Kunjungan ke rumah kelahiran Bung Hatta di Bukittinggi sudah masuk dalam rencana setelah tahu dari LJ tentang keberadaan rumah ini.
Bung Hatta salah seorang proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia adalah tokoh idolaku. Apalagi setelah baca buku Bung Hatta , pribadinya dalam kenangan, yang disunting oleh putrinya sendiri,Ibu Meutia Farida Swasono, semakin mengetahui pribadinya. Beliau tak hanya seorang yang sangat santun, tertib dan disiplin, tetapi juga penyayang. Beliau sangat suka membaca dan mencintai buku. Sikap membaca dengan cara yang tertib, duduk rapi di kursi dengan buku terbuka di atas meja, tak boleh ada lipatan di bukunya. Koleksinya pun dirawat dengan baik.Tak heran koleksi buku yang sudah berumur puluhan tahun masih ada dan mengisi Perpustakaan Bung Hatta di Bukittinggi.
Yang membuatku terkesan, ketika ada rencana sanering ( pemotongan nilai uang tetapi harga barang tetap,sehingga daya beli masyarakat menurun) beliau tak menceritakan kepada istrinya. Tentu saja Ibu Rahmi Hatta sebagai ibu rumah tangga yang memperhitungkan keuangan keluarga sama terperanjatnya dengan banyak orang. Bukankah itu berarti Bung Hatta seorang pemimpin yang tak mementingkan keuntungan pribadi ?
Rumah kelahiran Bung Hatta yang sempat dimiliki orang lain akhirnya dibeli oleh pemerintah daerah dan diperbaiki seperti aslinya.
Rumah berlantai dua ini bukanlah rumah gadang, tetapi tampaknya masih mengikuti pakem rumah gadang, dinding bagian depan rumah terbuat dari papan dan dinding belakang dari anyaman bambu, ada rangkiang (lumbung padi), dapur yang terpisah di belakang dan ada kamar bujang di dekat dapur. Ada juga kandang kuda yang sudah kosong dan bendinya. Rumahnya sangat asri dan cantik ya. Untuk masuk ke rumah ini gratis dan hanya mengisi buku tamu yang ditunggui oleh seorang ibu petugas, tampaknya dari Pemda setempat.
Rumah ini menyimpan koleksi benda-benda asli milik keluarga Bung Hatta,ada perangkat furnitur, mesin jahit tua, sepeda ontel ,foto-foto dan silsilah keluarga.

Kamar orang tua Bung Hatta terletak di lantai dua, sedangkan di lantai bawah adalah kamar-kamar para pamannya. Kamar bujang ini untuk anak lelaki yang sudah akil baliq, mengikuti tradisi lama di mana anak lelaki tidak lagi tidur di rumah orang tua, tetapi di surau.
Sungguh terkesan datang ke sini karena rumah dirawat apik, bersih dan asri sehingga tampak cantik.
saya juga kagum dengan bung hatta,.. saya mengkoleksi buku buku beliau… wah semoga satu hari bisa kesana deh…. terima kasih sharingnya
trims kembali ya
beliau negarawan hebat ya
Gema detik-detik proklamasi yang disemangati putra Indonesia kelahiran Bukik. Trim mbak Mon, boleh ikut belajar di sini.
iya mbak, ngepasin dengan momen 17 Agustus he..he..
yang punya acara akhirnya inspeksi langsung ke lokasi.. beneran gak yang ditulis sama eMak.. 😛
rumah ini menyenangkan, aku betah di sana.. andaikan boleh nginep, kita nginep berdua ya kak.. klo sendirian kuatir kursinya muter sendiri.
he..he.. mau pilih kamar yang mana Mak ?
saya juga kagum dengan bung hatta, terutama tentang konsep ekonominya, yang makin kesini ternyata makin menjauh semangatnya dari pemikiran bung hatta. sekarang cenderung kapitalis.
bu mon, kayaknya safari ramadan nya keliling sumbar ya? 🙂
sebelum Ramadhan ke Sumbar, cuma kok nggak abis2 ya ceritanya he..he…
saya hanya menyesalkan kenapa rumah seperti itu harus dijual, tapi alhamdulillah udah dibeli lagi oleh pemerintah
salam kenal mbak monda 😀
salam kenal juga ya boll
terima kasih sudah mampir
bung Hatta..sosok yang tidak haus kekuasaan…saya salut dan bangga dengan beliau…suatu waktu juga saya akan berkunjung ke-rumah-nya 🙂
aamiin, aamiin
keren yah Bung Hatta
bisa gitu lho tahan rahasia gak ngasi tau klo duit mo dipotong
padahal klo pejabat sekarang mah kayaknya udah pasti nimbun barang tuh
emang dari dulu sosok Bung Hatta selalunya penuh kesederhanaan ya Kak
beruntungnya kak Monda sudah sempat mampir ke rumah Bung Hatta.
hebat beliau ya… orang yang teguh pada prinsip
untung saja rumah peninggalan Bung Hatta bisa dimiliki kembali oleh pemerintah ya
ya, pemda sudah paham aset sejarah yang harus dijaga
semoga tetap terpelihara
[…] kota kelahiran proklamator Bung Hatta pernah menjadi ibukota pemerintahan darurat Republik Indonesia di tahun 1948. Bukittinggi […]
syukurlah masih terawat tuh peninggalannya
suka miris dengan penguasa negeri ini yang kadang cuek akan artefak sejarah
alur sejarah dibikin sesuka hati gimana situasi politiknya
hadeuh..
Negarawan yang sederhana
Saya merasakan perubahan uang 1000 menjadi 1
Mau nonton bioskop di Jombang, HTM semula 300 kok menjadi 3 rupiah (kan berarti 3000 rupiah)
Langsung balik bakul-pulang dengan kuciwo, uang gak cukup padahal sudah ngonthel 8 km lho….
Salam hangat dari Jombang
Kak Monda,
Aku pernah berkunjung ke Bukittinggi, dan melintasi rumah Bung Hatta… tapi sayang sekali tidak sempat mampir krn keterbatasan waktu yang ada
Salam,
wah, sayang ya, waktu kemaren aku ke Bukit Tinggi ndak sempat singgah ke museum ini..
Terharu lihat foto Mba Monda di depan ranjang kelahiran Bung Hatta. Semoga suatu saat bisa kesana. Amiin
[…] Rumah Bung Hatta ini adalah rumah tempat almarhum Bung Hatta dilahirkan.Ini kunjungan kali kedua bagiku . Kembali mengunjungi Bukittinggi menghadiri pernikahan sahabat baik, dan di sela-sela acara tentu disempatkan tour de Ranah Minang lagi. Posting ini menyesuaikan dengan tema WPC window, makanya foto difokuskan ke jendela. Foto-foto lain bisa dilihat di Bung Hatta Kita […]
[…] kota kelahiran proklamator Bung Hatta pernah menjadi ibukota pemerintahan darurat Republik Indonesia di tahun 1948. Bukittinggi […]