini itu di rumah guru kelas 6 SD, di sana ada pohon cokelat, biasanya di sana bijinya dikeluarkan terus dijemur dan digiling, jadi cokelat bubuk. Iya, saya juga baru tahu rasa biji cokelat itu berbeda dengan permen cokelat yang saya kenal juga saat ada di rumah guru saya itu :haha, dan ketika itu saya kaget banget :wkwk.
bener kan rasa coklat asli itu beda banget ya Gar
Pertama kali liat coklat ketika kelas 2 sd dikampung. Ada tetangga kampung yang menanamnya.
Saya mudik lebaran kemaren ke Sekampung, Metro, Lampung.
Selamat lebaran idul fitri 1436H, maaf lahir batin.
nah .. di Lampung warga sudah menanam kakao sejak dulu
Saya dulu menghabiskan masa kecil di Aceh Tamiang… Dekat rumah banyak sekali pohon coklat. Ada teman yang orang tuanya adalah petani coklat. Kami kadang bisa beli coklat dengan petik sendiri dari pohon, harganya sekitar 100 rupiah dulu 😀 Kalau sudah matang rasanya maniss.. tapi saya lebih suka yang agak mengkal.. dagingnya tebal tidak terlalu lembek.
Selamat Idul Fitri ya mak Monda.. Maaf kalau ada salah ^^
wah berarti aku terlalu cepat ya metiknya, coklatnya nggak terasa manis
Belum pernah lihat langsung Bun, cantik juga ya 🙂
Buahnya ternyata besar juga ya. Aku kira selama ini agak kecil gitu seperti kopi, hehehe
Simbah di kampung dulu pernah nanam pohon coklat dan pertama kali lihat buahnya memang bingung, coklat kok tidak coklat? hihihi… soal rasa, belum pernah nyoba karena denger dari saudara yang sudah nyoba duluan, rasanya memang tidak enak.
hehehe…. babang sempat protes waktu saya kasih tahu bahwa ini adalah buah coklat. Kebetulan di majalah Trubus ada salah satu edisi yang memuat ulasan tentang tanaman coklat, disitu judulnya tertulis kakao. Jadi sampai sekarang, babang nggak mau nyebut ini buah coklat, tapi buah kakao
Ide yang sangat bagus Bu Monda, ada agrowisata petik cokelat di Indonesia, proses fermentasi bijinya, sd jadi permen coklat…..
Di negara lain sebetulnya sudah ada (misalny Australia) tapi sumbernya dari susu sapi kemudian diolah bersam coklat menjadi permen coklat…
ooh di sana udah ada, bolehlah diikutin kalau emang bagus ya
saya belum pernah lihat langsung malah bun padahal makan coklat sering banget
iya ya aku juga belum pernah lihat pohon kakao di sekitar kita
Gak biasa ya bun nanem pohon cokelat. Kalau di sini bingung juga kalo berbuah diapain ????
di sana udah bagus jeruknya, fokus di jeruk aja mungkin, dan lidah buaya kalik ya
Rasa buah yang kurang lezat membuat kita belajar sabar menunggu perjalanan panjang cacao hingga jadi aneka sajian coklat lezat ya Mbak.
Memadukan cacao dengan close-up, keren Mbak.
Kereenn mbak, metode update postingan sebelumnya dengan penambahan data sehingga lebih komprehensif. Izin ATM ah…amati tiru lalu modifikasi. Salam cokelat
sengaja mbak update tulisan lama, supaya tak terlalu lama hiatus
bisa2 terbuai jadi malas terus mengisi blog
ironi dalam hidup yg paling awal aku tahu ya ini, coklat yg gak disangka ternyata buahnya begitu mbak
buah coklat nggak seperti permen coklat… nggak romantis ya penampilan buahnya
Hahaha, dulu di Jepang pernah mampir di pabrik coklat. Ada museumnya yang menceritakan sejarah coklat dan bagaimana cara pengolahannya. Kemudian ada juga bagian dimana kita diperbolehkan mengintip (nggak masuk sih, tapi dari suatu lorong dengan jendela besar gitu) pabriknya. Keren banget! Ada banyak orang dan mesin-mesinnya! Hahaha 😀
wah… coba aja ada ynag buat seperti itu di sini ya..
pengalaman berbeda
Pertama lihat pohon coklat di rumah mertua di bengkulu, pohonnya ada di halaman depan rumah.
Mbak… main ke Blitar mbak, ada agrowisata coklat. Namanya kampung coklat. Pernah saya tulis di sini
catatankecilkeluarga.com/2017/01/16/belajar-tentang-coklat-di-kampung-coklat/
*Maaf jadi naruh link disini
langsung ke tkp..
nggak tau soal ini sebelumnya, terma kasih mbak Nanik
iya coklat dari Sulawesi sudah dikenal dunia
sudah lama saya tidak lihat pohon coklat … padahal saya suka coklat lho .. hahaha
gimana ya rasanya makan langsung kakao tanpa diolah dulu … kayaknya pahit ya mba ..
Jadi daging buahnya di buang aja ya mbak, selama ini blm ada yang memanfaatkan? Bisa nggak ya seandainya dagingnya dimanfaatkan buat dibikin manisan… Lidah buaya aja bisa hehe. Semoga nanti ke depannya bisa dimanfaatkan…
Kalau manis, udah ada tambahan gula ya, Mbak. Saya lebih suka coklat pahit 🙂
kalau yang manis ada tambahan gula dan susu…..
[…] pasti beberapa kali mendapati tulisan lamaku muncul kembali. Contohnya tulisan sebelum ini, Cacao A Close Up. Buktinya bisa terlihat ada beberapa komentar yang dituliskan beberapa tahun yang lalu (dan […]