Situ Patengan dan Patenggang itu ternyata tempat yang sama, ucapan dan tulisan tidak sama, sudah seperti kaidah bahasa asing saja ya. Karena penasaran sempat kutanyakan hal ini pada tukang perahu lho. Katanya, mungkin lebih gampang menyebut Patenggang sehingga nama ini yang lebih terkenal.
Dan, ternyata bukan hanya aku yang tak paham. Di bis, diadakan permainan merubah nama menjadi deretan angka dengan patokan tuts telpon. Si teman pembawa acara menyebut Situ Patengan, tetapi semua merubahnya menjadi deretan angka yang melambangkan Situ Patenggang.
Situ Patengan ada di Ciwidey yang telah diceritakan di tulisan dengan judul Strawberry Fields Forever di kaki gunung Patuha. Kami datang ke Situ Patengan setelah dari Kawah Putih. Situ ini dikelilingi oleh pohon teh diselingi dengan pohon kayu manis, bagian dari perkebunan teh Rancabali. Karena ada perkebunan teh pastilah pemandangan hijau terhampar sepanjang jalan, kebun teh di manapun selalu menawan bukan ?
Seperti umumnya tempat-tempat lain di Nusantara, hampir selalu ada legenda tentang terjadinya suatu tempat. Legenda terjadinya Situ Patengan ini adalah kisah sepasang kekasih, Ki Santang dan Dewi Rengganis yang dipertemukan di tempat ini, di pulau berbatu di mana ada batu besar yang disebut Batu Cinta. Untuk ke Batu Cinta ini tentu saja harus berperahu. Pilihannya ada perahu angsa, perahu motor atau perahu dayung.
Naik perahu ini sebetulnya penuh perjuangan batin untukku, he..he…. Naik perahu dayung rasanya gamang, goyang, oleng sewaktu baru mulai bergerak, takut karena tak bisa berenang. Penakut tetapi tak mau ketinggalan serunya pengalaman berperahu di situ yang tenang dan indah. Alhasil, selama menuju pulau hanya diam dan senyum saja tak ikut keceriaan teman-teman, masih menikmati rasa gamang. Selama di perahu, aku kok jadi teringat fiksi karya salah satu teman blogger yang mengambil setting di sini, kisah cinta penumpang dan pengayuh perahu yang ternyata seorang mliuner (jangan-jangan si tukang perahu kami ini seorang konglomerat juga ya, he..he…) ……, kucoba mengingat karya siapa ..tapi belum berhasil. Acungkan tangan dong penulisnya.
Untuk naik perahu ini harus membayar lagi di luar harga tiket. Harga perahu tergantung negosiasi dengan pendayung perahu. Perahu yang kami naiki menarik tarif Rp 20 ribu per orang. Muatan perahu cukup banyak. Bisa muat lebih dari 18 orang.
Di pulau ini banyak titik yang indah untuk berfoto. Ada batu besar berbagai ukuran dan tinggi. Ingin naik ke batu yang terbesar, paling tidak setengah ketinggiannya, tak mau membatalkan niat meskipun terpeleset. He..he.. emak-emak naik ke tempat tinggi tentu saja tak selincah remaja belia, naik dan turunnya harus merayap. Penasaran kapan lagi ke tempat ini kan…?
Untunglah sepulang dari pulau, suasana hati sudah lebih baik, rasa takut sudah berkurang, dan bisa menikmati perjalanan.
whuihh, asiknya yang naik perahu ke batu cinta..
situ patengan di ingatan emak itu seukuran telaga.. emak hanya sekali ke sana, di tahun 90-an, waktu itu masih banyak bagian yang tertutup enceng gondok.
waktu itu nggak nampak eceng gondoknya, udah dibersihkan mungkin mak
atau nggak keliatan krn kami cuma fokus ke batu cinta itu aja
situ patengan.. wait for me!
