Ada suatu masa di saat rajin sekali ikut Weekly Photo Challenge yang diadakan oleh The Daily Post (blog yang dibangun oleh admin wordpress.com). Dari posting harian The Daily Post banyak yang bisa dipetik mulai dari inspirasi menulis dan foto, hingga tips tentang blogging dan fotografi. Setelah berjalan 6 tahun, blog ini tak akan membuat konten baru lagi.
Punya dua buah blog, kadang-kadang kuikuti tantangan foto di semua blogku he.. he… karena bisa dapat tambahan kunjungan dari blogger mancanegara yang blognya kuikuti. Menyayangkan juga sih sebetulnya WPC (Weekly Photo Challenge) ini harus berakhir, sebab banyak sekali foto-foto keren karya fotografer profesional dan hobbyist yang bisa dinikmati.
Tema terakhir di penghujung bulan Mei sebagai tema perpisahan adalah All Time Favorites menandai berakhirnya serial photo challenge. Peserta diminta memilih foto yang paling disukai selama ikut tantangan ini.
Dari sekian foto yang kuikutkan yang paling kusukai adalah foto dengan tema “Journey”, yaitu foto di atas. Tema ini diberikan pada bulan April 2012 oleh salah seorang admin, Sara Rosso. Ia memberi contoh foto stasiun kereta api. Menurutnya “This train station means the beginning or the end of a journey for many people; for others it’s a daily stop as they commute or one link in the chain of a series of destinations.”
Mengapa foto Journey ini paling kusuka? Yuk aku ceritakan latar belakangnya. Ada beberapa alasan.
Alasan pertama
Foto ini tak serta merta diikutkan begitu keluar tema challenge. Cukup lama membolak balik arsip foto, tak juga kutemukan foto yang cocok untuk diikutkan. Ide baru timbul setelah blogger mak Ysalma menampilkan foto perjalanan spiritual pengunjung Candi Borobudur. Perjalanan tak hanya berarti perjalanan fisik dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi juga perjalanan jiwa dan batin ke arah yang lebih baik, juga perjalanan menuju masa depan yang cerah. Terima kasih mak Ysalma untuk inspirasinya.
Alasan kedua
Foto ini adalah stock foto, bukan dibuat setelah ada tema. Foto dari sebuah keluarga ini dibuat setelah rentang waktu yang cukup lama. Kedua anak di foto ini telah kuperhatikan selama kurang lebih dua tahun. Sering sekali bertemu mereka sore hari saat sedang menunggu kedatangan bis kota yang akan mengantarkanku pulang ke rumah. Bergantian ayah atau ibunya yang menjemput mereka pulang sekolah. Mereka cukup familiar sehingga bisa membuatku menulis caption “Perjalanan rutin pulang ke rumah dijalani setiap hari demi sebuah perjalanan yang lebih jauh dan panjang, perjalanan menuju kemandirian di masa depan”.
Entah apa yang mengerakkanku hingga akhirnya mereka kupotret dengan telepon genggamku. Mungkin karena kulihat keluarga ini berbeda. Anak-anak lain pulang sekolah tak dijemput orang tua, melainkan bergerombol melewati persimpangan ramai di bawah fly over Jatibaru di bilangan Tanah Abang, malah terkadang main lempar batu kerikil, seolah meniru anak-anak remaja yang suka tawuran.
Alasan ketiga
Lama tak naik kendaraan umum dan beredar di lingkungan lalu lintas yang ramai aku merasa ada kerinduan untuk memperhatikan aktivitas di jalan. Ada sesuatu yang bermakna atau memberikan kesan mendalam tentang sejuta kisah kehidupan manusia di keramaian. Aku rindu pada kegiatan fotografi jalanan.
Alasan keempat
Foto sederhana ini mampu menarik para blogger keren untuk menuliskan komentar yang juga menimbulkan inspirasi untukku. Komentar asli bisa dilihat di tulisan yang ini ya. Kukutip komentar mereka (beberapa di antaranya sudah tak aktif lagi, bahkan beberapa blog sudah ditutup) sebagai kenang-kenangan. Komentar kuedit sedikit untuk mencegah double content.
“aku jadi teringat dengan sosok almarhum ayahku” (Bensdoing)
“sudah langka pemandangan orang tua antar jemput anak berjalan kaki” (Applaus Romanus)
“sebuah potret orang tua yang sayang kepada anak” (Mamanya Kinan)
“perjalanan rutin ini mungkin akan menjadi kenangan manis bagi kedua anak itu kelak” (Mechtadeera)
“perjalanan awal disambung perjalanan berikut untuk generasi penerus” (Bunda Lily)
“dan saya mendapat pelajaran berharga dari photo ini. Saya ingin punya waktu bersama keluarga kelak, mumpung masih muda saya harus sukses agar bisa mendapatkannya, waktu muda di tukar agar waktu di depan saya dapat, agar punya uang dan waktu. Saya menangkap (maaf) si bapak menjemput berjalan kaki karena punya waktu tapi uangnya kurang, dan orang2 yang kena kemacetan itu punya uang namun tidak punya waktu. Di antara kemacetan itu ada orang2 yang tidak punya uang dan tidak punya waktu contoh saya saat ini” (Ardiansyah Pango Darwis).
Untuk Anda yang juga pengikut Weekly Photo Challenge, adakah foto yang paling disuka?