Bangunan sejarah peninggalan kolonial Inggris banyak yang masih bertahan di Kota Bengkulu. Ibukota propinsi Bengkulu sudah dikenal sarat dengan sejarah. Peninggalan sejarah dari berbagai era ada di sini. Pasti para penggemar wisata minat khusus sejarah akan sangat menyukainya. Sebutlah ini sebagai heritage trail yaitu perjalanan menapaki jejak-jejak sejarah berupa bangunan-bangunan tua sarat makna. Di kota Bengkulu ada 5 buah bangunan peninggalan kolonial Inggris yang masih tetap bertahan.
Pemerintahan kolonial Inggris menguasai Propinsi Bengkulu selama lebih kurang 140 tahun (1685 – 1825).
Darimana kita mulai?
Bangunan-bangunan peninggalan penjajahan Inggris di Indonesia itu letaknya berdekatan di wilayah yang disebut Kampung. Penamaan ini mungkin merujuk pada Kampung Cina yang ada di sekitar lokasi itu juga. Di sini bangunan peninggalan Inggris bercampur baur dengan rumah bergaya Cina. Wilayah ini kemudian berkembang menjadi area komersial. Ada banyak toko, pasar dan sebuah kantor pos bergaya tahun 60an, alun-alun dan view tower yang tak berfungsi maksimal.
1. Gedung Daerah, rumah Raffles di Bengkulu
Di kota Bengkulu ada sebuah rumah megah yang dulu pernah dihuni oleh para gubernur jenderal Inggris, salah satunya yang sangat terkenal adalah Thomas Stamford Raffles. Lokasi bangunan ini di Pasar Jitra. Kalau naik angkot cari saja yang ke jurusan Kampung, bisa turun persis di depan bangunan bersejarah ini.
Nama Raffles banyak tercatat dalam sejarah Indonesia. Namanya disematkan untuk bunga padma raksasa Rafflesia arnoldii. Bunga itu sudah sangat identik dengan propinsi Bengkulu. Karenanya Bengkulu juga dapat julukan Bumi Rafflesia. Selain itu Raffles juga menghasilkan buku sejarah yang sangat terkenal, The History of Java, juga mendirikan Kebun Raya Bogor.
Rumah bekas tempat tinggal Raffles di Bengkulu sampai kini masih tetap apik setelah tentunya direnovasi. Rumah berubah fungsi menjadi rumah dinas gubernur yang dinamakan Gedung Daerah Balai Raya Semarak.
Gedung putih berhalaman luas ini akan ramai pada sore hari. Pengunjung banyak datang untuk melihat rusa tutul Axis axis. Rusa-rusa jinak itu mau makan dari tangan pengunjung. Makanannya adalah pepaya yang dijual oleh ibu-ibu di luar pagar.
Di depan gedung ada sebuah lapangan, bisa dibilang alun-alun deh. Banyak kegiatan yang mengambil tempat di sini. Pada hari Minggu pagi biasanya ada kegiatan olahraga, seperti jalan santai, bersepeda. Dahulu aku sering ikut senam jantung sehat di sini. Setelahnya bisa sarapan di pasar Barukoto, ada lontong sayur Padang enak he.. he.. atau kalau lebih suka Chinese food ada juga di ruko-ruko seberang Gedung Daerah.
2. Tugu Thomas Parr
Berjalan kaki santai tak sampai 10 menit dari Gedung Daerah akan tampak sebuah bangunan kecil yaitu Tugu Thomas Parr. Tugu berbentuk segi delapan dengan beberapa pilar ini beratap kubah membulat. Pintu masuk ke tugu ini ada tiga buah di depan, samping kanan dan samping kiri. Di dinding ada sebuah prasasti yang tak tebaca lagi akibat dirusak tangan-tangan jahil. Prihatin sekali.
Karena bentuk kubah yang bulat itu makanya orang Bengkulu menyebutnya dengan nama kuburan bulek. Kuburan bulek artinya kuburan bulat.
Kok kuburan sih?
