Akhirnya ada juga kesempatan datang ke Kampung Sampireun, Garut, dengan rombongan. Sudah lama ada keinginan itu. Sejak pertama kali melihat video klip almarhum Chrisye yang bernyanyi sambil berperahu dengan latar belakang danau tenang dan deretan rumah tradisional dengan atap ijuk. Video klip yang diputar berulang-ulang itu bikin rasa penasaran makin menjadi. Terlihat pemandangan di sekeliling danau itu sungguh hijau asri, tenang dan damai. Terasa magis. Alhamdulillah begitu juga kenyataan yang ditemui di sana.
Resort Kampung Sampireun ini membangun pondok-pondok penginapan tradisional dari kayu mengelilingi sebuah danau kecil. Atau bolehlah disebut telaga atau situ. Di setiap pondok disediakan perahu-perahu tertambat yang bisa didayung sendiri. Sepasang dayung disiapkan di kamar, berikut beberapa buah pelampungnya.
Ada pula rakit yang dikayuh mengelilingi danau, dilengkapi dengan musik akustik. Aku dan beberapa teman ikut naik rakit dan bernyanyi bersama mereka. Lagu bisa dipilih sendiri sesuai kemampuan ha.. ha.. Sebuah pengalaman yang sangat mengesankan. Jika tak hendak berkeliling danau, rakit pemusik ini bisa dipanggil ke depan pondok kita kok.
Tapi ada yang lebih menarik lagi. Ternyata resort ini sebuah tempat yang peduli lingkungan lho. Pihak pengelola resort melakukan pemilahan sampah, pengolahan air limbah. Bukti ini kulihat di sebuah pojok yang agak terasing dari wilayah penginapan. Walau agak jauh tetapi tetap rapi dan ada papan pengenalnya.
Di pojok di sisi lain yang lebih dekat dengan pintu masuk ada papan pemberitahuan lain. Yaitu papan informasi tentang kegiatan menjaga kebersihan mata air yang mengaliri situ dan menjaga kelestarian satwa. Baru kali ini nih menginap di tempat yang peduli lingkungan seperti ini.
Aku lihat plang informasi ini di pinggir situ.
Wilayah resort Kampung Sampireun ini rupanya adalah daerah jelajah burung Kowak Malam Abu. Baru sekali ini mendengar nama burung ini, jadi terasa asing di telinga. Burung Kowak Malam Abu menurut plang di atas punya nama binomial Nycticorax nycticorax L. Dinamai kowak karena suaranya serak dan keras berbunyi kwak kwak di malam hari. Suaranya mirip dengan suara gagak. Nama lainnya kowak maling, karena burung ini suka memangsa ikan di tambak milik warga.
Dalam bahasa Inggris burung kowak disebut Black-crowned night-heron. Burung kowak malam dewasa memiliki bulu kepala berwarna hitam kebiruan jadi seperti mahkota. Bagian leher dan dadanya berwarna putih. Punggung dan mantel hitam berkilau kehijauan atau kebiruan. Sedangkan warna sayap dan ekor abu-abu. Ada 2 lembar bulu mirip kuncir di kepalanya. Matanya merah dan kaki kuning. Ukuran badannya sebesar ayam.
Burung kowak malam ini adalah jenis burung nokturnal. Nokturnal artinya aktif di malam hari untuk mencari makanan. Siang hari adalah saatnya istirahat dalam kelompok-kelompok di sela-sela dedaunan pohon. Biasanya burung kowak membuat sarang di pohon yang dekat dengan air. Petang hari kowak keluar dan mulai terbang sejak magrib untuk mencari makan. Mangsa dicarinya di sekitar sungai dan aliran air, tambak, rawa dan persawahan. Pantaslah mereka bersarang di sekitar telaga yang diteduhi pohon-pohon rimbun seperti di resort ini.
Burung kowak malam abu adalah carnivora maka makanannya adalah hewan lain seperti tikus, kadal, katak atau anak burung lain.
Beberapa orang petugas kebun di sana kutanyai apakah kita bisa melihat burung kowak malam abu. Mereka bilang tak bisa lihat burung ini di hari yang terang. Keberadaannya hanya terdengar dari suaranya saja, biasanya setelah ashar. Alhamdulillah, sore itu aku beruntung bisa dengar juga suaranya. Mungkin burung-burung itu baru keluar dari sarang. Memang suaranya agak mengagetkan, terdengar nyaring dan serak.
Di plang itu juga ada tambahan informasi yaitu peringatan untuk berhati-hati jalan di bawah pohon,karena bisa terkena bom kotoran ha.. ha…. Burung kowak ini rupanya rajin produksi, Kotorannya ini susah sekali dhilangkan, makanya banyak juga bekas kotorannya yang berwarna putih di mana-mana. Di teras pondok banyak terlihat jejak bom alamiah tersebut.