Saya taunya juga Situ Patenggang…
Ternyata sama dengan Patengan ya Bu
Padahal Panggang dan Pangan kan nggak sama
Iya nggak sama pak, sate itu dipanggang dulu baru bisa dipangan
Terus, satenya mana? 😀
tempatnya bagus … asyiknya bisa naik perahu …
aku pernah ke Situ Patengang masa kuliah di Bandung dulu mbak!
Hawa dinginnya maknyusss….plus makan jagung bakar, mantep banget!
kami nggak makan jagung bakar… rugi ya…
enak mungkin ya kalau bisa kemah di situ ..
Aku kemarin berusaha jalan di atas kayu yang berada di atas telaga saja rasanya sudah trataban, merinding. Bu Dokter koq ya berani naik ke batu itu ya? #geleng2.
Perahunya cetek, menakutkan.
Aaaaaaaaaaaah, menakutkan semuanya, tapi pemandangannya indah. 🙂
makanya di perahu aku deketan sama yang pintar renang he..he..
tp kl sy di suruh naik perahunya pasti suka ada rasa deg2an gimana deh mbak 😀
toss ah samaan…he..he..
oalahhh gitu rupanya
pas baca judul tadi kupikir kurang huruf eh gak taunya hehehe
kak, gak tahan hatiku liat kakak bergaya di atas batu itu lho hihihihi … mestinya berdua si abang tuh difoto disitu, pasti lebih keren lagi.
he..he.. bisa2 diketawain sama si abang … sok masih muda aja naik2 batu gitu
Asyik banget tuh tempatnya, kelihatannya sejuk juga ya…
sejuk, khas hawa pegunungan
Wkwkwkwk, mbak aku pernah nulis fiksi tentang Patenggang
Ceritanya tukang kapalnya punya kebon teh 😛
Itu bukan ya… yang Bu Mon maksud, atau bukan? 😀
Pengen ke sana lagi euy… pas aku ke sana, pas sepi gitu… jadi naiknya cuma 10 ribu hehe 😀 Padahal yang naik cuma berdua… 😀
Aku pernah baca tulisan Una yang itu..keren!
Btw, mba .. rasanya tiap saya kesana ga ada yg menarik buat dibahas karena keseringan pergi dan bukan buat jalan-jalan. Tapi bawa ice box yang segede-gede apa tau.. jadi ga pernah terasa romantis.
Kenapa auranya beda ya? Apakah ada yang salah dengan diriku ini? hihi..
ntar ke linknya Una dulu deh…, he..he…, ingatan sudah melemah nih..
betuul…rupanya tulisannya Una..he.he.., maaf ya lupa..
Putri duyung cantik dengan pose bak peragawati profesional lho jeng.
Terus terang sepanjang hidup ini saya belum pernah melihat dan piknik ke danau lho, kecuali ke Bendungan Jati Luhur.
Apik pemandangan dan modelnya
Salam hangat dati Surabaya
jadi pengen kesana saya..
Dari mulai perjalanan sampai ke tempatnya sangat asyik untuk dinikmati ..
Ciwidey memang membetahkan .. Sayang terlalu sore saya dulu ke sana karena jika sore tertutup kabut yang menyebabkan pandangan di perjalanan jadi terbatas.
Trims Bun, kapan2 saya ke sana lagi he he
Bu Mon jalan2 teyus ya
Pengeeen 🙂
menjelajah bandung ya bunda? zemangat bersenang-senang ya bunda, jangan lupa coba juga jajanan kulinernya 🙂
belum pernah kesini nih… tempatnya bagus banget ya… harus jadwalin jalan jalan keliling indonesia nih… hiks…
Berati sekali dayung pemilik perahunya dapat lumayan ya mbak kalau 1 orng 20rb :).
Pemandangannya keren banget ya mbak, meskipun naik perahunya menakutkan 🙂
Asslaamu’alaikum wr.wb, mbak Monda…
Dalam kesempatan yang ada (sibuk) hari ini, saya dengan hati yang tulus ikhlas ingin mengucapkan SELAMAT HARI RAYA IEDUL ADHA 1433H.