Menurut definisinya tugu atau monumen adalah suatu bentuk bangunan yang didirikan untuk memperingati suatu peristiwa yang bersejarah. Nah, tugu bernama kuburan bulek ini memang kuburan atau maosoleum untuk Thomas Parr.
Thomas Parr itu sendiri adalah salah seorang residen dari pasukan Inggris di Bengkulu. Waktu itu rakyat Bengkulu memberontak menentang kesewenang-wenangan penjajahan, dan Thomas Parr pun tewas. Kejadian ini pada 1807. Oleh Inggris setahun kemudian dibuatkan bangunan mausoleum ini. Bagi masyarakat Bengkulu kuburan ini dipandang sebagai bukti mereka tak takluk pada kolonialisme, tetapi melawan sekuat tenaga. Kuburan bulek adalah bukti perjuangan rakyat Bengkulu terhadap penjajahan dari bangsa asing.
3. Benteng Marlborough
Benteng Marlborough adalah sisa bangunan peninggalan Inggris di Bengkulu yang paling dikenal. Cukup berjalan kaki beberapa menit dari kuburan bulek sudah tampak bentuk bangunan benteng yang persis di samping gerbang masuk Kampung Cina.
Benteng yang dibangun awal abad 18 (1713- 1719) bernama resmi Fort Marlborough. Nama benteng ini diambil dari nama seorang bangsawan dan pahlawan Inggris, yaitu John Churchil, Duke of Marlborough I.
Namun nama Marlborough ini berubah di lidah orang Bengkulu. Mungkin mereka kala itu tak terbiasa dengan nama asing dengan jumlah konsonan yang berurutan sampai tiga buah. Benteng Marlborough mendapat nama baru yang lebih mudah diucapkan oleh orang lokal, Malabro. Sebutan Malabro yang tak membuat lidah terpelintir itu bertahan sampai sekarang. Samalah kebiasaan ini dengan daerah asalku di Tapanuli sana yang tak bisa mengucapkan kata dengan dengan dua atau lebih konsonan tanpa huruf vokal di antaranya.
Bangunan benteng yang jika dilihat dari atas menyerupai kura-kura ini berdiri di sebuah lahan seluas sekitar 44.100 meter persegi. Benteng menghadap ke arah selatan. Bentuk benteng ini sesuai dengan desain asli bangunan yang lazim dibuat di abad ke-17. Benteng dikelilingi parit dan ada jembatannya, terletak di pinggir laut. Nanti akan kubuatkan tulisan khusus mengenai benteng ini, sayang masih banyak foto-foto yang ingin ditampilkan.
Kabarnya Fort Marlborough bukanlah satu-satunya benteng Inggris di Bengkulu. Sebelumnya ada Fort York yang puing-puingnya hampir tak ada lagi. Fort York ditinggalkan karena tergerus erosi dan banjir dari laut dan dibangun Fort Marlborough sebagai penggantinya.
Sebuah sekolah dasar negeri dan beberapa bangunan lain sudah berdiri di atas lahan Fort York, letaknya diperkirakan di atas atap benteng. Pusat Arkeologi Nasional pernah mengadakan penelitian, tetapi diduga puing Fort York yang tersisa hanya seluas 20 meter persegi.
4. Makam Inggris
Bukti lain tentang peradaban yang dibangun East India Company di Bengkulu yaitu adanya makam Inggris (the Christian Cemetery). Jaraknya juga dekat dari benteng Marlborouh kurang lebih sekitar 800 meter ke arah timur. Masih bisa jalan kaki saja, tak usah cari angkot. Makam ini adalah makam untuk ratusan tentara yang meinggal di masa awal kolonisasi. Mereka wafat karena berbagai penyakit tropis akibat sanitasi buruk seperti kolera, malaria, disentri, dan juga korban perang.
Seingatku 20 tahun lalu makam ini penuh sesak, banyak nisan besar bertebaran berantakan. Tetapi waktu itu cuma lihat dari luar, nggak masuk ke dalamnya. Seram. Penampilannya ya seperti pemakaman pada umumnya.