Burung kowak malam abu bersifat dominan, karena mereka predator. Kalau sudah ada kowak biasanya tak ada jenis burung lain yang aman bersarang di situ. Kowak suka mencuri telur burung, yang membuat kowak disebut juga kowak maling.
Para pemerhati burung pastilah akan dengan senang hati menunggu kemunculan burung kowak malam abu ini di malam hari ya. Mengamati burung atau birdwatching atau birding perlu kesabaran dan daya tahan tubuh. Tujuan pengamatan ini adalah untuk mengenal jenis-jenis burung, ciri-ciri tubuh, lingkungan tempat tinggal, tingkah laku dan gerak geriknya. Untuk melihat burung yang sangat cepat dan aktif gerakannya itu tentu perlu perlengkapan khusus seperti teleskop atau teropong binokular. Dan tentu saja harus punya pengetahuan dunia burung. Kebanyakan para pengamat burung melakukan kegiatan ini sebagai hobi dan rekreasi.
Kampung Sampireun
Jl. Raya Samarang Kamojang,
Kp. Sukakarya Desa Ciparay,
Kec. Samarang – Garut
Kampung Sampireun emang keren ya Mbak, pernah kesana 10 tahun yg lalu. Cuma liat2 aja gak sampai menginap.
suasana kampung seperti ini aku sukaa.., adem tenang asri ya bu
Wisata peduli lingkungan kampung Sampireun yang kondang, kereen mbak Monda. Ikut menikmati keasrian melalui postingan ini. Salam
penginapan yg mengangkat isu lingkungan kayaknya bakal jadi trend di masa depan ya mbak, semoga
Wah.. asyik bener kayaknya ya Kak..
Semoga suatu saat bisa ke sana.. 🙂
aamiin.., istirahat sambil menikmati suasana alam
Waaaa … kak Monda udah duluan kesanaaaa
aku pengen banget dari dulu …
tapi belum kesampean
salam saya
semoga segera bisa ke sana ya oom, enak kok tempatnya
Pasti mahal ya mbak sewa penginapannya, bagus banget gituu
harganya ya memang lumayan ..
udh berlipat2 dr th 2008 ya, mba… perasaan dulu aja mahal bgt buat saya 🙁
Aku penasaran pengen liat burung Kowak. Kak Monda berhadil lihat ga?.
nggak kelihatan Nel.., masih ngumpet mungkin….
cuma dengar suaranya.., pas mau dicari burungnya udah nggak keliahatan
Malah baru denger ada burung namanya kowak
Mirip mirip burung jalak ya, beda warnanya saja…
sepintas mirip jalak ya, beda ukurannya juga
selalu pengen kesana.. beberapa kali merencanakan kesana sama teman atau keluarga tapi selalu gagal… hahahahhaa
romantis ya bun suasana sampireun 🙂
Ah, betapa produktifnya saya menulis jika tinggal di alam seperti di atas. Sungguh, saya sangat terinspirasi. Thanks for this posting Monda?
Dari dulu selalu terngiang nama ini, tapi belum kesampaian juga ingin menikmatinya …
Kalo burungnya ini saya baru denger banget 🙁
Mbak Mondaaaa….pengambilan fotonya yang bawah itu bagus banget lo!
Saya jadi tambah kangen sama Garut.
Trima kasih infonya tentang burung kowak malam abu…duh, saya malah baru tau kalo ada jenis burung ini di Kampung sampireun…hehehe, kemana aja ya saya selama tinggal di Garut?
😛
suasananya adem banget ya mbak, saya jadi pengen kesana deh…:)
Asyik banget kayaknya bun nginep disana..
iya .., suasananya enak deh..,
mba Mondaaaaa…
kampung Sampireun emang keren banget mba…
tapi kesononya harus pake rakit gitu kan yah mba?
Duh, aku juga baru tau tentang burung kowak inih 🙂
nggak harus pake rakit si Er.., ada jalan daratnya juga,
cuma keren deh tas2 kita dianter pake perahu, irit tenaga jadinya kan
Huaaa..burung kowak maling. Kalau aku ke sana,pasti ta tungguin sampai berhasil motret burungnya..
Ni sya punya 1 ekor
sy pernah kesana tp ternyata tempatnya tertutup. Gak boleh masuk kl cuma liat2. Mungkin utk menjaga privasi tamunya kali ya.
wah kampung sampireun ini damai banget ya bunda, apalagi ada suara burung kowaknya tambah nyaman deh, pu pengen deh kesana…
damai ya bu berada disana masuk kealam bener..
ga nyobain foto naek perahu yang seperti dilagu alm crisye bu? 🙂
emm itu judul lagunya alm.crisye “merepi alam” aku juga suka bu tapi belum kesampean ke kampung itu 🙂
nyobain naik perahunya…, walau groginya minta ampun he..he..
Burung matanya merah….
Saya baru tau ini dan ternyata di Semarang