Semoga takbir yang bergema membawa seribu keberkatan bersama-sama erti pengorbanan sebenar.
MAAF ZAHIR DAN BATIN.
Salam Iedul Adha dari Sarikei, Sarawak.
Foto pemandangan indah.
Saya pernah pergi ke sekolah naik perahu mbak.
Hehehe… memang seperti puteri duyung aja kayaknya.
Cantik dan jelita. 😀
oh…, kak dahulu rumah dekat sungai besar ya?
ha..ha..putri duyung yang nggak bisa renang itu kak
Karena saya bisa berenang, sepertinya saya mesti jalan2 ke situ patengan ini juga ya… 😀
Teteup, ada foto2nya 🙂
foto is number one Kin, he..he…
kalo naik perahu seperti itu aku jadi membayangkan yang enggak-enggak, mbak. 😀
karena belum bisa berenang.
sama dong nggak bisa berenangnya,
les renang yuk
mendung ya bunda? fotonya gelap semua.. >_<
gelap…?
ntar deh dikasih terang dikit lagi,
trims Niee
🙂 bunda monda, ikutan kontes citra ga?
thanks info kontesnya ya uni
situ patengan..?
suer aku kangen ciwidey
berapa puluh taun ya ga ngadem di kawah putih trus berendem di cimanggu…
cimanggu?
nah ini belum tau lho..
Jadi kangen dengan main perahu-perahu an, sunguh hal yang menarik jika dapat Kopdar sambil main Perahu-perahuan. *siap-siapin rencana*
di Bukit bisa main perahu di mana ya…?
ke Maninjau ya riz?
Wah dirimu sudah kesana ya kak….diriku masih rencana….:)
Indah banget tempatnya ya? Dan dengan berperahu pula, asyik banget itu kak, ntar ajak siapa kesana ya? Jd ga sbr deh eike, hihi…. ingin tampak spt putri duyung jg…:D
Kalau saya sih bisa berenang tapi kalau jatuh ke sungai kan takutnya ya panik itu……
jadi kalau panik bisa lupa cara berenang ya Zy?
Cuacanya masih dinginkah?
saya dulu kesana tahun 2008, bayar perahunya masih 15 ribu per orang. Nggak pake tiket masuk karena kesana naik angkot, barengan ama para pedagang strawberry, langsung turun di dalam
saat itu cuma sejuk aja karena sudah siang juga sih…
Aiih…cantiknyaaa si putri duyung yang ini.. 🙂
Ah, ini satu lagi tempat yg selalu batal terkunjungi selain Kawah Putih…*langsung dicatet tebal2 deh..*
Kalo ga salah Bun, di legendanya Ki Santang dan Dewi Rengganis itu harus berpisah di Batu Cinta, makanya jd lebih terkenal dg sebutan situ Patenggang, karena dlm bhs sunda patenggang itu artinya (kurleb) berjauhan.
Etapi karena itu cuma dongeng belom tentu benar jg ya Bun hihihihi
nambah satu kata Sunda lagi deh, …patenggang,
ada juga yg nulis asal namanya dari pateang-teangan , kl nggak salah he..he..
[…] Di sekeliling kita tentu saja ada berbagai bentuk geometri, yang mungkin tidak disadari. Entah apakah cocok dengan tema ini adalah bagian depan dari perahu dayung di Situ Patengan. […]
saya masukkan ke daftar tempat yang pengen dikunjungi Mba Monda. huehehehe. Indah kayaknya tempatnya ya
cakep Dan…
Aku juga pernah ke Batu Cinta itu. Tapi kayanya cukup tahu aja ga pengen repeat order hehe. Diceritain sejarahnya ga?
sejarahnya cuma baca di batu prasastinya , cerita lengkapnya belum tau
[…] Batu Cinta ini bisa dilihat di Situ Patengan, dan cek juga penanda lainnya yang ada di […]