Tetapi kini makam Inggris tampil berbeda. Ada gapura putih di pintu masuk. Lahan pemakaman sudah ditumbuhi rumput hijau. Nisan yang masih ada hanya tinggal sedikit dan ada jarak cukup besar antar nisan. Kesannya kompleks ini jadi setengah kosong.
Area makam Inggris tadinya ada sekitar 1.000 nisan berbagai ukuran yang artistik dan monumental. Luasnya kurang lebih 4,5 hektare. Kok kini menyusut banget, terlihat jauh mengecil, kabarnya hanya tersisa 53 makam. Lahan makam sebagian sudah dibangun gereja dan bangunan lain, juga rumah tinggal.
Ketika kami datang, ada anak-anak bermain di area pemakaman, memang rumahnya di situ dalam kompleks makam. Di sudut lain lagi ada seorang bapak yang tertidur dalam gubuk di bawah pohon cemara. Nisan yang tersisa sebagian miring, prasasti tak terbaca, bahkan dijadikan tempat jemur. Dari jauh kulihat di dalam rumah juga ada nisan.
Thomas Stamford Raffles datang ke Bengkulu disertai istri kedua Sophia Hull, beserta kelima anak mereka. Buruknya sanitasi di masa itu menyebabkan 4 anak mereka wafat dalam usia balita. Sayang, nisannya tak terlacak lagi.
.
Menarik sekali. Rasanya Inggris tak lama sekali menjajah Indonesia tapi banyak juga peninggalannya di Bengkulu.
iya tak lama mbak.., tapi cukup banyak juga peninggalannya yang mampu bertahan
terima kasih sudah ke sini mbak
[…] diabadikan di halaman depan Gedung Daerah, rumah dinas gubernur Bengkulu. Gedung ini adalah sebuah bangunan tua peninggalan kolonialisasi Inggris di Bengkulu. Gedung ini pernah ditempati Raffles saat menjabat sebagai Gubernur Jendral di […]
Bagian dari sejarah perjuangan bangsa yg melekat di hati ya mbak.
betul mbak, hi.. hi.. masih tentang Bengkulu, nggak habis2
sayang kak tugu thomas parr nya dibelakangnya itu pasar
iya itu di foto keliatan atap pasarnya
Pas banget nih postingannya. Rencana pengin ke Bengkulu tahun ini. Makasih infonya Mbak
mudah2an bisa membantu ya mbak…
ada beberapa artikel lain tentang Bengkulu di sini mbak
he.. he.. promosi
Aku pernah mampir ke Bengkulu tapi udah lamaaaa banget :). Banyak yg bisa dilihat yaaa
kalau yang suka sejarah emang cocok banget ke Bengkulu ya mbak
Berarti dulu disini banyak pos pos tentara asing ya kak pas jaman penjajahan..nggak terbayang ya mereka berseliweran di Bengkulu…
iya cuma Bengkulu nggak menguntungkan buat Inggris, cuma ada lada di Bengkulu
jadi high cost he.. he..
biaya perjalanan ke sisni mungkin terlalu boros, makanya Inggris ajak Belanda tukar guling tanah jajahan
supaya jajahannya dekat2 , Singapura dan Malaysia
Melihat Benteng Marlborough terlihat terawat, seperti Benteng di Yogya yang dilewati minggu lalu. Berbeda dengan di Solo, bentengnya kelihatan kurang perhatian. Saya hampir tiap hari lewat sana. Kalau dirawat mungkin akan nambah keasrian.
Bu Monda kalo ke Solo nanti saya antar deh, selain keliling keraton, kampung laweyan, benteng di SOlo kalo bu Monda yang nulis mungkin pas 🙂
terima kasih ya mbak Lelly tawarannya mau nganter aku..
mudah2an ada kesempatan ke sana
iya benteng Vastenburg Solo itu katanya milik swasta, jadi agak susah buat dirapihkan
Wah aku paling suka nih jelajah bangunan yang penuh nilai historis gini kak monda, walau ga menutup kemungkinan kadang begidik karena umur bangunannya yang jauh lebih tua daripada kita sebagai turisnya
kalau agak2 ngeri gitu musti cari teman yang mau diajak menjelajah obyek sejarah dong Nita
Melihat bangunan2 kuno yg masih terpelihara seringkali takjub dengan kekokohan / keindahannya ya mba Monda.. Klo yg tidak terpelihara sayang sekali…
betul mbak…, kalau dipelihara dengan baik mana tau itu gedung2nya masih bisa difungsikan ya…
bisa nambah cantik kota dan jadi pemasukan daerah juga
Wah gak nyangka begitu lama Bengkulu dijajah Inggris.
Benteng jaman dulu kokoh dan juga artistik.
perlu dipelajari mungkin ya da, kenapa benteng tetap bertahan
Bengkulu kan sering banget gempa
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Monda…… banyak sekali tinggalah penjajah kolonial baik Ingegeris atau Belanda yang menunjukkan sejarah penaklukan mereka sebelum kemerdekaan dicapai ya. Mudahan semua monumen tersebut menginsafi kita agar jangan ada lagi bangsa lain menjajah generasi kita akan datang secara fizikal. Amat perit mengenangkan perjuangan para pemula kemerdekaan. Bila menontong filem Sang Kiyai, saya terkesan dengan penderitaan rakyat dan berharap tidak akan berulang lagi.
Salam manis dari Sarikei, Sarawak di Tahun Baru 2017. 🙂
wa alaikum salam,
betul kak.. peninggalan sejarah bisa jadi pelajaran dan pengingat supaya kita tetap rukun, supaya jangan mau terpecah belah dan disusupi bangsa asing lagi seperti dahulu kala
Ternyata tragis juga ya hidup Raffles di Indonesia, kehilangan istri, nikah lagi dan anak-anaknya meninggal juga..
Sepintas rumah rafles seperti istana di Bogor, soalnya ada rusanya mbak
tapi lebih gede dan megah istana Bogor ya mbak
rusanya juga lebih banyak
Pengen rasanya menjelajah satu peratu tempat peninggalan sejarah dengan belajar sejarah. Kadang banyak tempat bersejarah yang terbengkalai.
ada keasyikan tersendiri lho kalau ke situs sejarah, suka bayangin kehidupan masa lalu
dan bisa jadi detektif, menebak2 kejadian jaman dulu
Someday mau coba tengok bengkulu mbak.
aamiin ..
Menyenangkan ya kalau bisa menjelajah peninggalan sejarah, mungkin serasa menembus waktu. berbagai bangunan itu menjadi saksi sejarah
jadi bisa bayangin kehidupan masa lalu mbak
Keren banget tempat-tempatnya.
Unik-unik juga.
Karena di daerah lain rata-rata peninggalan Belanda, tapi di Bengkulu bangunannya peninggalan Inggris.
waaah menarik sekali. ternyata cukup banyak peninggalan sejarah di kota bengkulu ini.
Jadi inget sama pelajaran sejarah nih.. Menarik banget ya, jadi menumbuhkan rasa nasionalisme nih kayanya kalo berkunjung ke tempat seperti ini.. 🙂
terima kasih kunjungannya mbak
Mba Monda, ini tempat yang menarik untuk dikunjungi saat ke Bengkulu nih mba
Terima kasih sudah berbagi mba 🙂
mudahan nyampe sana mbak, borong batik besurek mbak
Kemarin barusan ketemu sama teman yang dari Bengkulu. Kita tu heran kenapa Bengkulu di peta wisata nasional tidak terdengar namanya. Padahal mereka punya banyak lokasi wisata alam dan sejarah. Ngobrol2, apakah rafless nikah dengan sofia setelah istrinya yang dimakamkan di istana Bogor meninggal? Baru tahu dia nikah lagi
ya, setelah istrinya wafat itu dia kembali ke Inggris beberapa tahun dan kembali ditugaskan ke Bengkulu setelah meenikah lagi dan punya beberapa orang anak
[…] apik setelah tentunya direnovasi. Rumah berubah fungsi menjadi rumah dinas gubernur yang dinamakan Gedung Daerah Balai Raya Semarak. Di depan gedung ada sebuah lapangan, bisa dibilang alun-alun. Banyak kegiatan […]
[…] ke cerita jalan-jalannya. Sebetulnya telah dicicil jadi beberapa posting, antara lain tentang peninggalan bersejarah di masa pendudukan Inggris . Kali ini cerita pantai dan aktivitasnya ya. Baca juga : Mengenal Keunikan Kota […]
Wah baru tau wujud tempat bekas Raffles 😀 Masih bagus, karena di rawat terus ya gedung daerahnya. Terima kasih sudah sharing sejarah 🙂
ya masih cakep banget, karena sekaranag jadi tempat tinggal alias rumah dinas gubernur Bengkulu
Jujur saja, saya malah baru tahu kalau pemerintah kolonial Inggris menguasai Bengkulu selama 140 tahun. Saya kira Inggris menguasai beberapa area di Indonesia cuma jamannya Napoleon menguasai Eropa doang. Boleh juga nih, kapan-kapan mengunjungi peninggalan Inggris di Bengkulu.
datang sini mbak…, Bengkulu punya banyak jejak sejarah dari bermacam era.. dan banyak wisata alam yang bagus
Ternyata banyak objek wisata peninggalan Belanda di Bengkulu ya, Kak Monda? Jarang2 dengar cerita travelers halan3 di Bengkulu kayak gini. Ternyata rumah Raffless yang duluuu masih kelihatan rapi..jadi rumah dinas gubernur Bengkulu ya. Eh ada juga makam2 orang Inggris. Bangunan bersejarah seperti ini mestinya lebih dipelihara ya kelak jadi cerita anak cucu kita.
wahhh ternyata banyak wisata sejarah menarik peninggalan Inggris di Bengkulu ya. Selain itu desainnya juga artistik bergaya koloni.
Namun sayang makan Inggrisnya udah gak keurus lagi dan berantakan.
Aku selalu suka kisah yang ada di balik bangunan lama ex kolonial di Indonesia. Inggris sangat sedikit jejaknya. Tapi, menariknya, kita malah ikut Inggris ya aturan lalu-lintasnya. Eropa daratan kan mobil di sisi kanan jalan, kita kiri jalan.
Itu, ada nisan di dalam rumah, engga serem ya. Dari 1000 nisan tinggal 53 saja. Mungkin tuntutan zaman sekarang, membutuhkan lahan untuk perumahan.
Makasih kisahnya…
Wah, seru sekali. Aku suka banget nih wisata sejarah macam gini.
Kalau mau keliling 4 bangunan yang saling berdekatan itu, ada guidenya nggak, mbak?
Duh, sayang banget ya makamnya nggak terlalu dijaga dengan baik. Mungkin kalau dibikin seperti Ereveld Ancol akan bagus 🙂
wah maaf aku nggak tau ada guide apa nggak di sana….,
krn pernah tinggal di sini jadinya aku jalan sendiri aja sih, tapi gampang kok Bengkulu itu nggak gede2 amat..
Enak nih kalau lokasinya berdekatan. Jadi bisa buat walking tour dalam sehari. Terus ditutup dengan kulineran hehe.
Kuburannya rindang ya, kayaknya asyik buat jadi tempat duduk-duduk menyendiri ditemani angin sepoi-sepoi 😀
bisa sih seharian ngabisan wisata sejarahnya doang.., abs itu wisata pantai aja sekalian kulineran
Bangunannya tetap terlihat kokoh sampai sekarang. Bagus berarti ya pembuatannya.
kokok dan telah selamat dari beberapa kali gempa
banyak amat bengkulu bangunan tuanya.. aku jadi mau kesana neh.. duhh kapaaaan yaaa
Ternyata banyak juga peninggalan Inggris di sini, jadi salah satu bukti perjuangan bangsa kita. Dan yang saya salut, bangunan era Inggris maupun Belanda masih kokoh sampai sekarang.
[…] itu sudah jadi keinginan sejak lama. Belum berjodoh melihat Rafflesia arnoldi di alamnya walau pernah menetap di Bengkulu beberapa tahun dan kembali napak […]